33 C
Jakarta
21 September 2024, 15:20 PM WIB

Nestapa Warga Yehembang: Jembatan Gantung Belum Dibangun, Terisolasi Saat Hujan Deras

NEGARA – Jembatan gantung Nusamara yang putus karena diterjang banjir sebelas bulan lalu atau 5 November 2021, hingga saat ini belum ada jembatan pengganti. Akibatnya, saat hujan deras, warga Tempek satu, Banjar Nusamara, Desa Yehembang Kangin, terisolasi karena tidak ada akses jalan lain. Terutama saat hujan deras terjadi, warga terpaksa tidak beraktivitas keluar dari tempek.

Selama ini, setelah jembatan putus, warga beraktivitas dengan melintasi sungai yang dalamnya selutut orang dewasa. Karena aliran sungai yang deras, anak sekolah harus digendong orang dewasa untuk melintasi sungai.

Ketua Tempek 1 Nusamara Dewa Komang Putra Wiarsana, putusnya jembatan gantung yang terjadi hampir setahun lalu itu memang membuat aktivitas warga terganggu. Ketika tidak musim hujan, warga beraktivitas biasa melintasi sungai. “Kalau anak kecil yang mau berangkat sekolah digendong orang tuanya, setiap hari pulang pergi sekolah,” ujarnya.

Warga usia sekolah sebanyak 11 anak. Terdiri dari 6 sekolah dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama 3 orang dan Sekolah Menengah Atas (SMA) 2 orang. “Sekolahnya ada di selatan, jadi harus nyeberang sungai. Kalau hujan, air sungai naik murid tidak sekolah,” ungkapnya.

Sementara warga yang ada di utara sungai atau yang terisolasi ketika hujan, sebanyak 21 kepala keluarga dengan jumlah puluhan jiwa. “Jumlah penduduknya sekitar 100 jiwa, karena rata-rata satu KK bisa enam orang,” jelasnya.

Selain aktivitas warga yang sekolah, warga lain yang beraktivitas juga terganggu. Ketika hujan deras terjadi, tidak ada warga yang berani melintasi sungai. Bahkan pernah ada warga yang hanyut terbawa arus sungai, beruntung bisa segera ditolong.

Karena itu, warga berharap jembatan gantung segera ada pengganti. Karena selama setahun terakhir ini, warga tidak bisa leluasa beraktivitas. Tidak hanya warga yang berada di utara sungai, warga di selatan tidak bisa ke kebun yang berada di utara sungai.

Perbekel Desa Yehembang Kangin I Gede Suardika mengatakan, karena jembatan yang putus karena diterjang banjir setahun lalu itu, warga kesulitan beraktivitas. Kegiatan mayarakat, mulai ekonomi, sosial dan pendidikan terganggu. “Warga sangat kesulitan, karena akses jembatan yang putus akses satu-satunya, terutama anak-anak sekolah,” ujarnya.

Menurutnya, tidak hanya warga yang berada di sebelah Utara jembatan, warga yang berada di selatan jalan juga tidak bisa berakivitas ke kebun yang ada di utara jalan. “Kalau hujan deras kami sarankan untuk tidak menyeberang, terutama anak sekolah,” jelasnya.

Karena sudah memasuki musim hujan, perbekel sudah meminta Klian Banjar untuk menjaga keamanan masing-masing. Warga diminta untuk menyedikan stok kebutuhan pokok ketika air sungai surut, sehingga ketika terjadi hujan deras dan sungai tidak bisa dilintasi tidak kesulitan bahan pokok makanan.  “Paling tidak ada stok selama seminggu,” ungkapnya.

Menurutnya usulan sudah disampikan kepada Pemerintah Kabupaten Jembrana. Hasil kesepakatan terkahir diusulkan oleh BPBD Jembrana kepada BNPB. Namun sampai saat ini belum ada kabar mengenai rencana pembangunan jembatan pengganti.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana I Putu Agus Artana Putra mengatakan, setelah terjadi jembatan putus langsung berkoodinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum sebagai dinas teknis yang lebih kompeten mengenai jembatan. Akhirnya dibuatkan perencanaan jembatan baru dengan anggaran Rp 6 miliar. “Usulan sudah kami sampaikan kepada BNPB,”, tegasnya.

Pihaknya sudah melengkapi seluruh berkas administrasi yang diperlukan, misalnya surat keterangan bencana dari Bupati Jembrana dan perjalanan serta anggaran yang dibutuhkan. Pengajuannya tersebut sudah dalam bentuk proposal. Setelah itu, ada proses verifikasi dari PNPB. “Sampai sekarang belum ada verifikasi,” jelasnya.

Menurutnya, apabila belum ada kepastian dari anggaran dana siap pakai BNPB, maka akan diusulkan menggunakan APBD Jembrana. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk alternatif anggaran dari APBD Jembrana tahun anggaran berikutnya, paling cepat anggaran tahun 2024. “Karena urgent, nanti akan dibahas lagi dan lapor bupati untuk dianggarkan di APBD Jembrana,” tandasnya. (m basir/rid)

NEGARA – Jembatan gantung Nusamara yang putus karena diterjang banjir sebelas bulan lalu atau 5 November 2021, hingga saat ini belum ada jembatan pengganti. Akibatnya, saat hujan deras, warga Tempek satu, Banjar Nusamara, Desa Yehembang Kangin, terisolasi karena tidak ada akses jalan lain. Terutama saat hujan deras terjadi, warga terpaksa tidak beraktivitas keluar dari tempek.

Selama ini, setelah jembatan putus, warga beraktivitas dengan melintasi sungai yang dalamnya selutut orang dewasa. Karena aliran sungai yang deras, anak sekolah harus digendong orang dewasa untuk melintasi sungai.

Ketua Tempek 1 Nusamara Dewa Komang Putra Wiarsana, putusnya jembatan gantung yang terjadi hampir setahun lalu itu memang membuat aktivitas warga terganggu. Ketika tidak musim hujan, warga beraktivitas biasa melintasi sungai. “Kalau anak kecil yang mau berangkat sekolah digendong orang tuanya, setiap hari pulang pergi sekolah,” ujarnya.

Warga usia sekolah sebanyak 11 anak. Terdiri dari 6 sekolah dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama 3 orang dan Sekolah Menengah Atas (SMA) 2 orang. “Sekolahnya ada di selatan, jadi harus nyeberang sungai. Kalau hujan, air sungai naik murid tidak sekolah,” ungkapnya.

Sementara warga yang ada di utara sungai atau yang terisolasi ketika hujan, sebanyak 21 kepala keluarga dengan jumlah puluhan jiwa. “Jumlah penduduknya sekitar 100 jiwa, karena rata-rata satu KK bisa enam orang,” jelasnya.

Selain aktivitas warga yang sekolah, warga lain yang beraktivitas juga terganggu. Ketika hujan deras terjadi, tidak ada warga yang berani melintasi sungai. Bahkan pernah ada warga yang hanyut terbawa arus sungai, beruntung bisa segera ditolong.

Karena itu, warga berharap jembatan gantung segera ada pengganti. Karena selama setahun terakhir ini, warga tidak bisa leluasa beraktivitas. Tidak hanya warga yang berada di utara sungai, warga di selatan tidak bisa ke kebun yang berada di utara sungai.

Perbekel Desa Yehembang Kangin I Gede Suardika mengatakan, karena jembatan yang putus karena diterjang banjir setahun lalu itu, warga kesulitan beraktivitas. Kegiatan mayarakat, mulai ekonomi, sosial dan pendidikan terganggu. “Warga sangat kesulitan, karena akses jembatan yang putus akses satu-satunya, terutama anak-anak sekolah,” ujarnya.

Menurutnya, tidak hanya warga yang berada di sebelah Utara jembatan, warga yang berada di selatan jalan juga tidak bisa berakivitas ke kebun yang ada di utara jalan. “Kalau hujan deras kami sarankan untuk tidak menyeberang, terutama anak sekolah,” jelasnya.

Karena sudah memasuki musim hujan, perbekel sudah meminta Klian Banjar untuk menjaga keamanan masing-masing. Warga diminta untuk menyedikan stok kebutuhan pokok ketika air sungai surut, sehingga ketika terjadi hujan deras dan sungai tidak bisa dilintasi tidak kesulitan bahan pokok makanan.  “Paling tidak ada stok selama seminggu,” ungkapnya.

Menurutnya usulan sudah disampikan kepada Pemerintah Kabupaten Jembrana. Hasil kesepakatan terkahir diusulkan oleh BPBD Jembrana kepada BNPB. Namun sampai saat ini belum ada kabar mengenai rencana pembangunan jembatan pengganti.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana I Putu Agus Artana Putra mengatakan, setelah terjadi jembatan putus langsung berkoodinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum sebagai dinas teknis yang lebih kompeten mengenai jembatan. Akhirnya dibuatkan perencanaan jembatan baru dengan anggaran Rp 6 miliar. “Usulan sudah kami sampaikan kepada BNPB,”, tegasnya.

Pihaknya sudah melengkapi seluruh berkas administrasi yang diperlukan, misalnya surat keterangan bencana dari Bupati Jembrana dan perjalanan serta anggaran yang dibutuhkan. Pengajuannya tersebut sudah dalam bentuk proposal. Setelah itu, ada proses verifikasi dari PNPB. “Sampai sekarang belum ada verifikasi,” jelasnya.

Menurutnya, apabila belum ada kepastian dari anggaran dana siap pakai BNPB, maka akan diusulkan menggunakan APBD Jembrana. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk alternatif anggaran dari APBD Jembrana tahun anggaran berikutnya, paling cepat anggaran tahun 2024. “Karena urgent, nanti akan dibahas lagi dan lapor bupati untuk dianggarkan di APBD Jembrana,” tandasnya. (m basir/rid)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/