Webinar gelaran Jawa Pos Radar Bali bekerjasama dengan Coca-Cola Amatil Indonesia memberikan pandangan betapa hebatnya peran perempuan meski di bawah tekanan sekalipun.
ZULFIKA RAHMAN, Denpasar
Kaum hawa ini mampu bertahan dengan tetap berpikir kreatif. Hal itu diungkapkan Sayu Ketut Sutrisna Dewi, Founder Indonesia YES (Young Entrepreneur School)
yang menjadi salah satu narasumber dalam webinar yang mengangkat tema Peran Perempuan di Era Kebiasaan Baru, via Zoom Meeting, Jumat (30/10) lalu.
Perempuan yang juga sebagai dosen FEB Universitas Udayana ini mengakui bahwa masa pandemi membuat segalanya berubah.
Terutama di bidang ekonomi. Ia yang juga sebagai konsultan bisnis dan pendamping UMKM ini mengungkapkan akibat covid-19, para pelaku usaha, khususnya UMKM shok akibat pendapatan mereka terjun bebas hampir 80 persen.
Di tengah pandemi ini, kaum perempuan mengalami tekanan yang luar biasa. Belum lagi ketika ada tambahan tanggungjawab untuk menuntun anak di rumah dalam proses belajar online.
“Belum lagi kaum perempuan harus dihadapkan dengan tugas-tugas domestik. Peran perempuan ini sangat luar biasa.
Kondisi ini cukup menguras emosi,” tuturnya, dalam webinar yang juga didukung RadarBali.Id, Nirwana TV dan Jawa Pos Multimedia (JPM) tersebut.
Sutrisna Dewi menggambarkan peran perempuan dalam lima jari. Pada bagian ibu jari misalnya, dia menerangkan bahwa seorang perempuan terutama yang sudah memiliki keluarga bisa menjadi panutan dan teladan.
Hal tersebut kata dia, merupakan hal yang berat dan harus banyak belajar. Selanjutnya pada bagian telunjuk, perempuan harus punya kekuatan memberikan perintah, arahan, mengarahkan anak dan suami ke arah positif.
Jari tengah, bisa menjadi sosok yang adil dan menjaga keseimbangan keluarga, kemudian pada bagian jari manis bagaimana perempuan
bisa menjadi pendengar yang baik serta memberikan semangat dan apresiasi kepada anggota keluarganya agar tetap optimis.
Yang terakhir pada bagian kelingking, bagaimana sosok perempuan bisa berpikir kreatif dan memiliki solusi terlebih di masa pandemi ini.
“Misalnya karena terbiasan dengan pekerjaan memasak, ketika masa pandemi punya pemikiran untuk membuka usaha makanan.
Kalau lima jari ini dibuka memiliii arti menerima semua masukan. Lima jari juga bisa dikepalkan sebagai tanda optimis,” tegasnya.
Sementara itu, Mindset Motivator dan Hipnoterapis, Putu Suprapti Santy Sastra menambahkan, perempuan merupakan mahluk multitalenta. Dia bisa lebih tangguh dari pada laki-laki.
“Ketika ditanya tingkat stress, perempuan lebih kuat. Dia tidak gampang menyerah,” ucapnya Direktur Santy Sastra Public Speaking ini.
Namun pada dasarnya kata dia, baik laki-laki maupun perempuan ada yang memiliki sifat cepat berubah dan juga ada yang kekeh untuk tidak mau berubah.
Santy Sastra pun melontarkan pernyataan orang yang bisa bertahan di tengah covid-19 ini adalah orang-orang yang bisa merubah caa berpikir.
“Ibaratnya di saat seperti ini, tidak hanya menangisi sumur yang sudah tidak ada air tetapi mencari sumur yang ada mata air.
Lalu siapa yang tidak bahagia. Ketika di masa sulit ini tentu ada perubahan hormon bahagia. Namun, ketika masa ini bisa menjadi sebuah kebiasaan baru ini yang terkadang
membuat orang tidak mau berubah. Karena manusia kebanyakan susah untuk merubah kebiasaan. Soal makan nasi misalnya meski makan apapun masih tetap nantinya harus makan nasi.
Karena sudah terekam dalam alam bawah sadar. Kalau kita tidak mau merubah itu salah. Justru yang menjadi pemenang adalah mereka yang bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru,” tuturnya.
Untuk itu dia berpendapat, situasi saat ini harus diterima dengan ikhlas dan dijalani dengan rasa bahagia sehingga bisa menjadi pemenang di masa pandemi covid-19.
“Caranya kita merubah mindset kita. Memang merubah tidak gampang, tetapi ketika ini dilakukan berkali-kali akan menjadi kebiasaan.
Kenapa kondisi ini semakin buruk, karena kita selalu mengeluh dan berpikir negatif maka semesta akan menutup semua pintu kebaikan. Makanya kita harus membuka pikiran yang positif,” tandasnya. (rba)