27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 2:28 AM WIB

Sejak kecil Sering Ikut Melaut, Tiga Kali Wakili Indonesia ke Amerika

Memiliki keterbatasan fisik karena menderita polio dari sejak bayi, tidak harus berhenti untuk berkarya dan meraih prestasi.

Semboyan itulah yang selalu menjadi semangat Daeng Umar.

Pria 42 tahun penyandang difabel asal Banjar Anyar, Desa Air Kuning, Kecamatan Jembrana, ini pun mewakili Bali dan Indonesia di ajang kejuaraan berlayar dunia di Amerika Serikat.

M.BASIR,  Jembrana

 

BAGI Daeng Umar, rencana keberangkatannya ke ajang Para World Sailing Championships tahun 2018 di Sheboygan, Amerika Serikat, dari tanggal 16-22 September mendatang bukanlah pengalaman kali pertama.

 

Melainkan, rencana dirinya ke negeri Paman Sam ini adalah kali ketiga.

“Ini ketiga kalinya saya ikut para sailing mewakili Indonesia,” kata pria tiga anak ini ditemui di rumahnya kemarin (4/9).

Meski difabel karena polio sejak usia setahun, pria yang biasa disapa Daeng ini pernah mengikuti para sailing di Singapura tahun 2015 dan 2016 lalu.

Walaupun tidak mendapat medali, Daeng bangga karena bisa mengalahkan beberapa negara yang lebih maju dan sering mengikuti kejuaraan para sailing.

“Kalau di Indonesia untuk para sailing masih jarang,” ungkapnya.

Sebagai warga yang tinggal di pesisir, Daeng dengan keterbatasannya mengaku sudah terbiasa ikut melaut untuk hiburan dirinya.

Mengikuti kerabatnya yang bekerja sebagai nelayan.

Seringnya ikut melaut itu, memupuk keberanian Daeng untuk mengikuti para sailing, karena menurutnya sailing untuk difabel tidak hanya membutuhkan keahlian, tetapi keberanian yang kuat.

Pengalaman itulah yang membuatnya terpilih menjadi wakil Yayasan Damai Olahraga yang berpusat di Denpasar untuk ikut kejuaraan di negeri paman sam.

Awalnya, ada empat orang warga Jembrana yang mengikuti seleksi, tetapi akhirnya Daeng terpilih mewakili yayasan dan Indonesia berkompetisi dengan para sailing se-dunia tersebut.

Pada event para sailing pertengahan bulan September ini, Daeng berharap bisa mengukir prestasi lebih baik lagi.

Karena itu, sebelum berangkat ini akan giat berlatih dan akan berangkat lebih awal untuk mengetahui medan untuk kejuaraan. Rencananya, Senin pekan depan akan terbang ke Amerika untuk mengikuti kejuaraan. “Kalau latihan biasanya di Denpasar,” ujarnya.

Selain aktivitas sebagai atlet para sailing, Daeng setiap harinya membuat tempat potong rambut di rumahnya dan membuat ukiran kayu untuk sanggah jika ada pesanan.

Dengan keterbatasan ekonomi itu, untuk biaya operasional latihan ke Denpasar masih menggunakan biaya pribadi dan bantuan keluarganya.

Sedangkan untuk akomodasi berangkat ke Amerika, sepenuhnya dibiayai oleh pihak yayasan damai olahraga yang mendaftarkan Daeng mengikuti para sailing. “

Meski dengan keterbatasan fisik dan ekonomi seperti ini, saya tetap ingin berprestasi. Membanggakan bangsa dan negara,” pungkasnya.

 

Memiliki keterbatasan fisik karena menderita polio dari sejak bayi, tidak harus berhenti untuk berkarya dan meraih prestasi.

Semboyan itulah yang selalu menjadi semangat Daeng Umar.

Pria 42 tahun penyandang difabel asal Banjar Anyar, Desa Air Kuning, Kecamatan Jembrana, ini pun mewakili Bali dan Indonesia di ajang kejuaraan berlayar dunia di Amerika Serikat.

M.BASIR,  Jembrana

 

BAGI Daeng Umar, rencana keberangkatannya ke ajang Para World Sailing Championships tahun 2018 di Sheboygan, Amerika Serikat, dari tanggal 16-22 September mendatang bukanlah pengalaman kali pertama.

 

Melainkan, rencana dirinya ke negeri Paman Sam ini adalah kali ketiga.

“Ini ketiga kalinya saya ikut para sailing mewakili Indonesia,” kata pria tiga anak ini ditemui di rumahnya kemarin (4/9).

Meski difabel karena polio sejak usia setahun, pria yang biasa disapa Daeng ini pernah mengikuti para sailing di Singapura tahun 2015 dan 2016 lalu.

Walaupun tidak mendapat medali, Daeng bangga karena bisa mengalahkan beberapa negara yang lebih maju dan sering mengikuti kejuaraan para sailing.

“Kalau di Indonesia untuk para sailing masih jarang,” ungkapnya.

Sebagai warga yang tinggal di pesisir, Daeng dengan keterbatasannya mengaku sudah terbiasa ikut melaut untuk hiburan dirinya.

Mengikuti kerabatnya yang bekerja sebagai nelayan.

Seringnya ikut melaut itu, memupuk keberanian Daeng untuk mengikuti para sailing, karena menurutnya sailing untuk difabel tidak hanya membutuhkan keahlian, tetapi keberanian yang kuat.

Pengalaman itulah yang membuatnya terpilih menjadi wakil Yayasan Damai Olahraga yang berpusat di Denpasar untuk ikut kejuaraan di negeri paman sam.

Awalnya, ada empat orang warga Jembrana yang mengikuti seleksi, tetapi akhirnya Daeng terpilih mewakili yayasan dan Indonesia berkompetisi dengan para sailing se-dunia tersebut.

Pada event para sailing pertengahan bulan September ini, Daeng berharap bisa mengukir prestasi lebih baik lagi.

Karena itu, sebelum berangkat ini akan giat berlatih dan akan berangkat lebih awal untuk mengetahui medan untuk kejuaraan. Rencananya, Senin pekan depan akan terbang ke Amerika untuk mengikuti kejuaraan. “Kalau latihan biasanya di Denpasar,” ujarnya.

Selain aktivitas sebagai atlet para sailing, Daeng setiap harinya membuat tempat potong rambut di rumahnya dan membuat ukiran kayu untuk sanggah jika ada pesanan.

Dengan keterbatasan ekonomi itu, untuk biaya operasional latihan ke Denpasar masih menggunakan biaya pribadi dan bantuan keluarganya.

Sedangkan untuk akomodasi berangkat ke Amerika, sepenuhnya dibiayai oleh pihak yayasan damai olahraga yang mendaftarkan Daeng mengikuti para sailing. “

Meski dengan keterbatasan fisik dan ekonomi seperti ini, saya tetap ingin berprestasi. Membanggakan bangsa dan negara,” pungkasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/