DENPASAR-Susiawan merupakan seniman yang membuat karya lukis dari hasi meditasi spiritualnya sendiri. Karya-karyanya banyak menggali nilai-nilai spiritual terkait nilai hindu Jawa dan Bali. Baginya, melukis adalah meditasi visual.
Dalam waktu dekat, Susiawan akan memamerkan 27 buah lukisannya. Pameran itu digelar dari tanggal 28 Oktober hingga 28 November di Tony Raka Gallery, Jalan Raya Mas, Ubud. “Semenjak beberapa tahun lalu, saya mendalami pencarian akar budaya Hindu Bali dan Jawa. Melukis bagian dari meditasi visual, karena kekuatan saya di garis dan gambar,” katanya di Denpasar, Selasa (25/10/2022).
Menurut dia, karya-karua miliknya ini berbasis pencarian spiritual. Dimana, dia tinggal di Bali sejak tahun 2007 silam. Sebelumnya, ia lama tinggal di Kanada bersama istrinya, Susan Allen. Sejak masih kuliah pada 1970-an dan 1980-an, Susiawan telah menjadi pekerja sosial yang bergerak di bidang pendidikan anak berbasis seni.
Selain melukis, sekarang Susiawan bersama istrinya mengelola sanggar seni kontemporer untuk anak dan remaja di Ubud. Pada 2020, Susiawan mulai mengerjakan karya-karya yang didasari penggalian akar budaya spiritualisme lokal Hindu Jawa dan Bali.
Hasilnya adalah seri lukisan dan karya grafis bertema “Imaji Kanda Pat”. Karya-karya dari seri ini mendominasi materi pameran Sukma Painting (Lukisan Sukma)
“Istilah “kanda pat” berarti “empat saudara”. Dalam kepercayaan tradisional Bali, kanda pat adalah empat saudara kandung mistis yang menemani setiap orang sejak dari dalam kandungan sampai meninggal dunia. Kanda pat juga dikenal di Jawa, tapi dengan nama lain. Ketika masih kecil, semasa tinggal di Solo, Jawa Tengah, saya sudah mendengar tentang kanda pat dari lingkungan keluarganya,” urainya.
Di Bali, berpuluh-puluh tahun kemudian, Susiawan diperkenalkan lebih jauh dengan kanda pat oleh seorang rekannya. Ia juga diantarkan ke sebuah pura yang dipersembahkan untuk kanda pat, yaitu Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Pengideran Dewata Nawa Sangha di Denpasar.
Persentuhan dengan kanda pat di Bali itu terasa sangat mencerahkan bagi Susiawan, membangkitkan energi kreatifnya untuk menciptakan karya-karya yang diilhami kanda pat. Jalan kreatif yang bersendikan spiritualitas menjadi terbuka lebar untuknya.
“Setiap mengawali proses berkarya, saya bersujud mengucapkan terima kasih yang dalam terhadap kuasa Tuhan Yang Esa, terhadap perjuangan sang bunda, terhadap dukungan sang Kanda Pat, terhadap semesta, sehingga saya selamat dan rahayu. Ritual meditasi visual yang sangat sederhana ini menghantarkan saya ke keheningan yang damai dalam sapuan spontan kuas yang cepat dengan warna-warna yang tersedia,” tutur Susiawan.
Susiawan tampak banyak menyerap unsur-unsur tradisi spiritual Bali ke dalam kerja seninya yang berorientasi spiritual. Seri lukisan “Imaji Kanda Pat” didominasi warna merah, hitam dan putih. Tiga warna tersebut mengingatkan pada warna gelang benang yang bermakna religius dan biasa dikenakan di pergelangan tangan kanan pemeluk agama Hindu-Bali.
Gelang triwarna ini dikenal dengan nama “Tridatu”. Warna gelang Tridatu melambangkan Tuhan dalam tiga manifestasinya, yaitu Dewa Brahma (merah), Dewa Wisnu (hitam), dan Dewa Siwa (putih). Gelang Tridatu juga menyimbolkan tiga fase kehidupan, yaitu lahir, hidup, dan mati.
Melalui “lukisan sukma”, Susiawan menebarkan pesan penting tentang urgensi terapi rohani untuk dunia kita yang sakit.