ERA 2000, begitu banyak terobosan bisnis barang/jasa mengubah peradaban manusia. Agen-agen perubahan ini, kalau Kita cermati adalah anak-anak muda.
Kita bisa lihat beberapa contoh perusahaan ini. Sebut saja, Gojek, Tokopedia, Facebook, dan Airbnb. Dari bisnis keuangan, banyak perusahaan fintech lahir dan siap meramaikan persaingan.
Kalau Kita cermati, perubahan lahir dari ide kreatif dan inovatif anak muda. Mereka, melihat ada hal tidak sempurna yang selama ini berjalan.
Ada hal tidak efektif dalam sistem. Ada hal kosong, perlu diisi terkait penjualan barang/jasa, untuk memuaskan konsumen.
Dalam beberapa tahun terakhir, Kita jadi saksi, begitu kuatnya ide dapat mengubah landscape persaingan usaha dan merobohkan perusahaan incumbent, yang sudah stabil, dan besar.
Membahas ide, Kita tidak bisa lepas mengetahui sumber ide. Menurut Napoleon Hill, ide berasal dari imajinasi.
Imajinasi terbagi dua; Pertama, imajinasi sintetis, berasal dari pengalaman, pendidikan dan pengamatan seseorang. Kedua, imajinasi kreatif, berasal dari pikiran murni tanpa batasan.
Pikiran bertranformasi menjadi inspirasi, hasilkan hal baru. Jadi, jika Kita ingin mendapatkan banyak ide, maka menjadi keharusan meningkatkan kemampuan berimajinasi sintetis maupun kreatif, terkait pekerjaan atau bisnis yang Kita jalankan.
Tidak semua ide, baik untuk Kita. Ide bagaimana dianggap baik? Ada dua parameter menjawab hal tersebut. Pertama, ide harus meningkatkan secara significant pendapatan pribadi/perusahaan dan karier.
Kedua, ide harus meningkatkan efektivitas/efisiensi proses kerja pribadi/tim dalam perusahaan. Ide baik dapat mati sebelum berkembang dan memberi manfaat significant.
Hal ini terjadi karena, terdapat orang di sekeliling si pencetus ide, berperan menjadi pembunuh ide.
Mereka biasanya dalam rapat/pertemuan, mengeluarkan statement membunuh ide, seperti; it won’t work atau we’ve tried that before dan masih banyak pernyataan lainnya.
Benar kan? Dua tahun lalu, saya ber-pikir bagaimana BPR KAS dapat menurunkan ketergantungan dana pihak ketiga bersumber dari deposito.
Saat itu, perbandingan deposito : tabungan adalah 90 persen : 10 persen. Atas kondisi tersebut, lahirlah ide membuat produk tabungan bisnis, Tabungan KAS X-tra.
Menariknya, dari proses lahirnya Tabungan KAS X-tra, adalah dinamika dalam pembahasan awal.
Para pembunuh ide mulai bertindak dengan pernyataan skeptis, seperti; “Kita nggak mungkin berhasil dengan produk tersebut!”,
“Pesaing memiliki produk mirip, sudah berhasil menguasai pasar secara significant!”. Pernyataan skeptis lainnya; “Sumber daya Kita terbatas!”,
“Kita BPR yang secara size asset kecil, jadi Kita nggak akan mampu bertarung di market!”. Namun, pada akhirnya, ide produk Tabungan KAS X-tra dieksekusi tim dengan rencana terukur dan tindakan segera.
Hasilnya gimana? Sampai hari ini, perbandingan deposito : tabungan menjadi 70 persen : 30 persen.
Bagi kita, generasi milenial, dalam posisi apapun, baik sebagai karyawan, pemimpin tim atau pengusaha, lahirkanlah ide yang menurut kita akan membuat karier lebih cepat naik,
perusahaan lebih cepat berkembang, pendapatan significant naik, dan proses kerja lebih efektif/efisien. Jika ide itu telah lahir, perjuangankanlah dengan gigih.
Ide akan hidup dengan suntikan napas rencana terukur dan tindakan segera. Salam Perjuangan! (*)