31.8 C
Jakarta
16 April 2025, 13:40 PM WIB

Aplikasi Lindung Peduli Karya Anak Negeri

โ€œIni pasti Ghozi,โ€ kata saya dalam hati.

โ€œTingโ€ฆ ting..โ€, berbunyi lagi ponsel saya setengah tidak terdengar. Saya pun menatap jam di dinding: pukul 02.51.

โ€œKok senyum-senyumโ€ฆ,โ€ celetuk istri saya yang juga lagi makan sahur.

โ€œBiasaโ€ฆ,โ€ jawab saya.

Saya hentikan ambil sembilang-masak-kuah-asam. Saya baca WA itu dulu.

โ€œSaya diminta pimpinan untuk membuat aplikasi lindung-peduli. Sekarang sudah jadi,โ€ tulis Ahmad Alghozi Ramadhan di WA itu.

Pimpinan yang dimaksud adalah Letnan Jendral Doni Monardo, kepala BNPB. Sejak muncul di DIโ€™s Way sebagai โ€œMilenial Nakalโ€ (Baca: Milenial Nakal) bulan lalu Ghozi memang โ€œpindah kosโ€ di BNPB. Ia menempati salah satu sekat di lantai 10 di gedung BNPB itu. Bekerja di situ. Tidur di situ. Makan di situ. Ia diminta menjadi programer di pusat pengendalian Covid-19 itu.

Kebetulan Ghozi memang belum punya rumah. Tidak ada โ€œgangguanโ€ sedikit pun โ€“misalnya ingin pulang. Ia bisa sepenuhnya membantu BNPB โ€“hampir sepanjang siang dan malam.

Ghozi juga tidak punya banyak aset. Tidak punya barang yang perlu ia pikirkan. Pikirannya bisa penuh di BNPB.

โ€œSepeda motor Anda ditaruh di mana?โ€ tanya saya.

โ€œSaya tidak punya sepeda motor,โ€ jawabnya.

โ€œBarang-barang Anda yang lain disimpan di mana?โ€ tanya saya lagi.

โ€œDi tempat saya kos dulu,โ€ jawabnya.

โ€œJadi, Anda masih bayar kos itu meski tidak Anda tempati?โ€

โ€œTidak. Barangnya saya titipan di kantor kos-kosan.โ€

โ€œBarang apa saja?โ€

โ€œPanci dan rice cooker kecil.โ€

โ€œHanya itu barang Anda?โ€

โ€œIya.โ€

Ya sudah. Ghozi memang nakal. Yang ia pikirkan hanya aplikasi, aplikasi, dan aplikasi. Ini memang zaman aplikasi โ€“yang ke depan akan mengalahkan birokrasi.

โ€œGak pernah ketemu pacar?โ€

โ€œTidak pernah.โ€

โ€œTapi masih terus kontakan kan?โ€

โ€œMasih. Hanya kalau malam. Lewat chatting.โ€

โ€œTidak kangen?โ€

โ€œSejak dulu biasanya ya hanya begitu.โ€

โ€œDia bekerja di mana?โ€

โ€œMasih cari-cari kerja. Kan sama-sama baru lulus.โ€

โ€œOhโ€ฆ Satu almamater di Universitas Telkom yaโ€ฆ?โ€

โ€œSatu kelas,โ€ jawab Ghozi.

โ€œBerarti dia gadis Bandung?โ€

โ€œIya. Sunda.โ€

Sesekali Ghozi juga menelepon orang tuanya. Yang tinggal di Bangka โ€“tenaga serabutan.

โ€œAplikasi yang diperintahkan pimpinan itu sudah dicoba di Bangka-Belitung. Sudah beberapa hari ini,โ€ ujar Ghozi. โ€œBerjalan sangat baik,โ€ tambahnya.

Dengan aplikasi ini โ€“#gardaperbatasanโ€“ orang yang ingin pergi-pergi tidak perlu repot. Dari rumah mereka sudah bisa download aplikasi itu. Lalu memasukkan data yang diperlukan untuk pergi. Misalnya hasil tes-cepat, surat izin pergi, KTP dan seterusnya.

Di perbatasan nanti โ€“ini antar provinsi duluโ€“ tinggal menunjukkan QR ke petugas. Dari scan QR itu petugas bisa tahu semua kelengkapan tadi.

Tidak perlu lagi pemeriksaan surat-surat.

Bagaimana kalau dokumen itu palsu?

โ€œKe depan masing-masing orang tidak bisa memasukkan data hasil tes. Rumah sakit-lah yang upload ke aplikasi,โ€ katanya.

Di Bangka Belitung hasil percobaan itu sangat baik. Kebetulan baru saja ada kapal merapat di pelabuhan Bangka Barat. Dariโ€ฆ tidak perlu disebut di sini. Membawa 70 penumpang.

Sebelum turun dari kapal mereka diminta download Apps tersebut. Lalu dipasangi gelang โ€˜pahlawan anti Covidโ€™.

Simpel sekali.

Bagaimana yang ponselnya iPhone?

โ€œKebetulan dari 70 penumpang itu yang 62 orang pakai Android,โ€ ujar Ghozi.

Sedang yang 8 orang lagi juga bukan karena iPhone. โ€œAda juga yang karena pakai ponsel jadul,โ€ tambahnya.

Mereka itu ditangani secara khusus: isi dokumen kertas.

Sehari kemudian salah seorang penumpang kapal itu merasakan gejala tidak enak badan. Lapor ke BNPB Bangka Belitung. Dilakukanlah tes-cepat: positif. Lalu dites swab: positif.

Maka 69 penumpang kapal lainnya wajib melanjutkan karantina di rumah masing-masing. Dimonitor lewat โ€˜gelang pahlawanโ€™ โ€“yang terhubung dengan komputer di BNPB.

Alhamdulillah. BNPB mulai punya aplikasi yang praktis untuk digunakan publik. Tinggal kapan provinsi lain mencobanya. Dan kapan dimulai: rumah sakit-lah yang mengunggah data hasil tes โ€“untuk mencegah pemalsuan.

โ€œMasih ada beberapa aplikasi lagi yang disiapkan. Baru selesai 70 persen,โ€ ujar Ghozi.

Itu termasuk aplikasi untuk mengatur pengunjung mal. Yang sangat diperlukan di era new normal nanti.

Masih begitu banyak yang perlu dikerjakan. Berarti Ghozi memang masih belum perlu punya rumah.(Dahlan Iskan)

โ€œIni pasti Ghozi,โ€ kata saya dalam hati.

โ€œTingโ€ฆ ting..โ€, berbunyi lagi ponsel saya setengah tidak terdengar. Saya pun menatap jam di dinding: pukul 02.51.

โ€œKok senyum-senyumโ€ฆ,โ€ celetuk istri saya yang juga lagi makan sahur.

โ€œBiasaโ€ฆ,โ€ jawab saya.

Saya hentikan ambil sembilang-masak-kuah-asam. Saya baca WA itu dulu.

โ€œSaya diminta pimpinan untuk membuat aplikasi lindung-peduli. Sekarang sudah jadi,โ€ tulis Ahmad Alghozi Ramadhan di WA itu.

Pimpinan yang dimaksud adalah Letnan Jendral Doni Monardo, kepala BNPB. Sejak muncul di DIโ€™s Way sebagai โ€œMilenial Nakalโ€ (Baca: Milenial Nakal) bulan lalu Ghozi memang โ€œpindah kosโ€ di BNPB. Ia menempati salah satu sekat di lantai 10 di gedung BNPB itu. Bekerja di situ. Tidur di situ. Makan di situ. Ia diminta menjadi programer di pusat pengendalian Covid-19 itu.

Kebetulan Ghozi memang belum punya rumah. Tidak ada โ€œgangguanโ€ sedikit pun โ€“misalnya ingin pulang. Ia bisa sepenuhnya membantu BNPB โ€“hampir sepanjang siang dan malam.

Ghozi juga tidak punya banyak aset. Tidak punya barang yang perlu ia pikirkan. Pikirannya bisa penuh di BNPB.

โ€œSepeda motor Anda ditaruh di mana?โ€ tanya saya.

โ€œSaya tidak punya sepeda motor,โ€ jawabnya.

โ€œBarang-barang Anda yang lain disimpan di mana?โ€ tanya saya lagi.

โ€œDi tempat saya kos dulu,โ€ jawabnya.

โ€œJadi, Anda masih bayar kos itu meski tidak Anda tempati?โ€

โ€œTidak. Barangnya saya titipan di kantor kos-kosan.โ€

โ€œBarang apa saja?โ€

โ€œPanci dan rice cooker kecil.โ€

โ€œHanya itu barang Anda?โ€

โ€œIya.โ€

Ya sudah. Ghozi memang nakal. Yang ia pikirkan hanya aplikasi, aplikasi, dan aplikasi. Ini memang zaman aplikasi โ€“yang ke depan akan mengalahkan birokrasi.

โ€œGak pernah ketemu pacar?โ€

โ€œTidak pernah.โ€

โ€œTapi masih terus kontakan kan?โ€

โ€œMasih. Hanya kalau malam. Lewat chatting.โ€

โ€œTidak kangen?โ€

โ€œSejak dulu biasanya ya hanya begitu.โ€

โ€œDia bekerja di mana?โ€

โ€œMasih cari-cari kerja. Kan sama-sama baru lulus.โ€

โ€œOhโ€ฆ Satu almamater di Universitas Telkom yaโ€ฆ?โ€

โ€œSatu kelas,โ€ jawab Ghozi.

โ€œBerarti dia gadis Bandung?โ€

โ€œIya. Sunda.โ€

Sesekali Ghozi juga menelepon orang tuanya. Yang tinggal di Bangka โ€“tenaga serabutan.

โ€œAplikasi yang diperintahkan pimpinan itu sudah dicoba di Bangka-Belitung. Sudah beberapa hari ini,โ€ ujar Ghozi. โ€œBerjalan sangat baik,โ€ tambahnya.

Dengan aplikasi ini โ€“#gardaperbatasanโ€“ orang yang ingin pergi-pergi tidak perlu repot. Dari rumah mereka sudah bisa download aplikasi itu. Lalu memasukkan data yang diperlukan untuk pergi. Misalnya hasil tes-cepat, surat izin pergi, KTP dan seterusnya.

Di perbatasan nanti โ€“ini antar provinsi duluโ€“ tinggal menunjukkan QR ke petugas. Dari scan QR itu petugas bisa tahu semua kelengkapan tadi.

Tidak perlu lagi pemeriksaan surat-surat.

Bagaimana kalau dokumen itu palsu?

โ€œKe depan masing-masing orang tidak bisa memasukkan data hasil tes. Rumah sakit-lah yang upload ke aplikasi,โ€ katanya.

Di Bangka Belitung hasil percobaan itu sangat baik. Kebetulan baru saja ada kapal merapat di pelabuhan Bangka Barat. Dariโ€ฆ tidak perlu disebut di sini. Membawa 70 penumpang.

Sebelum turun dari kapal mereka diminta download Apps tersebut. Lalu dipasangi gelang โ€˜pahlawan anti Covidโ€™.

Simpel sekali.

Bagaimana yang ponselnya iPhone?

โ€œKebetulan dari 70 penumpang itu yang 62 orang pakai Android,โ€ ujar Ghozi.

Sedang yang 8 orang lagi juga bukan karena iPhone. โ€œAda juga yang karena pakai ponsel jadul,โ€ tambahnya.

Mereka itu ditangani secara khusus: isi dokumen kertas.

Sehari kemudian salah seorang penumpang kapal itu merasakan gejala tidak enak badan. Lapor ke BNPB Bangka Belitung. Dilakukanlah tes-cepat: positif. Lalu dites swab: positif.

Maka 69 penumpang kapal lainnya wajib melanjutkan karantina di rumah masing-masing. Dimonitor lewat โ€˜gelang pahlawanโ€™ โ€“yang terhubung dengan komputer di BNPB.

Alhamdulillah. BNPB mulai punya aplikasi yang praktis untuk digunakan publik. Tinggal kapan provinsi lain mencobanya. Dan kapan dimulai: rumah sakit-lah yang mengunggah data hasil tes โ€“untuk mencegah pemalsuan.

โ€œMasih ada beberapa aplikasi lagi yang disiapkan. Baru selesai 70 persen,โ€ ujar Ghozi.

Itu termasuk aplikasi untuk mengatur pengunjung mal. Yang sangat diperlukan di era new normal nanti.

Masih begitu banyak yang perlu dikerjakan. Berarti Ghozi memang masih belum perlu punya rumah.(Dahlan Iskan)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/