27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 7:40 AM WIB

Viral, Remaja Terlibat Baku Hantam di Buleleng

SINGARAJA – Aksi remaja saling baku hantam, kembali viral di media sosial. Kali ini dua orang remaja asal Desa Patemon, terekam video sedang baku hantam di depan sebuah toko pakaian. Keduanya terlibat perkelahian karena ketersinggungan.

 

Peristiwa baku hantam itu sejatinya telah terjadi pada Sabtu (7/5) lalu. Pihak yang terlibat perkelahian adalah Putu A, seorang remaja pria berusia 14 tahun dan seorang remaja pria berusia 17 tahun berinisial Gusti B. Mereka sama-sama berasal dari Desa Patemon, Kecamatan Seririt. Meski peristiwa itu telah terjadi pekan lalu, namun videonya baru mencuat di media sosial pada Rabu (11/5).

 

Perbekel Patemon I Ketut Winaya mengungkapkan, peristiwa itu terjadi karena salah paham. Winaya mengungkapkan, peristiwa bermula saat remaja berusia 14 tahun hendak menuju toko pakaian. Ia membonceng rekannya yang berinisial P, 14, berasal dari Desa Pangkungparuk.

 

Di perjalanan Putu A dan P bertemu dengan Gusti B. Saat itu Gusti B dan P sempat saling sapa. Karena keduanya memang kenal cukup dekat. Sementara Gusti B tak begitu mengenal Putu A. Diduga saat itu sepeda motor keduanya sempat hampir terserempet.

 

Ternyata mereka bertemu di toko baju yang sama. Kemudian Putu A dan Gusti B sempat saling pandang. Gusti B sempat menanyakan asal usul Putu A. “Nah yang Putu A ini sempat bilang dari Patemon. Lalu dia bilang ‘kar ngengken cai?’. Karena kata-kata itu terdengar seperti menantang, akhirnya terjadi perkelahian itu,” ungkap Winaya.

 

Menurut Winaya pihak desa sempat mempertemukan Putu A dengan Gusti B, untuk melakukan klarifikasi terkait video tersebut. Proses klarifikasi juga disaksikan pihak kepolisian. Keduanya mengaku ada salah paham dan ketersinggungan dalam peristiwa itu.

 

“Tadi juga polisi sempat minta keterangan. Besok akan kami pertemukan lagi. Kalau kami di desa berharap supaya ini bisa selesai lewat mediasi. Namanya anak-anak, emosinya masih belum terkendali. Kami di desa akan membina mereka, terutama dari sisi etika. Biar tidak terulang lagi,” demikian Winaya. (eps)

 

 

 

SINGARAJA – Aksi remaja saling baku hantam, kembali viral di media sosial. Kali ini dua orang remaja asal Desa Patemon, terekam video sedang baku hantam di depan sebuah toko pakaian. Keduanya terlibat perkelahian karena ketersinggungan.

 

Peristiwa baku hantam itu sejatinya telah terjadi pada Sabtu (7/5) lalu. Pihak yang terlibat perkelahian adalah Putu A, seorang remaja pria berusia 14 tahun dan seorang remaja pria berusia 17 tahun berinisial Gusti B. Mereka sama-sama berasal dari Desa Patemon, Kecamatan Seririt. Meski peristiwa itu telah terjadi pekan lalu, namun videonya baru mencuat di media sosial pada Rabu (11/5).

 

Perbekel Patemon I Ketut Winaya mengungkapkan, peristiwa itu terjadi karena salah paham. Winaya mengungkapkan, peristiwa bermula saat remaja berusia 14 tahun hendak menuju toko pakaian. Ia membonceng rekannya yang berinisial P, 14, berasal dari Desa Pangkungparuk.

 

Di perjalanan Putu A dan P bertemu dengan Gusti B. Saat itu Gusti B dan P sempat saling sapa. Karena keduanya memang kenal cukup dekat. Sementara Gusti B tak begitu mengenal Putu A. Diduga saat itu sepeda motor keduanya sempat hampir terserempet.

 

Ternyata mereka bertemu di toko baju yang sama. Kemudian Putu A dan Gusti B sempat saling pandang. Gusti B sempat menanyakan asal usul Putu A. “Nah yang Putu A ini sempat bilang dari Patemon. Lalu dia bilang ‘kar ngengken cai?’. Karena kata-kata itu terdengar seperti menantang, akhirnya terjadi perkelahian itu,” ungkap Winaya.

 

Menurut Winaya pihak desa sempat mempertemukan Putu A dengan Gusti B, untuk melakukan klarifikasi terkait video tersebut. Proses klarifikasi juga disaksikan pihak kepolisian. Keduanya mengaku ada salah paham dan ketersinggungan dalam peristiwa itu.

 

“Tadi juga polisi sempat minta keterangan. Besok akan kami pertemukan lagi. Kalau kami di desa berharap supaya ini bisa selesai lewat mediasi. Namanya anak-anak, emosinya masih belum terkendali. Kami di desa akan membina mereka, terutama dari sisi etika. Biar tidak terulang lagi,” demikian Winaya. (eps)

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/