Warning: Undefined variable $reporternya in /var/www/devwpradar/wp-content/themes/Newspaper/functions.php on line 229
29.1 C
Jakarta
21 Juli 2024, 11:01 AM WIB

Baru Dibuat, Jembatan Darurat Batuagung,Jembrana, Ambyar

NEGARA – Jembatan gantung di Banjar Palungan Batu, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana, salah satu jembatan yang putus total. Warga membuat jembatan sementara untuk akses warga. Sebagai salah satu destinasi wisata, sungai gelar juga ditutup sementara. Sayangnya, jembatan yang baru dibuat hancur dan hilang.

Pantauan di lokasi, jembatan gantung gelar yang putus total sejak Senin (17/10/2022) lalu masih belum dibongkar. Jembatan gantung dengan cat warna merah itu belum dievakuasi. Sementara tumpukan kayu yang terbawa banjir sudah dibersihkan.

Tepat di sebelah jembatan gantung, sekitar 20 meter dari jembatan gantung yang rusak sudah dibangun jembatan sementara dengan bahan kayu. Jembatan sementara tepat di atas sungai dengan pijakan jembatan baru yang berada di tengah sungai.

Kelian Banjar Palungan Batu I Made Pernama mengatakan, sejak putusnya jembatan gantung  yang melintang di atas jembatan gelar, aktivitas warga terganggu. Terutama siswa yang belajar di sebrang sungai. “Jembatan darurat. Biar murid bisa lewat saat berangkat dan pulang sekolah,” ujarnya, Senin (24/10) siang.

Menurutnya, ada anak usia sekolah terutama TK dan SD sebanyak 5 orang anak. Sekolahnya di SDN 2 Batuagung, jika bernagkat sekolah memang harus melintasi sungai. Karena tidak ada jembatan, warga berinisiatif membangun jembatan sementara. “Kalau yang SMA bisa lewat GOR,” ujarnya.

Apabila tidak ada jembatan darurat, maka warga harus berjalan cukup jauh, sekitar 10 kilometer. Jika lewat jembatan hanya sekitar 2 kilometer untuk sampai sekolah. “Kalau tidak ada jembatan harus muter jauh,” ujarnya.

Sedangkan aktivitas ekonomi warga, menurutnya, tidak terganggu. Karena aktivitas warga masih bisa menggunakan akses jalan lain, seperti jalan sawe -munduk waru. Namun yang terganggu, aktivitas krama desa Pakraman. Jalur krama dan jalur adat, satu tempek pecah makanya sulit.

Jembatan sementara dibangun warga, Minggu (23/10) lalu, bersama STT, perangkat desa dan babinsa. Meski jembatan berada di posisi yang lebih rendah dari jembatan gantung. “Kalau hujannya deras, airnya besar hilang jembatan,” ungkapnya.

Pihaknya sudah mengantisipasi dengan mengikat jembatan dengan tali sling baja. Sehingga, ketika air sungai besar jembatan tidak terbawa banjir.

Sayangnya, derasnya air dari hulu sungai membuat jembatan darurat hilang. “Airnya deras dari hutan. Jembatan yang dibuat kemarin sudah hilang,” kata salah satu warga, Senin (24/10) sore.

Kelian Banjar saat dikonfimasi lagi mengatakan, memang hujan lebat sekali turun di Banjar Palunganbatu. Sehingga jembatan yang baru dibuat hanyut lagi terbawa banjir.”  Situasinya diluar dugaan, airnya semakin besar datang dari hutan dan menghanyutkan jembatan darurat,” terangnya.

Hilangnya jembatan darurat untuk para warga yang ada diseberang agar bisa lewat mengantar anak-anaknya sekolah, dirinya mengaku, setelah banjir bandang surut jembatan tersebut harus dibangun kembali dengan jembatan darurat berbeda dan lebih kuat  “Nanti kami rapatkan dulu dengan warga disana. Kalau menunggu bantuan dari pemerintah itu lama,” terangnya.

Sementara itu Kepala Bidang Pariwisata Jembrana I Komang Gede Hendra Susanta mengatakan, putusnya jembatan gelar juga membuat aktivitas pariwisata terganggu. Karana lembah gelar selama ini selain sungai sebagai salah satu destinasi, jembatan gantung gelar juga salah satu daya tarik.

Putusnya jembatan gelar ini juga memutus akses menuju tonggak sejarah gelar, salah satu destinasi sejarah di Jembrana. “Karena jembatan putus dan situasi saat ini masih belum memungkinkan, objek wisata gelar akan ditutup dulu,” ungkapnya.

Pihaknya akan berkoordinasi dengan dinas terkait mengenai jembatan gantung yang putus tersebut. Apakah nanti dibangun jembatan gantung lagi atau jembatan lain yang lebih permanen. “Kami koodinasi dulu dengan PU mengenai jembatannya,” terangnya.

Jembatan gantung gelar, salah satu dari 7 jembatan yang rusak pada saat banjir bandang. Dari total 7 jembatan tersebut, dua diantaranya jembatan gantung putus total. Empat jembatan permanen, tiga putus total dan satu jembatan rusak berat pada sayap pijakan jembatan. Sementara satu jembatan yang rusak masih dalam proses pengerjaan.

Mengenai rusaknya jembatan tersebut, sudah disusulkan kepada pemerintah pusat untuk dilakukan perbaikan. Pemkab Jembrana mengusulkan Rp 9,8, miliar untuk perbaikan infrastruktur, termasuk jembatan, jalan, irigasi dan rumah warga yang rusak berat serta rusak ringan. (m.basir/radar bali)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

NEGARA – Jembatan gantung di Banjar Palungan Batu, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana, salah satu jembatan yang putus total. Warga membuat jembatan sementara untuk akses warga. Sebagai salah satu destinasi wisata, sungai gelar juga ditutup sementara. Sayangnya, jembatan yang baru dibuat hancur dan hilang.

Pantauan di lokasi, jembatan gantung gelar yang putus total sejak Senin (17/10/2022) lalu masih belum dibongkar. Jembatan gantung dengan cat warna merah itu belum dievakuasi. Sementara tumpukan kayu yang terbawa banjir sudah dibersihkan.

Tepat di sebelah jembatan gantung, sekitar 20 meter dari jembatan gantung yang rusak sudah dibangun jembatan sementara dengan bahan kayu. Jembatan sementara tepat di atas sungai dengan pijakan jembatan baru yang berada di tengah sungai.

Kelian Banjar Palungan Batu I Made Pernama mengatakan, sejak putusnya jembatan gantung  yang melintang di atas jembatan gelar, aktivitas warga terganggu. Terutama siswa yang belajar di sebrang sungai. “Jembatan darurat. Biar murid bisa lewat saat berangkat dan pulang sekolah,” ujarnya, Senin (24/10) siang.

Menurutnya, ada anak usia sekolah terutama TK dan SD sebanyak 5 orang anak. Sekolahnya di SDN 2 Batuagung, jika bernagkat sekolah memang harus melintasi sungai. Karena tidak ada jembatan, warga berinisiatif membangun jembatan sementara. “Kalau yang SMA bisa lewat GOR,” ujarnya.

Apabila tidak ada jembatan darurat, maka warga harus berjalan cukup jauh, sekitar 10 kilometer. Jika lewat jembatan hanya sekitar 2 kilometer untuk sampai sekolah. “Kalau tidak ada jembatan harus muter jauh,” ujarnya.

Sedangkan aktivitas ekonomi warga, menurutnya, tidak terganggu. Karena aktivitas warga masih bisa menggunakan akses jalan lain, seperti jalan sawe -munduk waru. Namun yang terganggu, aktivitas krama desa Pakraman. Jalur krama dan jalur adat, satu tempek pecah makanya sulit.

Jembatan sementara dibangun warga, Minggu (23/10) lalu, bersama STT, perangkat desa dan babinsa. Meski jembatan berada di posisi yang lebih rendah dari jembatan gantung. “Kalau hujannya deras, airnya besar hilang jembatan,” ungkapnya.

Pihaknya sudah mengantisipasi dengan mengikat jembatan dengan tali sling baja. Sehingga, ketika air sungai besar jembatan tidak terbawa banjir.

Sayangnya, derasnya air dari hulu sungai membuat jembatan darurat hilang. “Airnya deras dari hutan. Jembatan yang dibuat kemarin sudah hilang,” kata salah satu warga, Senin (24/10) sore.

Kelian Banjar saat dikonfimasi lagi mengatakan, memang hujan lebat sekali turun di Banjar Palunganbatu. Sehingga jembatan yang baru dibuat hanyut lagi terbawa banjir.”  Situasinya diluar dugaan, airnya semakin besar datang dari hutan dan menghanyutkan jembatan darurat,” terangnya.

Hilangnya jembatan darurat untuk para warga yang ada diseberang agar bisa lewat mengantar anak-anaknya sekolah, dirinya mengaku, setelah banjir bandang surut jembatan tersebut harus dibangun kembali dengan jembatan darurat berbeda dan lebih kuat  “Nanti kami rapatkan dulu dengan warga disana. Kalau menunggu bantuan dari pemerintah itu lama,” terangnya.

Sementara itu Kepala Bidang Pariwisata Jembrana I Komang Gede Hendra Susanta mengatakan, putusnya jembatan gelar juga membuat aktivitas pariwisata terganggu. Karana lembah gelar selama ini selain sungai sebagai salah satu destinasi, jembatan gantung gelar juga salah satu daya tarik.

Putusnya jembatan gelar ini juga memutus akses menuju tonggak sejarah gelar, salah satu destinasi sejarah di Jembrana. “Karena jembatan putus dan situasi saat ini masih belum memungkinkan, objek wisata gelar akan ditutup dulu,” ungkapnya.

Pihaknya akan berkoordinasi dengan dinas terkait mengenai jembatan gantung yang putus tersebut. Apakah nanti dibangun jembatan gantung lagi atau jembatan lain yang lebih permanen. “Kami koodinasi dulu dengan PU mengenai jembatannya,” terangnya.

Jembatan gantung gelar, salah satu dari 7 jembatan yang rusak pada saat banjir bandang. Dari total 7 jembatan tersebut, dua diantaranya jembatan gantung putus total. Empat jembatan permanen, tiga putus total dan satu jembatan rusak berat pada sayap pijakan jembatan. Sementara satu jembatan yang rusak masih dalam proses pengerjaan.

Mengenai rusaknya jembatan tersebut, sudah disusulkan kepada pemerintah pusat untuk dilakukan perbaikan. Pemkab Jembrana mengusulkan Rp 9,8, miliar untuk perbaikan infrastruktur, termasuk jembatan, jalan, irigasi dan rumah warga yang rusak berat serta rusak ringan. (m.basir/radar bali)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/