DENPASAR – Menderita sakit bawaan tulang rapuh tak membuat gadis berusia 17 tahun bernama Ni Komang Anggita Chandra Wilasita patah semangat. Segudang prestasi justru ia lahirkan dengan bakat musik yang dia miliki.
Anggita, begitu ia dipangil oleh teman-temannya. Anggita merupakan siswa kelas 12 di Sekolah Luar Biasa (SLB) D YPAC Jimbaran. Ditemui radarbali.id, ia sambut dengan senyum dari atas kursi roda. “Halo Kak, saya Anggita,” sapannya pada Kamis (13/10/2022).
Anggita merupakan warga asli Busung Biu, Singaraja. Ia sudah sekolah di SLB D YPAC Jimbaran sejak kelas 1 SD. Selama 12 tahun, anak yang memiliki 4 saudara kandung dan 2 saudara tiri ini melewati hari. Segudang prestasi dari tingkat provinsi hingga nasioanal pun dia pernah raih.
Melalui bidang seni musik, Anggita untuk pertama kalinya terjun dalam ajang lomba nyanyi pada tahun 2016 lalu untuk tingkat provinsi. Kala itu, dia masih kelas 6 SD. Dan juara 1 pun langsung diraihnya. Dari sana, sejumlah lomba musik dia ikuti bahkan hingga tingkat nasional.
“Lomba yang saya ikuti terakhir itu cipta lagu dan bernyanyi sekitar dua tahun lalu. Itu tingkat nasional yang diselenggarakan secara online. Saya juara dua dari seluruh Indonesia dengan jumlah peserta seratus orang,” ujarnya dengan bangga.
Saat itu, Anggita membawakan lagu yang ia tulis sendiri. Judulnya, Aku Istimewa dan bisa dilihat di YouTube. Urusan menyanyi, Anggita memang sudah ada bakat sejak kecil. Masa kecilnya sering diputarkan musik oleh kedua orang tuanya.
“Semenjak sekolah disini, terus diketahui suka nyanyi, bakat saya kemudian diasah lagi. Kemudian saya merasa lebih baik dan berkembang disini,” ungkapnya.
Sekolah di SLB D YPAC Jimbaran dilakoninya karena Anggita memiliki sakit terkena virus kerapuhan tulang. Sakit itu baru ketahuan sejak ia berumur 1 bulan 7 hari. Segenap usaha sudah dilakukan untuk sembuh, namun apa daya, perempuan yang sangat periang ini harus menghabiskan hidupnya di kursi roda.
Namun asa tak boleh berhenti. Cita-cita tinggi dibidang publik speaking pun ia dambakan. “Kalau dikasik jalan, saya ingin masuk ilmu komunikasi. Saya bercita-cita ingin jadi penyiar radio,” ujarnya.
Cita-cita menjadi penyiar radio dari sejak kecil ini kemudian tumbuh kembali saat pandemi, ketika Anggita mengikuti sejumlah seminar. Ia berharap, kesempatan itu dapat ia raih. Setidaknya, modal bercakap dengan baik dan juga memiliki suara yang enak untuk didengar saat bernyanyinia telah miliki.
Kisah Anggita sudah di dengar oleh sejumlah Yayasan. Salah satunya Yayasan Aku For Bali yang ikut serta urunan membantu membangun sekolah tempat Anggita dan teman-teman lainnya untuk belajar.
“Saat ini sedang ada pembangunan. Ya, kita bantu. Apalagi, kita lihat sendiri, Anggita dan teman-teman lainnya memiliki prestasi yang luar biasa dan kita wajib apresiasi dengan kemampuan yang kita miliki,” singkat Isyanita, Ketua Yayasan Aku For Bali saat berbagi kebahagiaan di YPAC Jimbaran. (i wayan widyantara/rid)