Sejak 2010 lalu, warga Banjar Bangunliman, Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh memelihara ikan di aliran sungai.
Sampai saat ini, terhitung ada sekitar 800-an ekor ikan hias berbagai jenis hidup bebas di aliran sungai itu. Kebersihan aliran sungai pun terjaga.
IB INDRA PRASETIA, Gianyar
SUNGAI selebar kurang lebih 2 meter itu merupakan aliran pertanian subak Dukuh. Pinggiran sungai tersebut sudah di beton sehingga tampak rapi.
Sungai sepanjang kurang lebih 800 meter tersebut tampak berisi banyak ikan hias. Karena alirannya jernih, maka ikan pun terlihat jelas.
Sekretaris Desa Buruan I Ketut Sumardika menyatakan, ikan yang ada saat ini terdiri dari berbagai jenis. Di antaranya ikan koi, lele, kaper, mujair, nila dan jenis ikan lainnya.
Dia memperkirakan jumlah yang ada sampai saat ini sudah mencapai 800-an lebih. Begitu juga dengan ukurannya beragam. Yang terbesar diperkirakan mencapai berat 5 kilogram, yaitu ikan lele.
Kata Sumardika, budidaya ikan di sungai itu berawal dari iseng-iseng. “Awalnya itu kebetulan saja. Di barat sungai yang berisi ikan sekarang ada sungai yang disebut dengan sungai Campuhan,” ujarnya.
Kemudian, sekaha teruna-teruni di Banjar Bangunliman sempat mengadakan acara untuk mengisi kegiatan.
“Waktu 2010, sekaa teruna di Banjar Bangunliman pernah mengadakan lomba mancing di sungai itu. Sampai sekarang makanya banyak ikan, tetap dilestarikan,” terangnya.
Semenjak itulah, warga memilih untuk menebar ikan di sungai. Supaya ikan tidak lepas, di ujung aliran sungai, diberikan jaring.
Meski ada ikannya, warga tidak saklek memperlakukan ikan tersebut. Warga juga tetap memanfaatkan aliran sungai untuk mencuci pakaian.
“Biasanya setiap enam bulan sekali ada lomba mancing, tapi ikannya khusus bukan yang ini. Untuk selanjutnya mereka juga memberikan donasi berupa uang RP 10 ribu-Rp 20 ribu untuk membeli bibit ikan lagi,” ujarnya.
Untuk pemberian makan, dilakukan secara swadaya. Kata dia, ikan diiisi agar warga sadar akan lingkungan. Khususnya supaya tidak membuang sampah ke sungai.
Meski awalnya tidak digubris, namun sampai saat ini sudah sebanyak 90 persen warga tidak ada yang membuang sampah lagi di sana.
“Hanya saja ada satu dua orang yang kucing-kucingan membuangnya saat malam hari,” keluhnya. (*)