Seiring perkembangan zaman. Polah dan minat wisatawan yang berkunjung ke Bali kian beragam. Tak hanya menikmati keindahan alam, relegi, serta seni budaya. Ada di antara mereka yang spesial mengunjungi tempat yang berbau horor. Seperti yang ada di Bali. Seperti apa?
Juliadi/Ni Kadek Novi Febriani/Candra Gupta
MYSTICAL tour, begitu sebutan penggemar wisata horor nan mistis dalam grup di media sosial. Wisata yang menyasar tempat horor ini memang sedang trend di kalangan anak muda. Khsususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bali, maupun di Medan.
Untuk paket wisata sendiri umumnya dipromosikan khusus di grup yang mereka buat. Budget per peserta pun beragam. “Untuk di Jakarta dan Surabaya di kisaran Rp 500 ribu per sekali trip ke tempat-tempat angker dan horor. Itu cuma beberapa jam dari tengah malam. Sedangkan kalau ke Bali, lumayan mahal karena harus menginap. Kisaran Rp 5 juta per peserta,” aku Wawan, salah satu penggagas Mystical tour dihubungi kemarin (27/8) malam.
Lanjut dia, para peserta tak hanya sekadar dibawa dan berkeliling ke tempat horor. Untuk keamanan dan kenyamanan peserta, tour guide sudah membawa paranormal sendiri. “Kalau di Bali, kami menghubungi mangku atau tokoh setempat supaya tidak ada salah langkah dalam hal adat istiadat,” jelas dia.
Umumnya, satu grup tour wisata mistis berjumlah 5 sampai 10 orang. “Kalau terlalu ramai kan tidak bisa menikmati aura dan sensasi mistisnya. Yang dicari peserta tidak hanya penampakan, kesan angker. Tapi, baru tiba bulu kuduk langsung berdiri. Di sana sensasinya,” tandasnya.
Di Bali ada beberapa tempat yang menjadi rujukan. Di antaranya adalah area Bekas Taman Festival Bali, Denpasar; dan Hotel PI (Pondok Indah) Bedugul. “Tempat itu memang jadi primadona sampai sekarang. Selain di Dam Oongan dan juga objek wisata Trunyan,” tukasnya.
Memang, di dua tempat itu yang menjadi primadona. Memiliki banyak catatan horor. Khususnya eks Taman Festival Bali di Jalan Pantai Padanggalak, Banjar Kedaton, Kesiman Petilan. Selain peserta mengaku banyak melihat penampakan. Wisatawan juga makin penasaran dengan banyaknya “promosi” yang divideokan konten kreator.
Untuk diketahui, area bekas Taman Festival Bali di Jalan Pantai Padang Galak, Banjar Kedaton, Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur, dikenal sebagai lokasi yang angker. Tak jarang diberitakan, ada temuan orang yang bunuh diri di taman yang tutup sejak 1998 itu. Semak belukar dan ruangan berlumut menambah kesan horor di kawasan yang mulai tahun ini diawasi Desa Adat Kesiman.
“Ada saja orang yang datang ke bekas Taman Festival Bali,” aku Bendesa Adat Kesiman Jero Mangku Ketut Wisna. Yang datang terkadang rombongan baik lokal maupun wisatawan asing. Selain wisata horor, banyak juga yang bersembahyang karena di sana banyak tempat suci. Pun, menikmati keindahan relief ukuran di bekas Taman Festival Bali itu.
Demikian, untuk menjaga keamanan dan ketertiban di lokasi. Pihaknya menyiapkan petugas untuk standby di lokasi. Sebab, ada indikasi selain wisatawan penikmat horor. Ada juga yang datang ke lokasi tersebut untuk pesta narkoba atau membuat leteh wilayah yang masuk wewidangan Desa Adat Kesiman tersebut. “Seperti baru-baru ini ada yang ulah pati gantung diri. Juga ada yang melakukan ritual yang menyimpang. Ini tentu harus kami antisipasi,” ujarnya dari balik gagang telepon genggamnya.
Saat ini, petugas dari Yayasan Desa Keisman selain menjaga kebersihan dan keamanan bekas Taman Bali Festival. Pun, mengawasi pengunjung supaya tidak berbuat yang aneh-aneh. Ke depan, pihaknya berharap Pemprov Bali bisa menyerahkan lahan tersebut untuk dikelola desa adat sebagai lokasi parkir untuk umat yang melakukan panca Yadnya di Pantai Padanggalak. “Tahun 2026 kontrak pengelola habis dengan Pemprov. Kami harapkan bisa diizinkan mengelola untuk parkir panca yadnya krama se-Denpasar,” tukasnya. (bersambung)