Seorang balita asal Desa Ringdikit, Kecamatan Seririt, mengalami gangguan saluran pencernaan. Pihak keluarga tak bisa berbuat banyak.
Kesulitan ekonomi yang membelit mereka, terpaksa membuat keluarga hanya melakukan pengobatan secara tradisional.
EKA PRASETYA, Singaraja
BADAN Dewa Putu Surya Adnyana Putra, 4, terlihat kurus. Lingkar tangannya sangat kecil. Berat badannya pun sangat rendah.
Saat melakukan pengecekan tumbuh kembang rutin di Posyandu, berat badannya hanya berkisar antara 10 kilogram hingga 11 kilogram. Biasanya anak sesuai Surya akan memiliki berat badan lebih dari 15 kilogram.
Saat Jawa Pos Radar Bali bertandang ke rumah balita tersebut, kondisinya sungguh berbeda. Dalam usia 4 tahun, Dewa Putu belum fasih bicara.
Juga terindikasi mengalami gangguan pendengaran. Perutnya membesar hingga ke bagian dada. Perutnya juga mengeras.
Sudah sebulan terakhir, balita itu mengalami gangguan saluran pencernaan. “Sejak selesai Galungan itu, perutnya terus membesar. Buang airnya juga tidak lancar,” kata Jro Kadek Desi, 20, sang ibu.
Dewa Putu Surya lahir pada 2017 lalu. Anak pertama dari pasangan Dewa Komang Agus Alit, 30, dan Jro Kadek Desi itu sempat mengalami gangguan pencernaan sejak lahir.
Beberapa hari setelah dilahirkan, Dewa Putu Surya sempat dirawat di RSUD Buleleng karena kesulitan buang air besar.
“Waktu itu perutnya kembung. Dua kali bolak-balik ke RSUD karena kotoran itu keluar dari mulut dan hidung.
Karena di Buleleng alatnya belum lengkap, akhirnya dirujuk ke (rumah sakit) Sanglah. Waktu itu sebulan anak saya opname di sana,” tutur Desi.
Saat itu keluarga tak tahu secara pasti penyakit apa yang diderita putranya. Dokter hanya menyebut bahwa anaknya mengalami kelainan pada saluran pencernaan. Tepatnya pada bagian usus.
Setelah menjalani perawatan selama sebulan, bocah tersebut akhirnya diizinkan pulang. Selama bertahun-tahun anaknya tak mengalami gangguan kesehatan.
Namun sejak usai hari raya Galungan pada April lalu, perut sang anak kembali membesar. Keluarga pun kebingungan. Mereka tadinya berencana menempuh pengobatan medis.
Kartu KIS yang dikantongi sempat dicek. Ternyata kartu dalam kondisi tidak aktif. Kartu baru aktif pada bulan Juni mendatang.
Keluarga akhirnya menempuh jalan non medis. Mereka mendatangi paranormal. Namun hanya diberikan minyak oles. Keluarga juga memberikan berbagai macam jamu. Sayang tak ada perubahan berarti.
Baru pekan lalu keluarga memutuskan datang ke Puskesmas Seririt III. Saat itu tim medis menyebut Dewa Putu Surya mengalami gangguan pada saluran pencernaan dan harus menjalani operasi.
Keluarga sempat galau. Sebab pengobatan harus dilakukan dalam waktu cepat. Sementara kartu KIS baru aktif bulan depan. Berobat dengan jalur pasien umum pun membutuhkan biaya besar.
“Suami saya hanya cari belut. Kalau dapat, dipakai makan. Kalau lebih, baru dijual. Saya juga hanya kerja di warung makan. Itu pun dua hari sekali,” ungkap Jro Desi.
Kemarin (20/5) sejumlah pihak mendatangi rumah bocah tersebut. Mulai dari pihak komunitas sosial, Dinas Sosial Buleleng,
maupun Ketua Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) Buleleng I Gusti Ayu Aries Sujati Suradnyana juga sempat melihat langsung kondisinya.
Kepala Dinas Sosial Buleleng Putu Kariaman Putra mengungkapkan, pihak Dinsos akan berupaya mempercepat proses pengobatan sang anak. Caranya mendaftarkan anak tersebut sebagai penerima KIS-APBD.
Sejatinya keluarga telah terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Mereka juga telah terdaftar sebagai penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dari Kementerian Sosial.
“Sebenarnya sudah layak menerima KIS-APBN juga. Mungkin kemarin belum diurus oleh keluarga. Memang seharusnya setelah anak berusia 3 bulan, harus didaftarkan KIS yang permanen.
Sekarang kami akan tangani lewat KIS-APBD dulu, sambil nanti dialihkan statusnya ke KIS-APBN. Supaya pengobatannya lebih cepat dilakukan,” kata Kariaman.
Sementara itu, Ketua K3S Buleleng I Gusti Ayu Aries Sujati mengatakan, bocah itu akan menjalani pemeriksaan medis di RS Kertha Usada pada Jumat (20/5) pagi.
Rencananya sejumlah yayasan akan membantu biaya pengobatan. Diantaranya Yayasan Angel Hearts, Global Village Foundation, Yayasan Sesama, dan Buleleng Social Community.
“Sementara dari yayasan keroyokan dulu membantu biaya pengobatan. Nanti masuk pasien umum dulu. Setelah KIS-nya aktif, biayanya akan dialihkan. Supaya bisa meringankan keluarga juga,” kata Aries.
Selain itu pihaknya juga akan mengoptimalkan tim penggerak PKK yang ada di desa. Mengingat ada indikasi sang anak mengalami kurang gizi dan mengarah ke stunting.
“Nanti dari PKK juga akan menyuplai makanan tambahan. Sehingga gizinya terpenuhi,” demikian Aries. (*)