Warning: Undefined variable $reporternya in /var/www/devwpradar/wp-content/themes/Newspaper/functions.php on line 229
27.6 C
Jakarta
26 Juli 2024, 1:23 AM WIB

Keren! Seniman Bali Ini Dipercaya Bikin Piala untuk Festival Film Internasional

DENPASAR – Balimakarya Film Festival 2022 sebuah festival film bergengsi yang melibatkan pegiat film se-Asia Tenggara. Festival itu akan berlangsung di Bali pada tanggal 16 Oktober sampai tanggal 21 Oktober 2022 mendatang.

Menariknya, piala atau yang disebut Trofi Penjor yang akan diberikan kepada para penggiat film pada Malam Penganugerahan Balimakarya Film Festival 2022 di Court Yard TS Suites Seminyak dibuat oleh seorang seniman asal Bali bernama Ketut Putrayasa.

Piala yang dirancangnya berjumlah 9 piala untuk berbagai kategori. Mulai dari kategori Southeast Asian Documentary Competition, yaitu  Best Film. Lalu kategori Indonesian Film Showcase Competition masing -masing  Best Film,  Best Director, Best Actor, Best Actress. Sedangkan kategori  Penjor Award for Southeast Asian Competition, diantaranya,  Best Film,  Best Director, Best Actor, Best Actress.

Putrayasa, sosok seniman multitalenta yang karyanya kerap mewarnai pameran baik tingkat regional maupun internasionanal, dalam kesempatan ini  mendesain konsep penjor sebagai lambang kesejahtraan. Buah karyanya memiliki makna kesuburan, kejayaan, dan penghormatan.

Menurut seniman asal Tibubeneng, Kuta Utara, Badung ini, pemakaian bahan atau semua element yang ada dalam hiasan penjor merupakan simbolisasi dari alam.  “Garis pada piala dalam bentuk penjor melengkung, menyerupai batang padi yang menguning, merupakan simbol dari rendah hati , bijak, serta ruang kontemplasi. Sedangkan dua penjor yang saling berhadapan satu sama lainya menyerupai bentuk jantung, simbol dari harapan dan cinta kasih semesta,” katanya di Kubu Kopi, Denpasar, Selasa (11/10/2022).

Sementara itu, logam yang digunakan adalah kuningan. Sedangkan pada alas piala menggunakan batu volcanic sisa letusan Gunung Maha Agung di Bali tahun 1963, sebagai simbol keberhasilan atau sang juara harus ditempuh lewat perjuangan. “Spirit kreativitas harus dimulai dari dalam diri. Sementara batu merupakan simbol ke abadian karena setia,” tambahnya.

Sementara itu, Tommy F. Awuy selaku Founder dan Board BaliMakarya Film Festival pada kesempatan yang sama menyatakan, festival ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat di kota tempat terselenggaranya festival di berbagai bidang budaya, sosial dan ekonomi. “Kami bertujuan mengembangkan apresiasi dan juga melahirkan profesional-profesional dibidang film. Ajang ini sebagai pertukaran budaya dengan negara-negara lain dan berjejaring secara profesional,” pungkasnya. (marsellus nabunome pampur/rid)

DENPASAR – Balimakarya Film Festival 2022 sebuah festival film bergengsi yang melibatkan pegiat film se-Asia Tenggara. Festival itu akan berlangsung di Bali pada tanggal 16 Oktober sampai tanggal 21 Oktober 2022 mendatang.

Menariknya, piala atau yang disebut Trofi Penjor yang akan diberikan kepada para penggiat film pada Malam Penganugerahan Balimakarya Film Festival 2022 di Court Yard TS Suites Seminyak dibuat oleh seorang seniman asal Bali bernama Ketut Putrayasa.

Piala yang dirancangnya berjumlah 9 piala untuk berbagai kategori. Mulai dari kategori Southeast Asian Documentary Competition, yaitu  Best Film. Lalu kategori Indonesian Film Showcase Competition masing -masing  Best Film,  Best Director, Best Actor, Best Actress. Sedangkan kategori  Penjor Award for Southeast Asian Competition, diantaranya,  Best Film,  Best Director, Best Actor, Best Actress.

Putrayasa, sosok seniman multitalenta yang karyanya kerap mewarnai pameran baik tingkat regional maupun internasionanal, dalam kesempatan ini  mendesain konsep penjor sebagai lambang kesejahtraan. Buah karyanya memiliki makna kesuburan, kejayaan, dan penghormatan.

Menurut seniman asal Tibubeneng, Kuta Utara, Badung ini, pemakaian bahan atau semua element yang ada dalam hiasan penjor merupakan simbolisasi dari alam.  “Garis pada piala dalam bentuk penjor melengkung, menyerupai batang padi yang menguning, merupakan simbol dari rendah hati , bijak, serta ruang kontemplasi. Sedangkan dua penjor yang saling berhadapan satu sama lainya menyerupai bentuk jantung, simbol dari harapan dan cinta kasih semesta,” katanya di Kubu Kopi, Denpasar, Selasa (11/10/2022).

Sementara itu, logam yang digunakan adalah kuningan. Sedangkan pada alas piala menggunakan batu volcanic sisa letusan Gunung Maha Agung di Bali tahun 1963, sebagai simbol keberhasilan atau sang juara harus ditempuh lewat perjuangan. “Spirit kreativitas harus dimulai dari dalam diri. Sementara batu merupakan simbol ke abadian karena setia,” tambahnya.

Sementara itu, Tommy F. Awuy selaku Founder dan Board BaliMakarya Film Festival pada kesempatan yang sama menyatakan, festival ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat di kota tempat terselenggaranya festival di berbagai bidang budaya, sosial dan ekonomi. “Kami bertujuan mengembangkan apresiasi dan juga melahirkan profesional-profesional dibidang film. Ajang ini sebagai pertukaran budaya dengan negara-negara lain dan berjejaring secara profesional,” pungkasnya. (marsellus nabunome pampur/rid)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/