29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:34 AM WIB

Produksi Kelapa Tabanan Melimpah, Tapi Serapan Pasar Anjlok

TABANAN – Menurunnya permintaan kelapa keluar Pulau Bali kini tengah menjadi masalah dan beban pada sejumlah sentra penghasil kelapa di Kabupaten Tabanan. Pasalnya sebelum pandemi Covid-19 kelapa hasil dari petani hampir setiap hari dilakukan pengiriman ke luar Bali.

 

Menyikapi keluhan dari sentral penghasil kelapa di Tabanan yang kelapa mereka tidak tidak mampu terserap penuh oleh pasar di luar Bali, Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Cabang Tabanan kini tengah menjajaki sejumlah produsen kelapa agar kelapa yang dihasilkan petani bukan hanya terserap keluar Bali. Melainkan mampu menembus pasar ekspor.

 

Ketua Kadin Tabanan, Ketut Loka Antara mengungkapkan Tabanan merupakan salah satu penghasil kepala besar kelapa di Bali. Dari pendataan yang pihaknya lakukan oleh tim Kadin Tabanan salah satu berada di daerah Kecamatan Selemadeg Timur, Selemadeg Barat dan Kecamatan Pupuan.

 

Pihaknya mencatat potensi produksi buah kelapa dari petani mencapai 150.000 butir per hari dari 30 pengusaha atau pengepul kelapa.

 

“Jumlah tersebut belum termasuk untuk produksi kelapa yang potensinya juga cukup besar ada di daerah Penebel dan Marga yang sementara ini masih dilakukan pendataan,” ungkapnya. Minggu (14/2).

 

Sebelum pandemi Covid-19 per pengepul kelapa ini memasok produksi untuk kebutuhan antar pulau dengan tujuan pasar induk di pulau Jawa dengan rata-rata pengiriman mencapai 6.000 butir per hari untuk satu produsen atau perusahaan pengolah kelapa.

Tetapi kini karena dampak pandemi Covid-19 serapan antar pulau menurun dan waktu pengiriman juga hanya dilakukan dua kali seminggu. Bahkan satu kali seminggu dengan volume mencapai hanya 5.000 butir per sekali kirim.

 

“Penurunan serapan pasar antar pulau ini membuat stok kelapa di tingkat pengepul jadi menumpuk. Selain itu di salah satu pengepul memiliki stok kepala mencapai ratusan ribu butir yang tidak bisa tersalurkan saat ini,” tuturnya.

 

Melihat kondisi seperti Loka menyatakan pihaknya mencari solusi agar kelapa dapat juga mampu terserap di pasar ekspor.

 

Pihaknya saat ini sudah menggandeng sejumlah pengusaha eksportir mencoba menjajaki potensi ekspor sehingga pangsa pasar salah satu hasil pertanian ini tidak hanya tertuju sebagai penjualan kelapa dalam bentuk butiran saja. Namun memiliki nilai jual dalam bentuk lainnya yang dipasok ke pabrik pengolahan. Yakni, daging kelapa yang bisa diolah menjadi minyak VCO maupun kopra putih.

 

Sedangkan batok kelapa untuk bahan baku pembuatan briket, sedangkan serabut kelapa untuk bahan baku pembuatan cocofiber dan cocopeat.

 

“Kami di asosiasi Kadin sudah mengundang pengusaha eksportir dari Jawa Timur dan sudah langsung penjajakan ke lapangan agar sebisa mungkin membantu petani lokal. Sehingga produksi bisa terserap oleh pasar dan memberi nilai tambah bagi perekonomian petani dengan harga jual yang stabil,” pungkasnya.

 

TABANAN – Menurunnya permintaan kelapa keluar Pulau Bali kini tengah menjadi masalah dan beban pada sejumlah sentra penghasil kelapa di Kabupaten Tabanan. Pasalnya sebelum pandemi Covid-19 kelapa hasil dari petani hampir setiap hari dilakukan pengiriman ke luar Bali.

 

Menyikapi keluhan dari sentral penghasil kelapa di Tabanan yang kelapa mereka tidak tidak mampu terserap penuh oleh pasar di luar Bali, Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Cabang Tabanan kini tengah menjajaki sejumlah produsen kelapa agar kelapa yang dihasilkan petani bukan hanya terserap keluar Bali. Melainkan mampu menembus pasar ekspor.

 

Ketua Kadin Tabanan, Ketut Loka Antara mengungkapkan Tabanan merupakan salah satu penghasil kepala besar kelapa di Bali. Dari pendataan yang pihaknya lakukan oleh tim Kadin Tabanan salah satu berada di daerah Kecamatan Selemadeg Timur, Selemadeg Barat dan Kecamatan Pupuan.

 

Pihaknya mencatat potensi produksi buah kelapa dari petani mencapai 150.000 butir per hari dari 30 pengusaha atau pengepul kelapa.

 

“Jumlah tersebut belum termasuk untuk produksi kelapa yang potensinya juga cukup besar ada di daerah Penebel dan Marga yang sementara ini masih dilakukan pendataan,” ungkapnya. Minggu (14/2).

 

Sebelum pandemi Covid-19 per pengepul kelapa ini memasok produksi untuk kebutuhan antar pulau dengan tujuan pasar induk di pulau Jawa dengan rata-rata pengiriman mencapai 6.000 butir per hari untuk satu produsen atau perusahaan pengolah kelapa.

Tetapi kini karena dampak pandemi Covid-19 serapan antar pulau menurun dan waktu pengiriman juga hanya dilakukan dua kali seminggu. Bahkan satu kali seminggu dengan volume mencapai hanya 5.000 butir per sekali kirim.

 

“Penurunan serapan pasar antar pulau ini membuat stok kelapa di tingkat pengepul jadi menumpuk. Selain itu di salah satu pengepul memiliki stok kepala mencapai ratusan ribu butir yang tidak bisa tersalurkan saat ini,” tuturnya.

 

Melihat kondisi seperti Loka menyatakan pihaknya mencari solusi agar kelapa dapat juga mampu terserap di pasar ekspor.

 

Pihaknya saat ini sudah menggandeng sejumlah pengusaha eksportir mencoba menjajaki potensi ekspor sehingga pangsa pasar salah satu hasil pertanian ini tidak hanya tertuju sebagai penjualan kelapa dalam bentuk butiran saja. Namun memiliki nilai jual dalam bentuk lainnya yang dipasok ke pabrik pengolahan. Yakni, daging kelapa yang bisa diolah menjadi minyak VCO maupun kopra putih.

 

Sedangkan batok kelapa untuk bahan baku pembuatan briket, sedangkan serabut kelapa untuk bahan baku pembuatan cocofiber dan cocopeat.

 

“Kami di asosiasi Kadin sudah mengundang pengusaha eksportir dari Jawa Timur dan sudah langsung penjajakan ke lapangan agar sebisa mungkin membantu petani lokal. Sehingga produksi bisa terserap oleh pasar dan memberi nilai tambah bagi perekonomian petani dengan harga jual yang stabil,” pungkasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/