28.1 C
Jakarta
22 November 2024, 18:34 PM WIB

Sukses Pecahkan Rekor MURI, Kalahkan Pemkab Batu

Permasalahan gigi memang terlihat sepele. Tapi, kalau tidak sikat gigi, akan bisa sakit yang luar biasa dan menyebabkan karies atau gigi berlubang. Berangkat dari fakta tersebut, Pemkot Denpasar bekerjasama dengan FKG Unmas menggelar sikat gigi massal di GOR Ngurah Rai kemarin.

 

NI KADEK NOVI FEBRIANI, Denpasar

BERDASAR laporan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013, sebanyak 53,2 persen penduduk Indonesia di atas usia 12 tahun mengalami karies pada gigi (gigi berlubang).

Sehingga menyebabkan penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dengan prevalensi sebesar 61 persen sekaligus menempati posisi ke-6 penyakit paling dikhawatirkan di Indonesia.

Padahal, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI menargetkan penduduk Indonesia bebas karies pada tahun 2030.

Untuk itu, sejak pukul 07.00 pagi, anak-anak dari 12 SD di Kota Denpasar berkumpul di lapangan GOR Ngurah Rai. Setiap anak membawa sikat gigi, odol dan air untuk berkumur.

Sekitar pukul 09.00 acara dimulai, panitia acara memberikan sosialisasi cara menyikat gigi dengan benar. Selanjutnya, baru acara inti dimulai, yakni sikat gigi bersama.

Para peserta rata-rata mengakui bahwa selama ini menggosok gigi tanpa panduan alias sekadarnya saja. Padahal, ada bagian tertentu yang harus disikat.

“Jadi, tahu bagaimana cara menggosok gigi dengan benar. Selain itu odolnya juga manis jadinya gak perih,” ujar siswa SD Saraswati 5 Denpasar, AA Rama Ananta Prabawa Putra ,11, dan Made Aryanata Adi Permana ,11, yang mengaku sangat senang mengikuti kegiatan ini sembari tertawa.

Hal senda juga dikatakan AA Gede Jyostna Nayotama. Jyostna mengaku baru pertama kali ikut acara sikat gigi ramai-ramai.

Cowok kelas VI SD ini tidak terlalu perduli pada kesehatan giginya. Namun, berkat acara ini dia mendapatkan ilmu.

Sementara itu, Dekan FKG Universitas Mahasaraswati Drg. Dewa Wedagama mengatakan, penggagas acara ini adalah Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra dan pelaksana adalah FKG Unmas dan untuk  supporting dari 3M.

Wedagama mengakui tidak ada data pasti dari Menteri Kesehatan terkait  berapa masyarakat yang gigi berlubang atau gigi yang hilang.

Karena itu, acara seperti ini sangat penting sebuah tindakan promotif dan preventif dalam pencegahan gigi berlubang.

Dalam acara itu juga, dikerahkan 326 dokter gigi untuk melakukan pengolesan topical aplikasi. Peserta ini berasal dari SD 1 sampai SD 6 Saraswati Denpasar , dan juga enam SD Negeri lainnya.    

Faktor utama gigi berlubang adalah pola makanan terutama sisa makanan karbohidrat yang nempel dipermukaan gigi.

“Makanya anak-anak kadang-kadang abai. Ada topical aplikasi. Topical aplikasi itu pelapisan permukaan gigi. jadi biar tidak ada banyak nempel karbohidrat sehingga mencegah adanya penempelan karbohidrat  dan karies tidak berlanjut,” ujarnya.

Sementara itu, Kadiskes Denpasar dr  Luh Putu Sri Armini mengatakan, tujuan acara ini bukan hanya pada acara Rekor MURI. Tapi, edukasi kepada anak-anak sejak dini untuk mencegah karies.  

“Sebenarnya sasarannya masih banyak, kami memiliki banyak sekolah SD. Ini hanya sebagian kecil. Ini sebagai sarana atau cara. Bagaimana memotivasi bagaimana cara higienis dan pencegahan,” tuturnya.

Dikonfirmasi kepada Manager MURI yang langsung menyerahkan piagam, Triyono,  mengatakan ini bukan pemecahan Rekor MURI yang pertama, tapi pernah sebelumnya di Kabupaten Batu, Jawa Timur pada Oktober lalu dengan peserta 2000 orang.

Dan, acara di Denpasar kemarin sukses memecahkan dan mengalahkan rekor sebelumnya. Apalagi kegiatan ini ada pelapisan topikal aplikasi yang membedakan dengan kegiatan di Kota Batu, Jatim.

Permasalahan gigi memang terlihat sepele. Tapi, kalau tidak sikat gigi, akan bisa sakit yang luar biasa dan menyebabkan karies atau gigi berlubang. Berangkat dari fakta tersebut, Pemkot Denpasar bekerjasama dengan FKG Unmas menggelar sikat gigi massal di GOR Ngurah Rai kemarin.

 

NI KADEK NOVI FEBRIANI, Denpasar

BERDASAR laporan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013, sebanyak 53,2 persen penduduk Indonesia di atas usia 12 tahun mengalami karies pada gigi (gigi berlubang).

Sehingga menyebabkan penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dengan prevalensi sebesar 61 persen sekaligus menempati posisi ke-6 penyakit paling dikhawatirkan di Indonesia.

Padahal, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI menargetkan penduduk Indonesia bebas karies pada tahun 2030.

Untuk itu, sejak pukul 07.00 pagi, anak-anak dari 12 SD di Kota Denpasar berkumpul di lapangan GOR Ngurah Rai. Setiap anak membawa sikat gigi, odol dan air untuk berkumur.

Sekitar pukul 09.00 acara dimulai, panitia acara memberikan sosialisasi cara menyikat gigi dengan benar. Selanjutnya, baru acara inti dimulai, yakni sikat gigi bersama.

Para peserta rata-rata mengakui bahwa selama ini menggosok gigi tanpa panduan alias sekadarnya saja. Padahal, ada bagian tertentu yang harus disikat.

“Jadi, tahu bagaimana cara menggosok gigi dengan benar. Selain itu odolnya juga manis jadinya gak perih,” ujar siswa SD Saraswati 5 Denpasar, AA Rama Ananta Prabawa Putra ,11, dan Made Aryanata Adi Permana ,11, yang mengaku sangat senang mengikuti kegiatan ini sembari tertawa.

Hal senda juga dikatakan AA Gede Jyostna Nayotama. Jyostna mengaku baru pertama kali ikut acara sikat gigi ramai-ramai.

Cowok kelas VI SD ini tidak terlalu perduli pada kesehatan giginya. Namun, berkat acara ini dia mendapatkan ilmu.

Sementara itu, Dekan FKG Universitas Mahasaraswati Drg. Dewa Wedagama mengatakan, penggagas acara ini adalah Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra dan pelaksana adalah FKG Unmas dan untuk  supporting dari 3M.

Wedagama mengakui tidak ada data pasti dari Menteri Kesehatan terkait  berapa masyarakat yang gigi berlubang atau gigi yang hilang.

Karena itu, acara seperti ini sangat penting sebuah tindakan promotif dan preventif dalam pencegahan gigi berlubang.

Dalam acara itu juga, dikerahkan 326 dokter gigi untuk melakukan pengolesan topical aplikasi. Peserta ini berasal dari SD 1 sampai SD 6 Saraswati Denpasar , dan juga enam SD Negeri lainnya.    

Faktor utama gigi berlubang adalah pola makanan terutama sisa makanan karbohidrat yang nempel dipermukaan gigi.

“Makanya anak-anak kadang-kadang abai. Ada topical aplikasi. Topical aplikasi itu pelapisan permukaan gigi. jadi biar tidak ada banyak nempel karbohidrat sehingga mencegah adanya penempelan karbohidrat  dan karies tidak berlanjut,” ujarnya.

Sementara itu, Kadiskes Denpasar dr  Luh Putu Sri Armini mengatakan, tujuan acara ini bukan hanya pada acara Rekor MURI. Tapi, edukasi kepada anak-anak sejak dini untuk mencegah karies.  

“Sebenarnya sasarannya masih banyak, kami memiliki banyak sekolah SD. Ini hanya sebagian kecil. Ini sebagai sarana atau cara. Bagaimana memotivasi bagaimana cara higienis dan pencegahan,” tuturnya.

Dikonfirmasi kepada Manager MURI yang langsung menyerahkan piagam, Triyono,  mengatakan ini bukan pemecahan Rekor MURI yang pertama, tapi pernah sebelumnya di Kabupaten Batu, Jawa Timur pada Oktober lalu dengan peserta 2000 orang.

Dan, acara di Denpasar kemarin sukses memecahkan dan mengalahkan rekor sebelumnya. Apalagi kegiatan ini ada pelapisan topikal aplikasi yang membedakan dengan kegiatan di Kota Batu, Jatim.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/