33.5 C
Jakarta
21 November 2024, 13:30 PM WIB

Ingatkan Spirit Bhayangkara, Bangun Patung Gajah Mada Setinggi 9 Meter

Patung Gajah Mada setinggi total 9 meter berdiri di atas halaman Polres Gianyar. Patung itu dibangun saat pandemi Covid-19.

Pendirian patung Gajah Mada tidak terlepas dari peran Patih Majapahit saat menjadi komandan pasukan Bhayangkara. Semangat Gajah Mada harus tetap dicontoh.

 

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

PATUNG dengan gaya busana pewayangan menghiasi halaman Polres Gianyar. Di tangan kanan patung itu memegang keris pusaka.

Berdiri menghadap utara, seakan menyapa masyarakat yang datang ke Polres. Total tinggi patung yang menjulang hampir setinggi gedung Polres itu dibangun oleh pematung asal Desa Mas, Kecamatan Ubud, I Gede Sarantika.

Sarantika bukan pematung sembarangan. Dia sudah 15 tahun terjun di dunia seni patung. Tangan Sarantika dipercaya untuk membangun patung Gajah Mada supaya terlihat bak hidup.

Sarantika mengaku patung itu dibangun setinggi 6 meter. Kemudian pijakan atau pondasi patung setinggi 3 meter. “Total ukuran patung ini setinggi 9 meter,” ujar Sarantika.

Sebagai pematung profesional, tak perlu waktu panjang untuk membangun patung bergaya seni tinggi itu. “Saya buat 1,5 bulan,” terangnya.

Selama pengerjaan, mulai dari membangun pondasi pijakan, rangka hingga pengecatan, dia dibantu 10 orang pekerja.

Sarantika menambahkan, untuk wajah, bentuk dan gaya patung, dibuat sesuai pesanan. “Inspirasi langsung datang dari Bapak Kapolres Gianyar. Jadilah terwujudnya Gajah Mada seperti ini,” jelasnya.

Diakui, pengerjaan pembangunan patung ini berlangsung saat pandemi Covid-19. Hingga akhirnya diresmikan pada hari Bhayangkara pada Rabu (1/7) lalu.

“Kami sebagai tim mengikuti arahan. Itu dimulai dari tanggal 7 April 2020 diawali upacara pengeruakan dan dicarikan hari baik,” imbuhnya.

Sementara itu, Kapolres Gianyar, AKBP Dewa Made Adnyana, menyatakan pendirian patung untuk mengasah semangat kepolisian dalam melayani dan melindungi masyarakat.

“Telah berdiri patung ini dengan megah dan berwibawa. Pendirian ini tidak terlepas dari historis sumpah Palapa yang mampu mempersatukan nusantara,” jelasnya saat apel Hari Bayangkara.

Dia menyampaikan, pendirian patung tersebut mengandung sebuah spirit dan motivasi di kalangan Polri.

“Itu mengandung maksud dalam rangka spirit dan motivasi dan etos kerja, dalam kami bekerja sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat,” imbuhnya.

AKBP Adnyana menambahkan, pemilihan patung Gajah Mada itu tidak lepas dari keberadaan pasukan elite di era Majapahit.

Pasukan yang dikomando oleh Gajah Mada itu bernama Bhayangkara. “Pasukan tersebut untuk menjaga keamanan Raja dan kerajaan termasuk masyarakat Majapahit,” terangnya.

Diungkapkan juga Gajah Mada dikenal sebagai Patih yang tegas dan keras dalam menjalankan aturan hukum.

Dengan prinsip bahwa hukum harus ditegakkan. Siapapun yang melanggar harus menerima akibatnya. Sekalipun teman sendiri.

Dalam menjalankan tugasnya, Pasukan Gajah Mada memegang teguh empat nilai ke-Bhayangkara-an yang disebut Catur Prasetya.

Terdiri atas, Setia kepada pemimpin negara;  Mengenyahkan musuh-musuh negara; Mempertahankan negara; dan Sepenuh hati dalam bertugas. (*)

 

Patung Gajah Mada setinggi total 9 meter berdiri di atas halaman Polres Gianyar. Patung itu dibangun saat pandemi Covid-19.

Pendirian patung Gajah Mada tidak terlepas dari peran Patih Majapahit saat menjadi komandan pasukan Bhayangkara. Semangat Gajah Mada harus tetap dicontoh.

 

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

PATUNG dengan gaya busana pewayangan menghiasi halaman Polres Gianyar. Di tangan kanan patung itu memegang keris pusaka.

Berdiri menghadap utara, seakan menyapa masyarakat yang datang ke Polres. Total tinggi patung yang menjulang hampir setinggi gedung Polres itu dibangun oleh pematung asal Desa Mas, Kecamatan Ubud, I Gede Sarantika.

Sarantika bukan pematung sembarangan. Dia sudah 15 tahun terjun di dunia seni patung. Tangan Sarantika dipercaya untuk membangun patung Gajah Mada supaya terlihat bak hidup.

Sarantika mengaku patung itu dibangun setinggi 6 meter. Kemudian pijakan atau pondasi patung setinggi 3 meter. “Total ukuran patung ini setinggi 9 meter,” ujar Sarantika.

Sebagai pematung profesional, tak perlu waktu panjang untuk membangun patung bergaya seni tinggi itu. “Saya buat 1,5 bulan,” terangnya.

Selama pengerjaan, mulai dari membangun pondasi pijakan, rangka hingga pengecatan, dia dibantu 10 orang pekerja.

Sarantika menambahkan, untuk wajah, bentuk dan gaya patung, dibuat sesuai pesanan. “Inspirasi langsung datang dari Bapak Kapolres Gianyar. Jadilah terwujudnya Gajah Mada seperti ini,” jelasnya.

Diakui, pengerjaan pembangunan patung ini berlangsung saat pandemi Covid-19. Hingga akhirnya diresmikan pada hari Bhayangkara pada Rabu (1/7) lalu.

“Kami sebagai tim mengikuti arahan. Itu dimulai dari tanggal 7 April 2020 diawali upacara pengeruakan dan dicarikan hari baik,” imbuhnya.

Sementara itu, Kapolres Gianyar, AKBP Dewa Made Adnyana, menyatakan pendirian patung untuk mengasah semangat kepolisian dalam melayani dan melindungi masyarakat.

“Telah berdiri patung ini dengan megah dan berwibawa. Pendirian ini tidak terlepas dari historis sumpah Palapa yang mampu mempersatukan nusantara,” jelasnya saat apel Hari Bayangkara.

Dia menyampaikan, pendirian patung tersebut mengandung sebuah spirit dan motivasi di kalangan Polri.

“Itu mengandung maksud dalam rangka spirit dan motivasi dan etos kerja, dalam kami bekerja sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat,” imbuhnya.

AKBP Adnyana menambahkan, pemilihan patung Gajah Mada itu tidak lepas dari keberadaan pasukan elite di era Majapahit.

Pasukan yang dikomando oleh Gajah Mada itu bernama Bhayangkara. “Pasukan tersebut untuk menjaga keamanan Raja dan kerajaan termasuk masyarakat Majapahit,” terangnya.

Diungkapkan juga Gajah Mada dikenal sebagai Patih yang tegas dan keras dalam menjalankan aturan hukum.

Dengan prinsip bahwa hukum harus ditegakkan. Siapapun yang melanggar harus menerima akibatnya. Sekalipun teman sendiri.

Dalam menjalankan tugasnya, Pasukan Gajah Mada memegang teguh empat nilai ke-Bhayangkara-an yang disebut Catur Prasetya.

Terdiri atas, Setia kepada pemimpin negara;  Mengenyahkan musuh-musuh negara; Mempertahankan negara; dan Sepenuh hati dalam bertugas. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/