SINGARAJA– Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng akan melakukan uji coba penanaman mangrove di pesisir pantai Kota Singaraja. Penanaman mangrove di kawasan kota diharapkan dapat mengurangi potensi abrasi yang rentang terjadi di pesisir Pantai Banyuasri hingga kawasan Pelabuhan Tua Buleleng.
Kepala DLH Buleleng Gede Melandrat mengatakan, Buleleng punya garis pantai sepanjang 157,05 kilometer. Tapi selama ini mangrove hanya terdapat di ujung barat Buleleng. Tepatnya di kawasan Desa Sumberklampok dan Desa Pejarakan. Tutupan lahannya pun terbilang minim, hanya sekitar 380 hektare.
Baru-baru ini DLH Buleleng melakukan uji coba penanaman mangrove di Pantai Desa Pemuteran. Kawasan ini dulunya memiliki mangrove. Hanya saja kini telah menjadi lahan kritis. Hanya ada beberapa pohon yang masih bertahan. “Kami harap di Pemuteran bisa berhasil,” katanya.
Menurut Melandrat selain menanam di Desa Pemuteran, pihaknya juga berencana menanam mangrove di pesisir Kota Singaraja. Dia meyakini secara historis kawasan pesisir Pantai Banyuasri hingga Kampung Bugis, merupakan kawasan mangrove. “Kami yakin di sana itu dulu mangrove. Contohnya di Banyuasri itu ada Jalan Pidada. Nah Pidada itu salah satu jenis mangrove, artinya secara historis di sana pernah ada. Ketika mangrove hilang, maka muncul abrasi. Itu ciri-ciri yang paling mudah dipahami,” ujarnya.
Ia mengaku proses penanaman mangrove di pesisir Singaraja bukan perkara mudah. Sebab tanaman mangrove sudah lama hilang. Selain itu kontur tanah juga berbeda. Uji coba akan dilakukan di lokasi yang masih dianggap representatif. Seperti di pesisir Pantai Lingga hingga Kelurahan Kaliuntu. “Kami sudah gandeng Undiksha untuk uji coba. Jadi kami akan uji coba dengan metode pot. Jadi saat potnya nanti pecah karena ombak, akar mangrove sudah kuat mencengkram,” demikian Melandrat. (eps)