33.8 C
Jakarta
24 April 2024, 14:03 PM WIB

Duh! Penyakit Ginjal Meningkat, RSUD Buleleng Tambah Fasilitas Cuci Darah

SINGARAJA– Trend penyakit ginjal di Kabupaten Buleleng terus meningkat. RSUD Buleleng pun memilih menambah fasilitas hemodialisis atau cuci darah. Sebab keberadaan fasilitas lama, tak mampu lagi menampung pasien.

 

Semula RSUD Buleleng hanya memiliki 24 tempat tidur untuk layanan cuci darah. Sementara jumlah pasien mencapai seratusan orang. Dampaknya dalam sehari layanan cuci darah harus dilakukan dalam tiga shift. Hal itu dinilai tak ideal bagi pasien maupun bagi tim medis.

 

Alhasil direksi rumah sakit memutuskan menambah fasilitas cuci darah menjadi 60 tempat tidur. Layanan itu ditempatkan di sisi barat Markas Palang Merah Indonesia (PMI) Buleleng, serta di sisi timur Paviliun Mahottama RSUD Buleleng.

 

Direktur RSUD Buleleng dr. Putu Arya Nugraha, Sp.PD mengungkapkan, saat ini ada 170 orang pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani perawatan berkala di RSUD Buleleng. Mereka bisa menjalani cuci darah rutin hingga dua kali dalam sepekan. “Kalau dulu layanan cuci darah itu bisa sampai jam 10 malam. Ini tentu tidak baik untuk nakes, apalagi untuk pasien. Karena kondisi fisiknya jadi nggak bagus,” kata Arya.

 

Sejak tahun lalu, direksi memutuskan menambah unit layanan cuci darah. Total dana yang disiapkan mencapai Rp 4 miliar. Dana itu berasal dari pihak swasta, tanpa melibatkan kas dari RSUD maupun pemerintah daerah.

 

Menurut Arya trend penyakit ginjal kronis terus menunjukkan peningkatan. Sebab penyakit metabolisme seperti kencing manis, darah tinggi, serta batu ginjal juga mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit itu diketahui sebagai pemicu gagal ginjal kronis. “Memang proyeksi kami, kasusnya akan terus meningkat. Pada saatnya nanti, kapasitas 60 tempat tidur ini akan kurang sehingga harus ditambah lagi,” katanya.

 

Sementara itu, Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG mengatakan, penambahan fasilitas harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Ia menilai direksi telah memahami kebutuhan masyarakat dengan melihat proyeksi penyakit. “Ini sangat menjawab kebutuhan pasien gagal ginjal. Jadi mereka tidak perlu lagi jauh-jauh ke Denpasar untuk cuci darah. Karena kalau ke Denpasar jelas butuh waktu dan biaya,” demikian Sutjidra. (eps)

SINGARAJA– Trend penyakit ginjal di Kabupaten Buleleng terus meningkat. RSUD Buleleng pun memilih menambah fasilitas hemodialisis atau cuci darah. Sebab keberadaan fasilitas lama, tak mampu lagi menampung pasien.

 

Semula RSUD Buleleng hanya memiliki 24 tempat tidur untuk layanan cuci darah. Sementara jumlah pasien mencapai seratusan orang. Dampaknya dalam sehari layanan cuci darah harus dilakukan dalam tiga shift. Hal itu dinilai tak ideal bagi pasien maupun bagi tim medis.

 

Alhasil direksi rumah sakit memutuskan menambah fasilitas cuci darah menjadi 60 tempat tidur. Layanan itu ditempatkan di sisi barat Markas Palang Merah Indonesia (PMI) Buleleng, serta di sisi timur Paviliun Mahottama RSUD Buleleng.

 

Direktur RSUD Buleleng dr. Putu Arya Nugraha, Sp.PD mengungkapkan, saat ini ada 170 orang pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani perawatan berkala di RSUD Buleleng. Mereka bisa menjalani cuci darah rutin hingga dua kali dalam sepekan. “Kalau dulu layanan cuci darah itu bisa sampai jam 10 malam. Ini tentu tidak baik untuk nakes, apalagi untuk pasien. Karena kondisi fisiknya jadi nggak bagus,” kata Arya.

 

Sejak tahun lalu, direksi memutuskan menambah unit layanan cuci darah. Total dana yang disiapkan mencapai Rp 4 miliar. Dana itu berasal dari pihak swasta, tanpa melibatkan kas dari RSUD maupun pemerintah daerah.

 

Menurut Arya trend penyakit ginjal kronis terus menunjukkan peningkatan. Sebab penyakit metabolisme seperti kencing manis, darah tinggi, serta batu ginjal juga mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit itu diketahui sebagai pemicu gagal ginjal kronis. “Memang proyeksi kami, kasusnya akan terus meningkat. Pada saatnya nanti, kapasitas 60 tempat tidur ini akan kurang sehingga harus ditambah lagi,” katanya.

 

Sementara itu, Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG mengatakan, penambahan fasilitas harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Ia menilai direksi telah memahami kebutuhan masyarakat dengan melihat proyeksi penyakit. “Ini sangat menjawab kebutuhan pasien gagal ginjal. Jadi mereka tidak perlu lagi jauh-jauh ke Denpasar untuk cuci darah. Karena kalau ke Denpasar jelas butuh waktu dan biaya,” demikian Sutjidra. (eps)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/