25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 6:33 AM WIB

Tak Kuasai Teknologi, 15 Kolam Budidaya Ikan di Klungkung Tak Optimal

SEMARAPURA – Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Klungkung memiliki sekitar 15 kolam yang dikelolanya untuk pembibitan dan pembesaran ikan.

Sayang karena belum tersentuh teknologi, dan terbatasnya air yang bisa dimanfaatkan, kolam-kolam itu belum dikelola secara maksimal.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Klungkung I Wayan Durma, menuturkan, ada sekitar 15 kolam yang dikelola Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Klungkung untuk pembibitan dan pembesaran ikan nila, lele dan udang.

Dalam mengelola kolam itu, dia mengaku memanfaatkan air dari saluran irigasi yang berada di sekitar lokasi. “Kami memanfaatkan air sungai selama ini,” ungkapnya.

Dengan kondisi seperti itu, diungkapkannya, pegawainya harus mengecek kondisi saluran masuknya air dari saluran irigasi ke kolam setiap 30 menit sekali.

Sebab air irigasi sangat rawan dengan keberadaan sampah. Bila tidak dipantau, dia khawatir sampah akan menyumbat saluran air ke kolam dan membuat suplai air tersendat.

Selain itu, air irigasi juga rawan keruh saat hujan turun. Seperti hasil pemantauan Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta belum lama ini.

“Kami masih mencari teknologi agar air sungai yang kami manfaatkan itu ketika masuk ke kolam sudah dalam kondisi jernih,” terangnya.

Tidak hanya masalah sampah dan air keruh. Memanfaatkan air dari saluran irigasi untuk mengelola kolam ikan juga berpotensi kesulitan untuk mendapat bagian air dengan jumlah yang cukup.

Biasanya hal itu terjadi di bulan Agustus-November. Untuk menangani masalah itu, dia mengaku sudah memiliki satu sumur bor.

Hanya saja, satu sumur bor itu belum berhasil menutupi kekurangan air untuk mengelola 15 kolam ikan tersebut.

Pasalnya butuh dua sumur bor lagi untuk memaksimalkan pengelolaan kolam ikan tersebut.

“Sebenarnya kami sudah berproses untuk pengadaan sumur bor, bahkan sudah dikaji oleh PU. Dan hasilnya disarankan agar ada sumur. Namun karena anggaran tidak memungkinkan, kami tidak tahu kelanjutannya,” katanya.

Terkait kekecewaan Bupati Suwirta yang menemukan benih udang gagal dikembangkan di kolam itu akibat kualitas air yang kurang baik. Dia membenarkan kondisi itu.

Dijelaskannya, dalam membudidayakan udang membutuhkan kondisi air yang khusus. Di mana air harus mengalir deras dan mengandung oksigen.

Sementara ini, dia mengaku belum memiliki mesin atau teknologi untuk membuat air budidaya udang mengalir deras dengan kandungan oksigen.

“Sampai saat ini kami masih melakukan penyempurnaan. Kami berencana menjadikan tempat ini sebagai sumber bibit ikan

yang akan menjadi tempat pembudidaya mencari bibit. Sekaligus sebagai tempat rekreasi dan wisata kuliner. Kami masih berproses,” tandasnya. 

SEMARAPURA – Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Klungkung memiliki sekitar 15 kolam yang dikelolanya untuk pembibitan dan pembesaran ikan.

Sayang karena belum tersentuh teknologi, dan terbatasnya air yang bisa dimanfaatkan, kolam-kolam itu belum dikelola secara maksimal.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Klungkung I Wayan Durma, menuturkan, ada sekitar 15 kolam yang dikelola Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Klungkung untuk pembibitan dan pembesaran ikan nila, lele dan udang.

Dalam mengelola kolam itu, dia mengaku memanfaatkan air dari saluran irigasi yang berada di sekitar lokasi. “Kami memanfaatkan air sungai selama ini,” ungkapnya.

Dengan kondisi seperti itu, diungkapkannya, pegawainya harus mengecek kondisi saluran masuknya air dari saluran irigasi ke kolam setiap 30 menit sekali.

Sebab air irigasi sangat rawan dengan keberadaan sampah. Bila tidak dipantau, dia khawatir sampah akan menyumbat saluran air ke kolam dan membuat suplai air tersendat.

Selain itu, air irigasi juga rawan keruh saat hujan turun. Seperti hasil pemantauan Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta belum lama ini.

“Kami masih mencari teknologi agar air sungai yang kami manfaatkan itu ketika masuk ke kolam sudah dalam kondisi jernih,” terangnya.

Tidak hanya masalah sampah dan air keruh. Memanfaatkan air dari saluran irigasi untuk mengelola kolam ikan juga berpotensi kesulitan untuk mendapat bagian air dengan jumlah yang cukup.

Biasanya hal itu terjadi di bulan Agustus-November. Untuk menangani masalah itu, dia mengaku sudah memiliki satu sumur bor.

Hanya saja, satu sumur bor itu belum berhasil menutupi kekurangan air untuk mengelola 15 kolam ikan tersebut.

Pasalnya butuh dua sumur bor lagi untuk memaksimalkan pengelolaan kolam ikan tersebut.

“Sebenarnya kami sudah berproses untuk pengadaan sumur bor, bahkan sudah dikaji oleh PU. Dan hasilnya disarankan agar ada sumur. Namun karena anggaran tidak memungkinkan, kami tidak tahu kelanjutannya,” katanya.

Terkait kekecewaan Bupati Suwirta yang menemukan benih udang gagal dikembangkan di kolam itu akibat kualitas air yang kurang baik. Dia membenarkan kondisi itu.

Dijelaskannya, dalam membudidayakan udang membutuhkan kondisi air yang khusus. Di mana air harus mengalir deras dan mengandung oksigen.

Sementara ini, dia mengaku belum memiliki mesin atau teknologi untuk membuat air budidaya udang mengalir deras dengan kandungan oksigen.

“Sampai saat ini kami masih melakukan penyempurnaan. Kami berencana menjadikan tempat ini sebagai sumber bibit ikan

yang akan menjadi tempat pembudidaya mencari bibit. Sekaligus sebagai tempat rekreasi dan wisata kuliner. Kami masih berproses,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/