SINGARAJA – Sampah yang selama ini dipandang sebelah mata, ternyata bisa diolah menjadi sebuah karya seni.
Potensi sampah menjadi sebuah karya, dilakoni oleh seniman-seniman yang ada di Buleleng.
Puluhan karya yang menggunakan media sampah, kini dipamerkan di Sekretariat Yayasan Manik Bumi.
Tercatat ada ada 23 karya seni yang dihadirkan. Puluhan karya itu diciptakan oleh 16 orang seniman.
Dari 16 orang seniman itu, sebanyak 15 orang diantaranya berasal dari Buleleng. karya-karya itu dihadirkan dalam pameran bertajuk “Trash to Art”.
Mereka yang terlibat dalam pameran yakni Made Bayak, I Putu Wilasa, Kadke Dwi Jayanta, Kadek Surya Dwipa, Angga Heri, Juning, I Wayan Trisnayana, I Made Santika Putra,
Ngakan Nyoman Ardi, I Komang Wikrama, I Ketut Andi Palwika, Gede Sukradana, Yohanes Soubirius de Santo, I Gede Pasek, Made Wijana, dan Mizan Torek.
Para perupa berusaha mengolah sampah menjadi media baru untuk berkarya, ada yang menggunakan sampah plastik, ban dalam, kardus, kaleng, maupun kertas.
Hampir seluruh karya dihadirkan dalam bentuk tiga dimensi. Patung “I am Ayam” karya I Made Santika Putra misalnya.
Patung yang menghadirkan kisah pertarungan dua ekor ayam jantan itu, dibuat dari ban dalam bekas.
Sementara patung “Bangkai Ikan” karya Putu Wilasa, menggunakan media sampah plastik kemasan.
Sampah-sampah itu dilelehkan dan dirangkai sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk ikan. Di salah satu sisi, Wilasa menghadirkan perut ikan yang berisi sampah-sampah plastik.
“Ini terinspirasi dari berita soal ikan yang terdampar dan ditemukan dalam kondisi mati. Kemudian setelah dibedah
di perutnya ada banyak sampah plastik. Ini menjadi persoalan serius bagi ekosistem kita,” kata Wilasa yang juga seorang musisi itu.
Sementara itu, Ketua Yayasan Manik Bumi, Juli Wirahmini mengatakan, pameran itu diselenggarakan sebagai tawaran baru dalam berkesenian.
“Sampah kalau diolah, bisa jadi media baru dalam berkesenian. Kami harap ini bisa jadi media alternatif bagi seniman-seniman dalam berkarya,” katanya.