33.2 C
Jakarta
18 April 2024, 17:28 PM WIB

Pasar Bunga Stagnan, Petani Pancasari Jajaki Ekspor ke Eropa & Jepang

SINGARAJA – Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta menyebut pasar lokal untuk bunga memang sangat stagnan.

Para pengusaha pariwisata mengurangi pembelian bunga yang rutin mereka lakukan saat pariwisata dalam kondisi normal.

Namun, menurut Sumiarta, masih ada pasar ekspor yang terbuka lebar. Belum lama ini, Balai Karantina Pertanian Bali disebut sudah menjajagi para petani di Pancasari untuk proses ekspor.

Salah satu bunga yang berpeluang masuk pasar ekspor adalah bunga mawar. “Balai Karantina sudah membantu menjalin kerjasama serta membantu memfasilitasi

agar petani bisa ekspor produk mereka saat pandemi ini. Masih ada celah pasar yang terbuka di Eropa dan Jepang,” kata I Made Sumiarta.

Menurutnya, Balai Karantina juga telah memberikan saran dalam proses pengiriman kargo tanaman bunga. Sehingga memenuhi standar ekspor dan tahan dalam proses pengiriman.

Mengingat pengiriman kargo ke Eropa membutuhkan waktu hampir selama 24 jam. Sehingga rentan memicu tanaman menjadi layu.

Apakah selama pandemi ini ada insentif bagi petani bunga? Sumiarta mengaku hingga kini belum ada insentif bagi para petani.

Lebih lagi para petani bunga. Sebab kondisi keuangan daerah sangat terbatas. Lebih lagi dengan penundaan pencairan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Provinsi dan refocusing Dana Alokasi Umum (DAU).

“Sementara ini kami belum bisa memberikan insentif modal. Tapi kami upayakan mereka bisa mendapat dukungan sarana prasarana.

Kami sudah pernah memberikan bantuan rumah kasa dan sarana prasarana lain. Nanti bila kondisi keuangan memungkinan, kami akan suplai sarana lagi ke sana,” ujar Sumiarta. 

SINGARAJA – Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta menyebut pasar lokal untuk bunga memang sangat stagnan.

Para pengusaha pariwisata mengurangi pembelian bunga yang rutin mereka lakukan saat pariwisata dalam kondisi normal.

Namun, menurut Sumiarta, masih ada pasar ekspor yang terbuka lebar. Belum lama ini, Balai Karantina Pertanian Bali disebut sudah menjajagi para petani di Pancasari untuk proses ekspor.

Salah satu bunga yang berpeluang masuk pasar ekspor adalah bunga mawar. “Balai Karantina sudah membantu menjalin kerjasama serta membantu memfasilitasi

agar petani bisa ekspor produk mereka saat pandemi ini. Masih ada celah pasar yang terbuka di Eropa dan Jepang,” kata I Made Sumiarta.

Menurutnya, Balai Karantina juga telah memberikan saran dalam proses pengiriman kargo tanaman bunga. Sehingga memenuhi standar ekspor dan tahan dalam proses pengiriman.

Mengingat pengiriman kargo ke Eropa membutuhkan waktu hampir selama 24 jam. Sehingga rentan memicu tanaman menjadi layu.

Apakah selama pandemi ini ada insentif bagi petani bunga? Sumiarta mengaku hingga kini belum ada insentif bagi para petani.

Lebih lagi para petani bunga. Sebab kondisi keuangan daerah sangat terbatas. Lebih lagi dengan penundaan pencairan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Provinsi dan refocusing Dana Alokasi Umum (DAU).

“Sementara ini kami belum bisa memberikan insentif modal. Tapi kami upayakan mereka bisa mendapat dukungan sarana prasarana.

Kami sudah pernah memberikan bantuan rumah kasa dan sarana prasarana lain. Nanti bila kondisi keuangan memungkinan, kami akan suplai sarana lagi ke sana,” ujar Sumiarta. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/