DENPASAR – Penyebab dibalik tewasnya bayi berumur 3 bulan berinisial ENA di salah satu tempat penitipan anak “Princess House Children” di Jalan Drupadi VII Nomor 2A Renon, Kamis (9/5) lalu kian terungkap.
Berdasar informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, ada dugaan unsur kelalaian yang dilakukan petugas di Tempat Penitipan Anak (TPA) saat menangani bayi berjenis kelamin perempuan itu.
Hal tersebut diungkapkan oleh Siti Sapurah, seorang pemerhati anak di Bali. Ipung, panggilan akrabnya, sejak mendengar informasi kematian bayi ENA, langsung bergerak untuk mencari tahu informasi dari sejumlah narasumber terpercaya.
“Informasi yang saya dapat adalah kematian bayi atas kelalaian pengasuhnya. Dia diberi susu botol dan ditinggal,” ungkap Ipung kepada Jawa Pos Radar Bali pada Minggu (12/5) siang.
Apa yang disampaikan Ipung, tentu berbeda dengan informasi sebelumnya. Dimana, bayi ENA diduga tewas saat si pengasuh meninggalkan sebentar bayi yang sedang dimandikannya tersebut.
Akibatnya, bayi pun kehabisan oksigen dan meminum air bak. Kabar tersebut langsung dibantah Ipung tentunya.
Hasil pengumpulan informasi yang dilakukan Ipung, menyebutkan bayi tersebut tidak meninggal di bak mandi.
“Apa alasannya meninggal kan bayi di bak mandi? Info yang saya dapat tidak begitu. Dia diberi susu botol lalu ditinggal,“ tegasnya lagi.
Ipung pun mengilustrasikan dari sejumlah infomasi yang dia dapatkan dari berbagai sumber kepercayaanya.
Katanya, bayi selesai mandi (3 bulan) tentu masih memakai bedong (selimut bayi). Bayi itu pun ditidurkan sambil diberi susu botol.
“Karena ditinggal oleh pengasuhnya tentu ini riskan. Bayi akan terus menyedot botol susu tersebut,” ungkapnya.
“Dan kalau bayi itu masih haus, dia akan tetap berusaha menyedotnya. Dan setelah botol susu itu habis atau lepas dari mulut si bayi, tentu bayi akan menggerakkan tubuhnya ke arah botol susu tersebut,” terangnya.
Dalam kondisi seperti ini, lanjutnya, tentu bedong (selimut) bayi tersebut juga akan ikut bergerak dan menutupi hidungnya atau si bayi akan bergerak sampai miring dan telungkup dan tak bisa lagi membalikkan tubuhnya.
“Nah kemungkinan ini bisa terjadi dan menyebabkan bayi kehabisan oksigen,” sebutnya. Jadi, dalam kondisi bayi masih berumur 3 bulan tentu sangat rawan jika pengasuhnya meninggalkan
si bayi sendiri apalagi dalam posisi di bedong dan terlentang di atas tempat tidur tanpa pengawasan. “Tentu disini tidak bisa dianggap kematian wajar,” terangnya.
Pihak kepolisian hingga kini masih melakukan penyelidikan. Sejumlah langkah pun telah diambil, seperti memeriksa sejumlah pegawai dan pemilik Tempat Penitipan Anak (TPA) tersebut.
Selain itu, pihaknya juga telah melakukan otopsi terhadap bayi di forensik RS Sanglah. Sedangkan hasil visum menyebutkan, tidak ada tanda kekerasan.
Namun jasad anaknya pada wajah dan tangannya membiru yang menandakan kehabisan oksigen.
Seperti diberitakan, tewasnya bayi dari pasangan suami istri (pasutri) Andika Angara, 27, dan Ikka Saraswati Dewi,25 terungkap saat ayah bayi (Andika) pulang kerja.
Sepulang dari kerja, pria yang tinggal di Jalan Akasia XV Gang Seroja nomor 23, Kesiman, Denpasar Timur langsung datang ke Princess House Cildren tempat bayi ENA dititip.
Setiba di tempat penitipan, Andika oleh petugas tidak diperkenankan masuk dan disuruh menunggu.
Namun setelah beberapa saat menunggu, Andika tidak kunjung dipertemukan dengan bayinya.
Merasa ganjil dan curiga dengan gelagat petugas yang tidak wajar, Andika pun lantas menanyakan kembali perihal anaknya ke pegawai.
Usai didesak, akhirnya pegawai pun mengaku jika bayi Andika dilarikan ke rumah sakit Bross Denpasar karena sakit.
Mendapat informasi dari pegawai, Andika langsung bergegas ke rumah sakit Bross. Setibanya di sana, Andika terkejut karena mendapati putrinya sudah tidak bernyawa.
Andika pun tidak terima saat menemukan anaknya meninggal. Padahal pagi saat dititipkan, anaknya baik-baik saja. Dia kemudian melaporkan kejadian ini ke Polresta Denpasar sekitar pukul 17.00.