DENPASAR – Cagub Rai Mantra cukup gerah karena tidak mendapat kesempatan berbicara di Hari Perempuan Internasional kemarin.
Namun, karena mengikuti aturan, dia memilih menyaksikan jalannya diskusi. Ditemui di luar wantilan, Rai Mantra mengaku sejatinya ingin bicara.
“Sebenarnya pingin sih ngomong, tapi saya mengikuti aturan panitia,” ujarnya. Ditanya pason nomor urut 1 yang tidak hadir, Rai Mantra mengaku tidak berani berkomentar.
Katanya semua memiliki tanggungjawab masing-masing. Saat disinggung tanggapannya tentang tema diskusi anak dan perempuan,
Rai Mantra mengaku selama ini Kota Denpasar sudah mendapat penghargaan anak dan perempuan dari pemerintah pusat.
“Kami sudah menyediakan pojok ASI dan satgas untuk mencegah kekerasan terhadap anak dan perempuan.
Dalam misi kami itu jelas, ada memberikan kesempatan perempuan dalam pembangunan, hak anak, jaminan sosial kesehatan manula,” paparnya.
Ditambahkan, di Kota Denpasar juga sudah dibentuk puspaga (pusat pendidikan keluarga) untuk mengatasi masalah kualitas anak dan keluarga.
Anak sebagai pemimpin yang ahir dari seorang rahim ibu wajib diberi pendampingan dan pendidikan yang baik.
Ketika Jawa Pos Radar Bali menanyakan masih banyak pengemis di Bali yang melibatkan anak-anak dan perempuan, Rai Mantra mengklaim di Kota Denpasar sudah dilakukan upaya penanganan tersistem.
Dijelaskan, di Denpasar begitu ada pengemis langsung diambil Satpol PP dan Dinas sosial kemudian dikoordinasikan dengan provinsi untuk dikembalikan ke daerah asal.
Menurut dia, masalah kesehatan dan kesejahteraan perempuan dan anak sebenarnya bisa ditangani dengan Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar. “Apa yang positif di Denpasar akan diadopsi di provinsi,” tukasnya.