Muhdar nyaris tewas saat melaut di perairan Nusa Dua. Mesin jukungnya mati. Ia pun terombang-ambing arus gelombang laut.
Beruntung ia bisa bertahan dalam dua hari sebelum datang sebuah kapal yang menyalamatkannya.
ANDRE SULLA, Nusa Dua
SEPERTI hari-hari sebelumnya, Muhdar kembali melaut Rabu pagi, 29 Januari 2020 lalu. Matahari saat itu sudah menampak sempurna di timur.
Ia telah pamit kepada keluarga. Menggunakan perahu jukung berkekuatan 15 tenaga kuda (PK), ia mengarungi perairan Nusa Dua mencari cumi-cumi.
Seharian, pria dengan rambut memutih itu mengadu keahlian dan nasib. Ketika petang tiba, ia pun berniat kembali ke darat.
Tak disangka, ketika itu mesin jukungnya malah tak bisa hidup. Waktu itu sekitar Pukul 19.00. Ia bersama jukungnya pun diempas gelombang tinggi dan angin kencang.
Ketika itu terjadi, Muhdar hanya bisa pasrah. Ia tak bisa berbuat banyak. Hanya doa yang ia panjatkan. “Saya waktu itu berharap diselamatkan kapal nelayan lain,” katanya.
Hingga Senin tengah malam, doanya belum terkabul. Tak ada satu pun nelayan yang terlihat. Muhdar semakin ketakutan tak bisa tidur selama hanyut dibawa gelombang.
Dia terpaksa pasrah hidupnya kepada sang pencipta lantaran hingga Selasa pagi, ia sudah tidak lagi melihat pesisir Pulau Bali. Yang terlihat sejauh mata memandang hanya laut.
Hingga Kamis, 30 Januari 2020, bekal sepotong roti dan setengah botol air mineral berukuran 1.500 mililiter telah tumpas.
Tak ada lagi yang bisa ia makan. Sampai sore, harapannya tak kunjung terkabul. Sedangkan ia semakin lemas menahan lapar.
Tak tahan dalam kondisi perut kosong, Muhdar terpaksa minum air laut. Tentu saja asin. Namun, itu ia lakukan demi menjaga tubuh tetap hidup.
Hingga Jumat subuh tak satupun lampu perahu nelayan berkilau di lautan. Di sekitar diketahui gelap gulita. Ia hanya bisa memandang langit.
Tak berhenti dia berdoa agar selamat dari cobaan ini. Harapannya sederhana: pagi nanti, ia terdampar di pesisir pantai. “Saya pasrahkan kepada Tuhan,” imbuhnya.
Ternyata Jumat pagi itu ia masih berada di tengah laut. Ia terus bertahan dengan meminum air laut. Hingga Jumat siang, doa-doanya belum terkabul juga. Tak ada satu perahu nelayan pun yang dilihat.
Ketika petang menjelang, sebuah kapal motor (KM) Mitra Pradana berlayar di perairan tersebut. Kesempatan emas untuk Muhdar memohon pertolongan.
Benar saja, KM Mitra Pradana melihatnya. Itu Jumat (31/1) sekitar pukul 17.50. Ia pun mendapat pertolongan.
Dengan kondisi lemas Muhdar diberi makan dan minum. Saat itu Muhdar baru diketahui bahwa dia terombang-ambing hingga posisi 09°39′ S – 117° 16 E kurang lebih 40 mil ke arah Lombok Timur.
Namun, masalah belum selesai. Karena KM Mitra Pradana hendak ke Lombok, maka ia tidak bisa langsung dibawa ke Bali.
Setelah menunggu beberapa waktu, KM Tunas Jaya I melintas. Kapal penangkap ikan itu berlayar menuju Pelabuhan Benoa Bali.
“Saya sangat bersyukur ketika mendapatkan pertolongan. Akhitnya bisa pulang dengan selamat,” timpal dalam perjalanan menuju Pelabuhan Benoa.
Dari KM Tunas Jaya I, Muhdar dipindahkan ke kapal milik Polair Polda Bali KP TG GEGER XI-2010, Senin (3/3) sekitar pukul 06.00.
Dari wajah Muhdar terpancar sedih bercampur baur dengan bahagia ketika ia berjabat tangan mengucapkan terima kasih kepada sejumlah ABK dan Kapten KM Tunas Jaya yang sudah mengantarnya.
Tak lupa ia juga mengucap terima kasih kepada anggota Pol Air yang sudah bersedia jemput di tengah perairan laut Nusa Dua.
Betapa bahagia Muhdar Polair Polda Bali membawanya. Ketika mendekat di dermaga Tanjung Benoa pagi kemarin, dari kejauhan ia sudah berdiri di bagian depan kapal Polair.
Tak memakai alas kaki, mengenakan celana komprang biru dan sweater abu-abu tampak melambaikan tangan, dan direspons keluarga yang berdiri di dermaga.
Sesampainya di dermaga, Muhdar langsung menghampiri istri dan beberapa keluarga yang telah menanti-nanti sejak pukul 05.00.
Mereka berpelukan. Kemudian barengan pulang ke rumah yang terletak di kawasan Nusa Dua.
Wadir Polair Polda Bali AKBP Bambang Wiriawan menyatakan, Muhdar, nelayan cumi yang dikabarkan hilang sudah dipulangkan kepada keluarga. “Korban dalam keadaan selamat ,” jelas Bambang. (*)