31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 9:41 AM WIB

Tekan Inflasi, Petani Buleleng Didorong Tanam Bawang Putih

SINGARAJA – Petani di daerah dataran tinggi, kini didorong menanam bawang putih. Komoditas ini sengaja dikenalkan pada petani, untuk mengurangi potensi inflasi yang terjadi di Buleleng.

Terlebih bawang putih cukup mempengaruhi inflasi bulanan. Saat ini luas lahan pertanian bawang putih di Buleleng sangat terbatas.

Luas lahan pertanian bawang hanya delapan hektare. Tersebar di Desa Wanagiri seluas empat hektare dan Desa Pakisan seluas empat hektare.

“Rencananya kami akan kembangkan 50 hektare lagi. Semuanya di lahan pertanian dataran tinggi,” kata Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng I Gede Subudi.

Menurut Subudi, secara historis lahan pertanian bawang putih di Buleleng memang berada di dataran tinggi.

Desa-desa yang dulunya menanam bawang putih yakni Bontihing, Pakisan, Gobleg, Munduk, Gesing, Umajero, Wanagiri, dan Bengkel.

Melihat pilot project lahan pertanian bawang putih yang telah berhasil di Wanagiri, Subudi pun optimistis petani akan melirik komoditas ini.

Terlebih bibit bawang putih sudah siap diberikan pada petani. “Kemarin kan yang di Wanagiri sudah panen. Nah hasil panen itu dijadikan bibit, tidak dijual.

Rencananya bibit ini kami akan sebar ke petani. Terutama di desa-desa yang secara historis pernah ada komoditas bawang putih di sana,” jelasnya.

Selain menyiapkan lahan pertanian bawang, pemerintah juga tengah melakukan kajian tanaman sela yang cocok bagi lahan pertanian bawang putih.

Idealnya, lahan pertanian bawang putih harus ditanami komoditas lain setelah dua kali panen. Apabila ditanami bawang putih terus menerus, maka hasil panen akan menurun.

“Anjuran kami sih maksimal dua kali masa tanam. Karena apapun kalau kontinu terus menerus ditanami komoditas yang itu-itu saja, ya jelek. Serangan penyakitnya jadi masif.

Kami sedang pertimbangkan kubis atau wortel sebagai tanaman sela, mengingat usianya juga pendek,” imbuhnya.

Asal tahu saja, tanaman bawang putih sempat “punah” di Kabupaten Buleleng. Komoditas ini terakhir kali ditanam petani pada tahun 1998 silam.

Saat krisis terjadi dan keran impor bawang putih dibuka, harga bawang putih lokal anjlok. Bahkan harganya lebih murah dari harga jual gabah.

Akhirnya petani memilih tak lagi menanam bawang putih dan sepenuhnya bergantung pada impor. 

SINGARAJA – Petani di daerah dataran tinggi, kini didorong menanam bawang putih. Komoditas ini sengaja dikenalkan pada petani, untuk mengurangi potensi inflasi yang terjadi di Buleleng.

Terlebih bawang putih cukup mempengaruhi inflasi bulanan. Saat ini luas lahan pertanian bawang putih di Buleleng sangat terbatas.

Luas lahan pertanian bawang hanya delapan hektare. Tersebar di Desa Wanagiri seluas empat hektare dan Desa Pakisan seluas empat hektare.

“Rencananya kami akan kembangkan 50 hektare lagi. Semuanya di lahan pertanian dataran tinggi,” kata Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng I Gede Subudi.

Menurut Subudi, secara historis lahan pertanian bawang putih di Buleleng memang berada di dataran tinggi.

Desa-desa yang dulunya menanam bawang putih yakni Bontihing, Pakisan, Gobleg, Munduk, Gesing, Umajero, Wanagiri, dan Bengkel.

Melihat pilot project lahan pertanian bawang putih yang telah berhasil di Wanagiri, Subudi pun optimistis petani akan melirik komoditas ini.

Terlebih bibit bawang putih sudah siap diberikan pada petani. “Kemarin kan yang di Wanagiri sudah panen. Nah hasil panen itu dijadikan bibit, tidak dijual.

Rencananya bibit ini kami akan sebar ke petani. Terutama di desa-desa yang secara historis pernah ada komoditas bawang putih di sana,” jelasnya.

Selain menyiapkan lahan pertanian bawang, pemerintah juga tengah melakukan kajian tanaman sela yang cocok bagi lahan pertanian bawang putih.

Idealnya, lahan pertanian bawang putih harus ditanami komoditas lain setelah dua kali panen. Apabila ditanami bawang putih terus menerus, maka hasil panen akan menurun.

“Anjuran kami sih maksimal dua kali masa tanam. Karena apapun kalau kontinu terus menerus ditanami komoditas yang itu-itu saja, ya jelek. Serangan penyakitnya jadi masif.

Kami sedang pertimbangkan kubis atau wortel sebagai tanaman sela, mengingat usianya juga pendek,” imbuhnya.

Asal tahu saja, tanaman bawang putih sempat “punah” di Kabupaten Buleleng. Komoditas ini terakhir kali ditanam petani pada tahun 1998 silam.

Saat krisis terjadi dan keran impor bawang putih dibuka, harga bawang putih lokal anjlok. Bahkan harganya lebih murah dari harga jual gabah.

Akhirnya petani memilih tak lagi menanam bawang putih dan sepenuhnya bergantung pada impor. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/