33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:44 PM WIB

Penggumpalan Darah di Kepala, Butuh Uluran Tangan untuk Pengobatan

Kecelakaan maut yang dialami keluarga Purwanto, 46, di Jalan Bypass Denpasar-Gilimanuk, tepatnya di Desa Megati, Tabanan, Jumat lalu (23/2), kini menyisakan duka mendalam.

Anak-anaknya menjadi yatim. Bahkan, Adam, bocah 7 tahun yang selamat harus rela tempurung kepalanya dilubangi karena terjadi penggumpalan darah.

 

MAULANA SANDIJAYA, Denpasar

JERITAN tangis keras mengejutkan seisi Ruang Cempaka di lantai tiga RS Sanglah. Adam terus meronta-ronta tidak jelas.

Matanya menatap ke atas seperti menerawang sesuatu. Tangan dan kakinya terus bergerak berontak.

Mulutnya terus menganga dan mengeluarkan suara ketakutan dan kesakitan.Sepintas Adam seperti mengigau dan mengalami buruk.

Bocah yang pertengahan tahun ini seharusnya kelas 1 SD itu kepalanya tampak membesar dengan selang menancap.

Hampir seluruh badan Adam juga dipenuhi selang. Rohana, 37, sang Ibu yang berada di sampingnya hanya bisa menenangkan anaknya dengan cara mencium, mememluk dan membisiki telinganya.

“Ini ibu nak, ini ibu…,” bisik Rohana lirih. Mendengar bisikan sang Ibu, Adam kembali tenang. Buliran air mata tiba-tiba jatuh dari kedua pelupuk mata Rohana.

Perempuan kelahiran Thailand itu menangis sedih. Menurut Rohana, Adam yang baru sadar dari koma sering teriak seperti ketakutan.

Adam sendiri adalah salah satu anak Purwanto yang selamat dari kecelakaan tragis hari Jumat itu.

Di dalam mobil Daihatsu Grand Max nopol P 1596 ZV yang dikemudikan sang ayah Purwanto, berisi Rohana, Hasan dan Husein (bayi kembar berusia lima bulan), Nur Sari, Aisyah dan Adam.

Beberapa jam setelah kecelakaan, bayi kembar Hasan dan Husein nyawanya tak tertolong. Lima hari kemudian giliran Purwanto yang menyusul kedua bayi kembar mungilnya itu menghadap Tuhan.

Sementara Rohana dan dua putrinya, Nursari dan Aisyah kini sudah mulai pulih. Hanya saja Nursari masih harus menjalani perawatan intensif karena tulang punggung belakangnya patah.

Sedangkan Adam yang duduk di depan bersama ayahnya masih berjuang agar kembali normal. “Kata dokter di dalam kepala Adam ada penggumpalan darah yang harus dikeluarkan,” tutur Rohana.

Untuk mengeluarkan gumpalan darah itu, tempurung kepala adam harus dilubangi agar alat-alat dokter bisa masuk.

Potongan tempurung itu disimpan di dalam perut dekat usus agar tidak busuk. “Suami saya sudah tidak ada (meninggal).

Dua bayi kembar saya, Hasan dan Husein juga sudah tidak ada. Semoga Adam bisa sembuh dan sehat lagi,” ucap Rohana penuh harap.

Harapan dan doa dipanjatkan Rohana karena ada kemungkinan jika anaknya sembuh tidak bisa normal 100 persen.

Peluang terjadi gejala sisa atau tidak normal sangat besar. Tentu butuh biaya tidak kecil untuk memulihkan kondisi Adam.

Hingga kemarin, biaya tagihan untuk Adam kabarnya sudah tembus Rp 80 juta lebih. Itu belum termasuk biaya pengobatan Nursari dan Purwanto yang sempat dirawat di RS Tabanan yang juga sudah menghabiskan puluhan juta.

Untuk mengobati Adam dipelukan waktu setidaknya hingga tiga bulan. Rohana yang ditinggal suaminya sangat membutuhkan pertolongan.

Istri mendiang Purwanto yang berasal dari Dusun Blok Agung, Karangdoro, Tegalsari, Banyuwangi, itu berharap anaknya bisa sehat seperti sediakala.

Pun dengan suami dan bayi kembarnya bisa mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan. Amin. 

Kecelakaan maut yang dialami keluarga Purwanto, 46, di Jalan Bypass Denpasar-Gilimanuk, tepatnya di Desa Megati, Tabanan, Jumat lalu (23/2), kini menyisakan duka mendalam.

Anak-anaknya menjadi yatim. Bahkan, Adam, bocah 7 tahun yang selamat harus rela tempurung kepalanya dilubangi karena terjadi penggumpalan darah.

 

MAULANA SANDIJAYA, Denpasar

JERITAN tangis keras mengejutkan seisi Ruang Cempaka di lantai tiga RS Sanglah. Adam terus meronta-ronta tidak jelas.

Matanya menatap ke atas seperti menerawang sesuatu. Tangan dan kakinya terus bergerak berontak.

Mulutnya terus menganga dan mengeluarkan suara ketakutan dan kesakitan.Sepintas Adam seperti mengigau dan mengalami buruk.

Bocah yang pertengahan tahun ini seharusnya kelas 1 SD itu kepalanya tampak membesar dengan selang menancap.

Hampir seluruh badan Adam juga dipenuhi selang. Rohana, 37, sang Ibu yang berada di sampingnya hanya bisa menenangkan anaknya dengan cara mencium, mememluk dan membisiki telinganya.

“Ini ibu nak, ini ibu…,” bisik Rohana lirih. Mendengar bisikan sang Ibu, Adam kembali tenang. Buliran air mata tiba-tiba jatuh dari kedua pelupuk mata Rohana.

Perempuan kelahiran Thailand itu menangis sedih. Menurut Rohana, Adam yang baru sadar dari koma sering teriak seperti ketakutan.

Adam sendiri adalah salah satu anak Purwanto yang selamat dari kecelakaan tragis hari Jumat itu.

Di dalam mobil Daihatsu Grand Max nopol P 1596 ZV yang dikemudikan sang ayah Purwanto, berisi Rohana, Hasan dan Husein (bayi kembar berusia lima bulan), Nur Sari, Aisyah dan Adam.

Beberapa jam setelah kecelakaan, bayi kembar Hasan dan Husein nyawanya tak tertolong. Lima hari kemudian giliran Purwanto yang menyusul kedua bayi kembar mungilnya itu menghadap Tuhan.

Sementara Rohana dan dua putrinya, Nursari dan Aisyah kini sudah mulai pulih. Hanya saja Nursari masih harus menjalani perawatan intensif karena tulang punggung belakangnya patah.

Sedangkan Adam yang duduk di depan bersama ayahnya masih berjuang agar kembali normal. “Kata dokter di dalam kepala Adam ada penggumpalan darah yang harus dikeluarkan,” tutur Rohana.

Untuk mengeluarkan gumpalan darah itu, tempurung kepala adam harus dilubangi agar alat-alat dokter bisa masuk.

Potongan tempurung itu disimpan di dalam perut dekat usus agar tidak busuk. “Suami saya sudah tidak ada (meninggal).

Dua bayi kembar saya, Hasan dan Husein juga sudah tidak ada. Semoga Adam bisa sembuh dan sehat lagi,” ucap Rohana penuh harap.

Harapan dan doa dipanjatkan Rohana karena ada kemungkinan jika anaknya sembuh tidak bisa normal 100 persen.

Peluang terjadi gejala sisa atau tidak normal sangat besar. Tentu butuh biaya tidak kecil untuk memulihkan kondisi Adam.

Hingga kemarin, biaya tagihan untuk Adam kabarnya sudah tembus Rp 80 juta lebih. Itu belum termasuk biaya pengobatan Nursari dan Purwanto yang sempat dirawat di RS Tabanan yang juga sudah menghabiskan puluhan juta.

Untuk mengobati Adam dipelukan waktu setidaknya hingga tiga bulan. Rohana yang ditinggal suaminya sangat membutuhkan pertolongan.

Istri mendiang Purwanto yang berasal dari Dusun Blok Agung, Karangdoro, Tegalsari, Banyuwangi, itu berharap anaknya bisa sehat seperti sediakala.

Pun dengan suami dan bayi kembarnya bisa mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan. Amin. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/