29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:06 AM WIB

Sempat Dikabarkan Tobat, Diduga Ada Anggota Lain juga Pemakai

Temuan puluhan bungkus paket sabu di rumah Wakil Ketua III DPRD Bali, Jro Gede Komang Swastika alias Jero Jangol, Sabtu lalu (4/11), menjadi perhatian anggota dewan lainnya.

Banyak yang terkejut, tapi tidak sedikit juga yang menyatakan tidak heran.

 

MAULANA SANDIJAYA, Denpasar 

SENIN kemarin (6/11) hari pertama DPRD Bali masuk kerja usai libur hari raya Galungan. Di setiap sudut gedung wakil rakyat Bali itu tampak beraktivitas seperti biasa.

Di lantai tiga, ruang rapat Badan Anggaran (Banggar) tampak ramai dengan kehadiran puluhan orang dari KPU dan Bawaslu serta pejabat Pemprov Bali.

Kertas absensi peserta rapat dan tumpukan nasi kotak disediakan di depan pintu ruang rapat. Di lantai dua, tempat ruangan komisi tampak sepi.

Sementara di lantai satu, tempat sekretariat dan para pimpinan dewan terlihat sedikit ramai. Suasana semakin ramai dengan kehadiran banyak aparat keamanan berpakaian preman.

Anggota intel dari Polda Bali dan Polresta Denpasar tampak bersliweran. Bahkan sejumlah anggota yang berpakaian preman juga tampak duduk-duduk di lobi kantor DPRD Bali.

Terdengar kasak-kusuk dari beberapa orang staf hingga anggota dewan memebahas Jero Jangol.

Penggerebekan rumah Jero Jangol oleh polisi hingga drama pelariannya menggunakan tali dari lantai dua menjadi topik hangat.

Belum lagi headline seluruh media cetak kompak memberitakan kasus Jero Jangol. Pembicaraan semakin seru karena diduga di DPRD Bali pemakai narkoba jenis sabu bukan hanya Jero Jangol.

Yang menarik, kabar itu justru datang dari sejumlah anggota dewan. Benarkah? Penggerebekan rumah Jero Jangol pun tidak membuat kaget anggota dewan yang mengaku sudah mengetahui masalah yang terjadi.

“Bukan rahasia  lagi, sudah lama dia (Jero Jangol, red) itu jadi pengedar dan pemakai,” ujar salah satu anggota dewan yang tidak mau dikorankan namanya disebut.

Anggota dewan itu menyebut setidaknya masih ada tiga anggota dewan lagi yang menjadi pecandu.

Jawa Pos Radar Bali mendapat nama-nama itu, namun anggota dewan itu mewanti tidak membeberkan nama-nama tersebut ke publik.

“Tapi, yang tiga ini mereka sebatas pemakai, bukan pengedar kayak dia (Jero Jangol, red),” tukas sumber.

Sumber lain menyebut tiga nama anggota dewan yang juga pemakai, dua dari anggota fraksi partai-partai besar, satu partai kecil.

“Sebenarnya dulu waktu tes BNN itu mereka sudah ketakutan. Tidak tahu gimana, kok waktu itu yang diumumkan positif satu. Padahal, ada empat orang,” imbuh sumber lain.

Kabar yang tersiar di lingkungan anggota dan staf, sesungguhnya saat tes urine beberapa waktu lalu juga sudah jelas.

Namun Jro Jangol saat itu mengaku akan bertobat sehingga diberikan ampun dan menjaga lembaga DPRD Bali ini tidak tercemar.

Namun adanya bukti -bukti yang ditemukan saat pengrebekan dikediamannya di Jalan Pulau Batanda Denpasar, induk partainya juga berencana akan menurunkan tim ke Bali.

Persoalan ini dinilai sangat serius dan DPD Gerindra Bali juga sudah bersurat ke DPP melaporkan perkembangan kasusnya di Bali.

Ketua DPC Gerindra Gianyar, Wayan Tagel Arjana yang juga anggota Komisi I DPRD Bali mengaku sangat prihatin.

Sesama kader partai tentunya tidak bisa berbuat apa karena ada mekanisme partai yang jelas dan tegas.

“Saya prihatin dan persoalan apakah dilakukan PAW tentunya akan menunggu keputusan partai,” ujarnya.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali di lantai satu, ruang kerja Jero Jangol yang berada di samping lobi tampak sepi. Pintu ruangan tidak terkunci.

Tidak ada sekretaris pribadi atau ajudan keluar saat beberapa kali pintu diketuk. Sejumlah awak media mencoba melihat isi dalam ruang kerja tersebut.

Tampak papan nama di meja bertuliskan; Jro. Gd. KMG. Swastika, SH. Di sebelah papan nama ada dua remote. Satu remot televisi, satu lagi remot Ac.

Di meja juga ada tumpukan koran dari berbagai media cetak lokal. Menarik, karena koran itu adalah koran terbitan baru, 6 November 2017. Beritanya pun tentang Jero Jangol.

Sebagai Wakil Ketua III, ruang kerja Jro jangol cukup besar. Seluruh dindingnya dihiasi walpaper cokelat. Fasilitasnya pun lengkap. Mulai televisi layar datar hingga kamar mandi.        

Kini, ruangan mewah itu tampak tak bertuan. Mungkin juga bakal berganti tuan. Sebab, kemungkinan besar Jero Jangol diganti melalui mekanisme Pergantian Antar Waktu (PAW) jika terbukti terlibat penyalahgunaan narkoba. 

Ketua DPRD Bali, Nyoman Adi Wiryatama, saat ditanya apa upaya mencegah kejadian serupa berulang, Adi mengklaim pihaknya sudah melakukan langkah-langkah pencegahan.

Salah satunya menggandeng Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bali melakukan tes urine terhadap anggota dewan.

Pihaknya meminta tes dilakukan berkala kepada seluruh anggota untuk mengantisipasi anggota dewan yang menjadi pecandu narkoba jika di tengah masa tugas.

“Silakan BNN lakukan tes kepada anggota setiap saat dan ambil tindakan jika terbukti. Kami mendukung penuh.

Jangan seperti dulu, sudah ada hasil kami disuruh mengumumkan. Kan nggak bisa, nanti malah kami berbenturan di dalam,” kata Adi.

Terkait PAW, Adi mengaku masih menunggu surat dari Gerindra. “Jabatannya (wakil ketua dewan) tentunya di sini kami menunggu keputusan dari induk organisasinya,” terang Adi.

Berdasar undang-undang yang berlaku, untuk melakukan PAW harus melalui surat dari partai yang menaungi anggota DPRD tersebut. 

“Karena partainya, fraksinya yang ngirim sendiri. Itu ada surat resmi. Apapun bentuknya kalau ada surat kami proses sesuai dengan aturan yang ada di DPRD Bali,” imbuh politisi PDI Perjuangan itu.

“Siapa yang menggantikan biasanya yang di bawahnya. Surat itu nantinya di tembuskan ke Mendagri, Gubernur menulis surat ke kami,” sambungnya.

Wakil Ketua DPRD Bali, Nyoman Sugawa Korry membenarkan bahwa pihaknya tidak bisa serta-merta melakukan PAW.

 

 

 

Temuan puluhan bungkus paket sabu di rumah Wakil Ketua III DPRD Bali, Jro Gede Komang Swastika alias Jero Jangol, Sabtu lalu (4/11), menjadi perhatian anggota dewan lainnya.

Banyak yang terkejut, tapi tidak sedikit juga yang menyatakan tidak heran.

 

MAULANA SANDIJAYA, Denpasar 

SENIN kemarin (6/11) hari pertama DPRD Bali masuk kerja usai libur hari raya Galungan. Di setiap sudut gedung wakil rakyat Bali itu tampak beraktivitas seperti biasa.

Di lantai tiga, ruang rapat Badan Anggaran (Banggar) tampak ramai dengan kehadiran puluhan orang dari KPU dan Bawaslu serta pejabat Pemprov Bali.

Kertas absensi peserta rapat dan tumpukan nasi kotak disediakan di depan pintu ruang rapat. Di lantai dua, tempat ruangan komisi tampak sepi.

Sementara di lantai satu, tempat sekretariat dan para pimpinan dewan terlihat sedikit ramai. Suasana semakin ramai dengan kehadiran banyak aparat keamanan berpakaian preman.

Anggota intel dari Polda Bali dan Polresta Denpasar tampak bersliweran. Bahkan sejumlah anggota yang berpakaian preman juga tampak duduk-duduk di lobi kantor DPRD Bali.

Terdengar kasak-kusuk dari beberapa orang staf hingga anggota dewan memebahas Jero Jangol.

Penggerebekan rumah Jero Jangol oleh polisi hingga drama pelariannya menggunakan tali dari lantai dua menjadi topik hangat.

Belum lagi headline seluruh media cetak kompak memberitakan kasus Jero Jangol. Pembicaraan semakin seru karena diduga di DPRD Bali pemakai narkoba jenis sabu bukan hanya Jero Jangol.

Yang menarik, kabar itu justru datang dari sejumlah anggota dewan. Benarkah? Penggerebekan rumah Jero Jangol pun tidak membuat kaget anggota dewan yang mengaku sudah mengetahui masalah yang terjadi.

“Bukan rahasia  lagi, sudah lama dia (Jero Jangol, red) itu jadi pengedar dan pemakai,” ujar salah satu anggota dewan yang tidak mau dikorankan namanya disebut.

Anggota dewan itu menyebut setidaknya masih ada tiga anggota dewan lagi yang menjadi pecandu.

Jawa Pos Radar Bali mendapat nama-nama itu, namun anggota dewan itu mewanti tidak membeberkan nama-nama tersebut ke publik.

“Tapi, yang tiga ini mereka sebatas pemakai, bukan pengedar kayak dia (Jero Jangol, red),” tukas sumber.

Sumber lain menyebut tiga nama anggota dewan yang juga pemakai, dua dari anggota fraksi partai-partai besar, satu partai kecil.

“Sebenarnya dulu waktu tes BNN itu mereka sudah ketakutan. Tidak tahu gimana, kok waktu itu yang diumumkan positif satu. Padahal, ada empat orang,” imbuh sumber lain.

Kabar yang tersiar di lingkungan anggota dan staf, sesungguhnya saat tes urine beberapa waktu lalu juga sudah jelas.

Namun Jro Jangol saat itu mengaku akan bertobat sehingga diberikan ampun dan menjaga lembaga DPRD Bali ini tidak tercemar.

Namun adanya bukti -bukti yang ditemukan saat pengrebekan dikediamannya di Jalan Pulau Batanda Denpasar, induk partainya juga berencana akan menurunkan tim ke Bali.

Persoalan ini dinilai sangat serius dan DPD Gerindra Bali juga sudah bersurat ke DPP melaporkan perkembangan kasusnya di Bali.

Ketua DPC Gerindra Gianyar, Wayan Tagel Arjana yang juga anggota Komisi I DPRD Bali mengaku sangat prihatin.

Sesama kader partai tentunya tidak bisa berbuat apa karena ada mekanisme partai yang jelas dan tegas.

“Saya prihatin dan persoalan apakah dilakukan PAW tentunya akan menunggu keputusan partai,” ujarnya.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali di lantai satu, ruang kerja Jero Jangol yang berada di samping lobi tampak sepi. Pintu ruangan tidak terkunci.

Tidak ada sekretaris pribadi atau ajudan keluar saat beberapa kali pintu diketuk. Sejumlah awak media mencoba melihat isi dalam ruang kerja tersebut.

Tampak papan nama di meja bertuliskan; Jro. Gd. KMG. Swastika, SH. Di sebelah papan nama ada dua remote. Satu remot televisi, satu lagi remot Ac.

Di meja juga ada tumpukan koran dari berbagai media cetak lokal. Menarik, karena koran itu adalah koran terbitan baru, 6 November 2017. Beritanya pun tentang Jero Jangol.

Sebagai Wakil Ketua III, ruang kerja Jro jangol cukup besar. Seluruh dindingnya dihiasi walpaper cokelat. Fasilitasnya pun lengkap. Mulai televisi layar datar hingga kamar mandi.        

Kini, ruangan mewah itu tampak tak bertuan. Mungkin juga bakal berganti tuan. Sebab, kemungkinan besar Jero Jangol diganti melalui mekanisme Pergantian Antar Waktu (PAW) jika terbukti terlibat penyalahgunaan narkoba. 

Ketua DPRD Bali, Nyoman Adi Wiryatama, saat ditanya apa upaya mencegah kejadian serupa berulang, Adi mengklaim pihaknya sudah melakukan langkah-langkah pencegahan.

Salah satunya menggandeng Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bali melakukan tes urine terhadap anggota dewan.

Pihaknya meminta tes dilakukan berkala kepada seluruh anggota untuk mengantisipasi anggota dewan yang menjadi pecandu narkoba jika di tengah masa tugas.

“Silakan BNN lakukan tes kepada anggota setiap saat dan ambil tindakan jika terbukti. Kami mendukung penuh.

Jangan seperti dulu, sudah ada hasil kami disuruh mengumumkan. Kan nggak bisa, nanti malah kami berbenturan di dalam,” kata Adi.

Terkait PAW, Adi mengaku masih menunggu surat dari Gerindra. “Jabatannya (wakil ketua dewan) tentunya di sini kami menunggu keputusan dari induk organisasinya,” terang Adi.

Berdasar undang-undang yang berlaku, untuk melakukan PAW harus melalui surat dari partai yang menaungi anggota DPRD tersebut. 

“Karena partainya, fraksinya yang ngirim sendiri. Itu ada surat resmi. Apapun bentuknya kalau ada surat kami proses sesuai dengan aturan yang ada di DPRD Bali,” imbuh politisi PDI Perjuangan itu.

“Siapa yang menggantikan biasanya yang di bawahnya. Surat itu nantinya di tembuskan ke Mendagri, Gubernur menulis surat ke kami,” sambungnya.

Wakil Ketua DPRD Bali, Nyoman Sugawa Korry membenarkan bahwa pihaknya tidak bisa serta-merta melakukan PAW.

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/