RadarBali.com – Sebanyak 218 perempuan mendatangi Kantor Kejaksaan Negeri Tabanan. Mereka mengikuti kegiatan pemeriksaan
kanker serviks dan payudara dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) dan pemeriksaan payudara klinis (sadanis) atau mammografi.
Sebagian dari mereka ikut kegiatan itu karena takut berakhir seperti artis Julia Perez (Jupe) yang meninggal dunia karena kanker serviks.
“Ikut periksa karena takut kalau kena kanker seperti Jupe,” tandas Ida Ayu Alit Manuabdi, 28, warga Dangin Carik yang ikut periksa dalam acara yang digelar Ikatan Adhayksa Dharmakarini Wilayah Bali (perkumpulan istri, pegawai, janda kejaksaan).
Dayu, demikian sapaan Alit Manuabdi mengatakan, dia untuk kali pertama mengikuti pemeriksaan untuk pencegahan dini kanker serviks dan payudara.
Harapannya, dari pemeriksaan ini, setidaknya dia mengetahui lebih awal apakah leher rahim dan payudaranya cukup sehat. ”Dengan ikut ini jadi bisa lakukan pencegahan dini,” jelasnya.
Hal senada diakui Eka Mawar Fitrianingsih, 22, warga Perean Tengah. Ini adalah untuk kali kedua dia ikut pemeriksaan IVA.
Namun, untuk Sadanis, ini yang pertama kalinya. Dia juga aktif memeriksakan diri karena takut berakhir tragis seperti Jupe.
“Sampai saat ini hasilnya negatif. Saya takut seperti Jupe. Kasihan,” tukasnya. Wayan Mendri, 45, warga Perean Kangin lainnya malah sudah aktif mengikuti pemeriksaan sampai lima kali.
Dia mengakui, pada awalnya malu dan takut menghadapi kenyataan. Namun, setelah sudah sering, dia menganggap pemeriksaan ini biasa-biasa saja.
”Dulu takut kalau ternyata kena kanker. Sekarang biasa-biasa saja. Dan sejauh ini tidak ditemukan apa-apa. Saya bersih,” aku Mendri.
Kajari Tabanan Ni Wayan Sinaryati menyatakan, pemeriksaan kanker ini sangat penting untuk memastikan kesehatan leher rahim dan payudara kaum hawa dari kanker.
“Kalau ibu-ibu tidak sehat, gimana? Bapak-bapak juga gak sehat. Bapaknya juga bisa loyo,” kelakar Sinaryati yang mengundang gelak tawa hadirin.
Sementara itu, dari pemeriksaan terhadap 218 peserta, Kepala Dinas Kesehatan dr Nyoman Suratmika menyebutkan, sebanyak sembilan peserta positif ditemukan jamur yang berpotensi menjadi kanker.
Satu orang lagi ditemukan benjolan di payudara. ”Yang diketahui positif ini mengikuti program krioterapi. Seminggu kemudian untuk melakukan kontrol ke puskesmas terdekat,” jelas Suratmika.
Sejak tahun 2010, kata Suratmika, pihaknya sudah gencar melakukan sosialisasi terkait bahaya kanker serviks serta pencegahannya.
Sejak itu, ditemukan banyak perempuan yang positif mengidap kanker serviks. ”Dalam satu tahun bisa ditemukan 70 orang positif kanker serviks.
Dan sejak tahun 2016, setelah sering menggelar sosialisasi dan pencegahan melalui IVA, terjadi penurunan. Hanya tujuh orang saja. Dan di tahun 2017 ini hanya tiga orang,” terangnya.