DENPASAR – Untuk kali kedua Kantor DPD RI Dapil Bali, Jalan Cok Agung Tresna No. 74, Sumerta Kelod, Denpasar digerudug massa, Rabu (28/10) kemarin.
Berbeda dengan aksi sebelumnya, Selasa (27/10) lalu yang memaksa massa pulang dengan tangan hampa, kemarin Sandi Murti, Puskorhindunesia, Swastika Bali,
dan beberapa komponen masyarakat Hindu Bali asal Nusa Penida, Klungkung berhasil menemui Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa atau disingkat Arya Wedakarna (AWK).
Sayangnya, tidak ada titik temu antara kedua pihak yang dikawal ketat aparat keamanan. Informasi yang dirangkum di lokasi,
massa yang tiba sekitar pukul 12.10 harus sabar menanti di depan kantor DPD karena pintu gerbang ditutup.
Meski demikian, massa tidak menyerah. Orasi tetap dilakukan hingga akhirnya senator peraih suara tertinggi di Indonesia, 742.718 itu berhadap-hadapan dengan massa.
Sahut-sahutan bernada tinggi terjadi. Hingga akhirnya AWK yang dikawal ketat para ajudan dan sejumlah anggota ormas menyatakan mau menemui massa di ruang rapat Kantor DPD RI Bali namun hanya 5 orang perwakilan.
Saat massa memilih tetap pada posisinya di depan pintu gerbang, AWK tampak berulangkali menyatakan dirinya wanen (berani) dan mengucapkan kalimat AWK menang.
Bahkan, AWK sempat mengepalkan tangan ke arah kerumunan massa. Tersulut emosi oleh kepalan tangan yang diarahkan AWK, massa pun memasuki halaman kantor DPD RI.
Sementara AWK berulangkali keluar masuk ruangan kantornya sebelum akhirnya menemui massa. Tampak jelas sang senator kelagapan dan sempat memarahi sejumlah ajudannya.
Insiden tak terhindarkan saat kedua belah pihak bertemu. Pro AWK dan massa kontra terlibat adu mulut hingga akhirnya AWK merangsek ke arah mobil dan kembali berbalik arah ke dalam kantor.
Singkat cerita AWK menyebut dirinya dianiaya dan memutuskan melaporkan insiden tersebut ke Mapolda Bali selang beberapa menit setelah massa bubar.
Kepada awak media, AWK menunjukkan bagian pergelangan tangan kanannya yang lecet dan pipi kanannya yang merah. Dia mengklaim dirinya dianiaya.
“Jadi gini, pertama, ketika kemarin saya ada pertemuan dengan Keris Bali di Tampak Siring, dengan Bapak Ismaya, mediasi dan berdialog, mereka ini datang ke kantor tanpa surat.
Dan langsung nyelonong. Tidak ada surat, teriak-teriak dan saya beretikad baik untuk menerima hari ini jam 12. Kita sudah siapkan ruang rapat, kita sudah tunggu kurang lebih 20 menit,
tidak ada yang mau ke atas untuk rapat. Karena aspirasi saya sebagai DPD, harus dengan mediasi dan dialog,” ucap AWK.
AWK menilai massa keterlaluan karena melakukan penghinaan secara pribadi terhadap dirinya.
Dia mengaku berinisiatif menemui massa, tetapi massa tidak mau masuk padahal gerbang yang sebelumnya ditutup akhirnya dibuka.
AWK menyebut dirinya yang mempersilakan pihak berwajib (polisi, red) untuk membuka gerbang karena situasi dinilai aman.
“Dan, ketika mereka (polisi, red) bilang aman, saya merapat. Ternyata, saya, ada satu tindakan penganiayaan.
Sebagai bukti ada penganiayaan di sini (menunjukkan bagian di atas pergelangan tangan sebelah kanan, red) dan di muka saya (membuka masker dan menunjukkan bagian pipi kanan, red).
Dan, ada tadi video yang getok kepala. Ada dua orang, tiga orang. Dan sekarang tindakan saya, saya melaporkan ke Polda.
Saya akan ke Polda dan divisum sekarang didampingi oleh tokoh Anak Agung Ngurah Agung dari Puri Grenceng (Denpasar, red),” tandasnya sembari menyatakan biar hukum yang bekerja.