Eka Febriyanti, asiaten rumah tangga korban kekerasan majikan telah melapor ke Mapolda Bali.
Bahkan, tak hanya majikannya Desak Made Wiratningasih yang dilaporkan, adik tiri korban bernama Santi dan Satpam rumah Eri juga ia laporkan.
Ketiganya ia laporkan atas kasus penyiraman air panas yang dilakukan pada Selasa (7/5) di rumah majikannya yang taik jauh dari Stadion Dipta, Gianyar.
MARCELL PAMPUR, Denpasar
Raut takut dan trauma masih sangat terlihat dari wajah Eka Febrianti.
Sambil berurai air mata dan menahan rasa sakit, asisten rumah tangga asal Kalisat, Jember, Jawa Timur itu akhirnya mau mengungkap kronologi awal mula kejadian keji yang ia alami hingga lolos dan kabur dari rumah majikannya.
Menurut Eka Febrianti, kejadian biadab itu berlangsung di rumah majikannya yang tidak jauh dari Stadion Kapten Dipta, Gianyar.
Kejadian keji ini menurutnya dipicu karena masalah sepele.
Gara-garanya karena ia tidak berhasil menemukan gunting kawat besi seharga Rp 88 ribu yang hilang di rumah majikannya.
Setelah disiram sekali, korban pun diancam akan disiram lagi dengan mengunakan dua panci air panas. Karena takut, sehari setelahnya, pada Rabu (8/5), sekitar 9 pagi korban kemudian kabur dari rumah majikanya.
“Korban ini kabur saat adik tirinya sedang mandi dan majikannya sedang tidur. Korban kabur dengan cara melompat pagar,” kata Supriyono, pengacara korban saat melapor ke Mapolda Bali, Rabu (15/5).
Setelah berhasil lompat melewati pagar dalam kondisi tubuh penuh luka karena siraman air panas, korban kemudian bersembunyi di sebuah warung yang letaknya tidak.jauh dari rumah majikan korban di sekitar stadion Dipta Gianyar.
Kepada ibu pemilik warung, tersebut korban menceritakan jika dirinya dianiaya majikan. Korban juga mengatakan akan kabur menuju Nusa Dua, Badung di rumah sahabatnya.
Karena merasa iba, ibu pemilik warung memberi korban uang Rp.5.000 dan juga kue sebagai bekal korban di jalan.
Ibu pemilik warung itu juga menyuruh korban untuk sesegera mungkin berjalan jauh dari rumah majikan. Setelah jauh berjalan kaki, korban kemudian bertemu lagi dengan seorang ibu pemilik warung.
“Korban ditanya oleh ibu-ibu itu, korban hendak kemana dan kenapa tubuhnya penuh luka. Korban menceritakan jika dirinya dianiaya majikan. Maka ibu itu mencarikan seorang polisi,” tambah Supriyono.
Setelah dipertemukan dengan polisi, oleh polisi itu, korban dicarikan angkot menuju terminal Bus Sarbagita jurusan Nusa Dua.
Setelah sampai terminal, karena takut uangnya tidak cukup membayar bus, korban sempat kebingungan. Saat dalam kondisi bingung seorang satpam terminal pun membantu korban mencarikan ojek untuk menghantar korban ke rumah sahabatnya di Nusa Dua.
Singkat cerita, setelah naik ojek dari terminal, korban akhirnya sampai di rumah sahabatnya di Nusa Dua sekitar pukul 21.00.
“Melihat korban ini dalam kondisi parah, malam itu sahabatnya ini mencoba menggunting baju korban. Karena sudah lengket dengan kulit-kulit di tubuh korban yang mengelupas akibat disiram air panas,” tambah Supriyono.
Besoknya, Kamis (9/5) pagi, korban baru mendapatkan penanganan medis. Dia dibawa oleh sahabatnya untuk dirawat di Puskesmas Kuta Selatan untuk dirawat.