26.8 C
Jakarta
12 September 2024, 22:47 PM WIB

Jago Diplomasi di Meja Makan dan Lapangan Golf, Akrab dengan Setnov

Pria yang populer dengan nama Tomi Kecil itu piawai memainkan diplomasi di atas meja makan hingga di lapangan golf.

Namun, takdir berkata lain. Sudikerta hattrick menjadi “kernet” atau selalu menjadi orang nomor dua di pemerintahan.  

 

MAULANA SANDIJAYA, Denpasar

TERLEPAS dari kasus jual beli tanah yang mengantarkannya ke dalam bui, Sudikerta selama ini dikenal supel dan mudah bergaul.

Dari kalangan politisi, pengusaha, hingga wartawan. Saat menjadi Wabup Badung pada 2005 – 2013, Sudikerta cukup akrab dengan para pewarta.

Bahkan, saat dilantik menjadi Wagub Bali, Sudikerta juga akrab dengan sejumlah wartawan. Di kalangan wartawan, Sudikerta biasa disebut dengan nama Pak Tut.

Panggilan itu merujuk pada namanya Ketut, yang menunjukkan Sudikerta anak keempat. Tidak hanya akrab, Sudikerta juga dikenal cukup royal dengan sejumlah wartawan.

“Kalau ada pejabat yang royal dengan wartawan, ya Sudikerta itu. Dia orangnya tidak tegaan, gampang iba,” ujar salah satu jurnalis yang bertugas di Badung, kemarin (5/4).

Sayang, murah hatinya Sudikerta itu terkadang banyak dimanfaatkan orang-orang yang mengaku wartawan yang tidak jelas latar belakang medianya.

Wartawan yang menolak ditulis namanya itu mencontohkan kejadian pada 2012, saat Sudikerta menjadi Wabup Badung.

Ia membelikan kostum futsal lengkap sepatu dengan kaus kaki. Tidak sekadar hadir dalam pertandingan persahabatan futsal antara tim pejabat melawan jurnalis, Sudikerta juga ikut turun bertanding.

“Memang pertandingan itu hanya hiburan. Tapi, Sudikerta tampil ngotot. Ia duel dan tak mau kalah,” imbuhnya.

Pejabat yang satu tim dengan Sudikerta antara lain Adi Arnawa (sekarang menjabat Sekda Badung), dan Made Sutama (Ketua Bapenda Badung).

Keduanya sama dengan Sudikerta, sama-sama dari Pecatu. Selesai bertanding, Sudikerta mentraktir makan awak media.

Begitu juga saat puasa. Sudikerta mengadakan buka puasa bersama di sebuah warung makan di sebelah rumahnya di Jalan Drupadi, Denpasar.

Menurut sumber Jawa Pos Radar ini, di saat seperti itulah Sudikerta memakai diplomasi di atas meja makan.

Dia meminta agar para wartawan membantu mengawasi agar pemerintahan berjalan dengan baik.

Yang menarik, meski menjalin kedekatan dengan kalangan jurnalis, Sudikerta tidak mau menggunakan kekuasaannya untuk membicarakan pemberitaan.

Yang diceritakan Sudikerta selalu dua hal. Pertama, urusan politik pemerintahan. Dan, kedua urusan bisnis atau investasi.

“Saya rasa waktu pindah ke provinsi juga tidak jauh beda. Beliau juga dekat dengan wartawan,” tukasnya. 

Di kalangan pegawai, Sudikerta juga cukup royal. Saat menjadi Wabup Badung, Sudikerta pernah membagi-bagikan tablet gratis kepada para pejabat.

“Katanya Pak Sudikerta, tablet dibeli pakai uang pribadi. Sengaja dibelikan satu-satu biar kerjanya lancar,” tutur salah satu pejabat di Pemkab Badung.

Menurut pejabat yang meminta namanya tidak dituliskan itu, Sudikerta juga kerap menalangi pembayaran uang advetorial atau iklan.

Ini karena pembayaran iklan di pemerintahan tidak langsung cair. Biasanya harus menunggu proses administrasi hingga dua bulan baru uang iklan cair.

“Saat banyak tagihan iklan, Pak Sudikerta sering mengeluarkan uang pribadi untuk membayar. Padahal, iklan itu iklan untuk pemerintah, bukan pribadi,” imbuh sumber.

Apakah menalangi pembayaran iklan itu agar tidak ada pemberitaan mengkritik pemerintah?

“Saya tidak pernah dipesani seperti itu. Pesannya hanya disuruh membayar iklan. Tapi, Pak Sudikerta dasarnya memang bares (royal),” tukas sumber Jawa Pos Radar Bali.

Sumber yang mengaku sangat dekat dengan Sudikerta ini menambahkan, hobi lain Sudikerta adalah bermain golf.

Hampir semua tempat golf di Bali pernah dijajal Sudikerta. Mulai lapangan golf di Bali Beach, lapangan golf Pecatu Graha, hingga lapangan golf Bali Handara di kawasan dingin Bedugul.

“Kalau makan, favorit Pak Sudikerta itu seafood atau makanan laut. Dari pindang kucing sampai gurita, semua suka. Jadi sangat suka makanan laut,” imbuh sumber.

Golf itulah yang juga dijadikan diplomasi tersendiri bagi Sudikerta. Olahraga yang identik dengan ekonomi kelas atas itu dimanfaatkan Sudikerta untuk bertemu para koleganya.

Baik urusan politik maupun bisnis. “Biasanya Pak Sudikerta main golf bersama teman-temannya.

Kalau main golfnya tidak lama. Sekitar satu jam. Paling lama dua jam,” imbuh sumber yang kembali mewanti-wanti namanya tak dimediakan itu.

Memiliki kelihaian diplomasi pula yang tampaknya mengantarkan Sudikerta menduduki kursi ketua DPD I Golkar Bali.

Pria kelahiran 51 tahun lalu, itu menjabat orang nomor satu di Partai Golkar itu selama sembilan tahun.

Sudikerta membuat Partai Golkar di Bali tidak lagi dipandang sebelah mata. Partai berlambang pohon beringin itu dua kali membobol kandang banteng di Kabupaten Badung.

Pertama menang Pilkada Badung pada 2005. Yang kedua menang Pilkada Badung 2010. Dan, unggul pada gelaran Pilgub Bali 2013.

Sudikerta selama ini juga dikenal dekat dengan para petinggi Golkar. Mulai Abu Rizal Bakrie, hingga Setya Novanto.

Dengan Setnov – panggilan Setya Novanto – Sudikerta bisa dikatakan cukup dekat. Suami Ida Ayu Ketut Sri Sumiatini itu

pernah menggegerkan jagat Bali pada 21 April 2017 dengan mengupacarai jet pribadi milik salah satu petinggi Golkar.

Pesawat jet berwarna putih bergaris hitam buatan Kanada, itu di-plaspas di apron sisi selatan Bandara Ngurah Rai.

Dengan memakai pakaian adat madya serba putih, Sudikerta hadir langsung mengupacarai pesawat yang harganya diperkirakan Rp 600 miliar lebih itu.

Pada 24 Mei 2017, Sudikerta mendapat rekomendasi sebagai cagub Bali dari Setnov. Rekomendasi itu diserahkan langsung Setnov melalui sebuah acara besar-besaran di depan monumen Bajra Sandhi, Renon, Denpasar.

Saat menerima rekomendasi, senyum Sudikerta mengembang. Tomi Kecil tersenyum bahagia.

“Terima kasih atas mandat dan amanat partai yang telah diberikan pada saya,” ujar Sudikerta sesaat setelah menerima rekomendasi.

Saat menyerahkan rekomendasi Setnov didampingi Sekjen Partai Golkar, kala itu Idrus Marham. Ada kejadian menarik terekam kamera Jawa Pos Radar Bali.

Sebelum menyerahkan rekomendasi, mata Setnov terpejam cukup lama seperti orang tidur ketika mendengarkan sambutan.

Kini, baik Setnov maupun Idrus sama-sama dijebloskan ke penjara oleh KPK. Namun, Sudikerta tampaknya tidak ditakdirkan menjadi “sopir”.

Pada 1 Januari 2018, rekomendasi yang sudah digenggam dicabut DPP Golkar. Sudikerta gagal naik kelas.

Ia ditugaskan menjadi cawagub Bali mendampingi Rai Mantra. Surat penugasan menjadi cawagub itu dibacakan langsung Idrus Marham.

Lagi-lagi, Tomi kecil harus legawa menerima takdir menjadi “kernet”. Dua kali menjadi wakil di Pemkab Badung, dan satu kali menjadi wakil di Pemprov Bali.

Apesnya lagi, gagal menjadi “kernet” kini Tomi Kecil harus menjadi pesakitan karena terlilit kasus penipuan.  (*)

 

 

Pria yang populer dengan nama Tomi Kecil itu piawai memainkan diplomasi di atas meja makan hingga di lapangan golf.

Namun, takdir berkata lain. Sudikerta hattrick menjadi “kernet” atau selalu menjadi orang nomor dua di pemerintahan.  

 

MAULANA SANDIJAYA, Denpasar

TERLEPAS dari kasus jual beli tanah yang mengantarkannya ke dalam bui, Sudikerta selama ini dikenal supel dan mudah bergaul.

Dari kalangan politisi, pengusaha, hingga wartawan. Saat menjadi Wabup Badung pada 2005 – 2013, Sudikerta cukup akrab dengan para pewarta.

Bahkan, saat dilantik menjadi Wagub Bali, Sudikerta juga akrab dengan sejumlah wartawan. Di kalangan wartawan, Sudikerta biasa disebut dengan nama Pak Tut.

Panggilan itu merujuk pada namanya Ketut, yang menunjukkan Sudikerta anak keempat. Tidak hanya akrab, Sudikerta juga dikenal cukup royal dengan sejumlah wartawan.

“Kalau ada pejabat yang royal dengan wartawan, ya Sudikerta itu. Dia orangnya tidak tegaan, gampang iba,” ujar salah satu jurnalis yang bertugas di Badung, kemarin (5/4).

Sayang, murah hatinya Sudikerta itu terkadang banyak dimanfaatkan orang-orang yang mengaku wartawan yang tidak jelas latar belakang medianya.

Wartawan yang menolak ditulis namanya itu mencontohkan kejadian pada 2012, saat Sudikerta menjadi Wabup Badung.

Ia membelikan kostum futsal lengkap sepatu dengan kaus kaki. Tidak sekadar hadir dalam pertandingan persahabatan futsal antara tim pejabat melawan jurnalis, Sudikerta juga ikut turun bertanding.

“Memang pertandingan itu hanya hiburan. Tapi, Sudikerta tampil ngotot. Ia duel dan tak mau kalah,” imbuhnya.

Pejabat yang satu tim dengan Sudikerta antara lain Adi Arnawa (sekarang menjabat Sekda Badung), dan Made Sutama (Ketua Bapenda Badung).

Keduanya sama dengan Sudikerta, sama-sama dari Pecatu. Selesai bertanding, Sudikerta mentraktir makan awak media.

Begitu juga saat puasa. Sudikerta mengadakan buka puasa bersama di sebuah warung makan di sebelah rumahnya di Jalan Drupadi, Denpasar.

Menurut sumber Jawa Pos Radar ini, di saat seperti itulah Sudikerta memakai diplomasi di atas meja makan.

Dia meminta agar para wartawan membantu mengawasi agar pemerintahan berjalan dengan baik.

Yang menarik, meski menjalin kedekatan dengan kalangan jurnalis, Sudikerta tidak mau menggunakan kekuasaannya untuk membicarakan pemberitaan.

Yang diceritakan Sudikerta selalu dua hal. Pertama, urusan politik pemerintahan. Dan, kedua urusan bisnis atau investasi.

“Saya rasa waktu pindah ke provinsi juga tidak jauh beda. Beliau juga dekat dengan wartawan,” tukasnya. 

Di kalangan pegawai, Sudikerta juga cukup royal. Saat menjadi Wabup Badung, Sudikerta pernah membagi-bagikan tablet gratis kepada para pejabat.

“Katanya Pak Sudikerta, tablet dibeli pakai uang pribadi. Sengaja dibelikan satu-satu biar kerjanya lancar,” tutur salah satu pejabat di Pemkab Badung.

Menurut pejabat yang meminta namanya tidak dituliskan itu, Sudikerta juga kerap menalangi pembayaran uang advetorial atau iklan.

Ini karena pembayaran iklan di pemerintahan tidak langsung cair. Biasanya harus menunggu proses administrasi hingga dua bulan baru uang iklan cair.

“Saat banyak tagihan iklan, Pak Sudikerta sering mengeluarkan uang pribadi untuk membayar. Padahal, iklan itu iklan untuk pemerintah, bukan pribadi,” imbuh sumber.

Apakah menalangi pembayaran iklan itu agar tidak ada pemberitaan mengkritik pemerintah?

“Saya tidak pernah dipesani seperti itu. Pesannya hanya disuruh membayar iklan. Tapi, Pak Sudikerta dasarnya memang bares (royal),” tukas sumber Jawa Pos Radar Bali.

Sumber yang mengaku sangat dekat dengan Sudikerta ini menambahkan, hobi lain Sudikerta adalah bermain golf.

Hampir semua tempat golf di Bali pernah dijajal Sudikerta. Mulai lapangan golf di Bali Beach, lapangan golf Pecatu Graha, hingga lapangan golf Bali Handara di kawasan dingin Bedugul.

“Kalau makan, favorit Pak Sudikerta itu seafood atau makanan laut. Dari pindang kucing sampai gurita, semua suka. Jadi sangat suka makanan laut,” imbuh sumber.

Golf itulah yang juga dijadikan diplomasi tersendiri bagi Sudikerta. Olahraga yang identik dengan ekonomi kelas atas itu dimanfaatkan Sudikerta untuk bertemu para koleganya.

Baik urusan politik maupun bisnis. “Biasanya Pak Sudikerta main golf bersama teman-temannya.

Kalau main golfnya tidak lama. Sekitar satu jam. Paling lama dua jam,” imbuh sumber yang kembali mewanti-wanti namanya tak dimediakan itu.

Memiliki kelihaian diplomasi pula yang tampaknya mengantarkan Sudikerta menduduki kursi ketua DPD I Golkar Bali.

Pria kelahiran 51 tahun lalu, itu menjabat orang nomor satu di Partai Golkar itu selama sembilan tahun.

Sudikerta membuat Partai Golkar di Bali tidak lagi dipandang sebelah mata. Partai berlambang pohon beringin itu dua kali membobol kandang banteng di Kabupaten Badung.

Pertama menang Pilkada Badung pada 2005. Yang kedua menang Pilkada Badung 2010. Dan, unggul pada gelaran Pilgub Bali 2013.

Sudikerta selama ini juga dikenal dekat dengan para petinggi Golkar. Mulai Abu Rizal Bakrie, hingga Setya Novanto.

Dengan Setnov – panggilan Setya Novanto – Sudikerta bisa dikatakan cukup dekat. Suami Ida Ayu Ketut Sri Sumiatini itu

pernah menggegerkan jagat Bali pada 21 April 2017 dengan mengupacarai jet pribadi milik salah satu petinggi Golkar.

Pesawat jet berwarna putih bergaris hitam buatan Kanada, itu di-plaspas di apron sisi selatan Bandara Ngurah Rai.

Dengan memakai pakaian adat madya serba putih, Sudikerta hadir langsung mengupacarai pesawat yang harganya diperkirakan Rp 600 miliar lebih itu.

Pada 24 Mei 2017, Sudikerta mendapat rekomendasi sebagai cagub Bali dari Setnov. Rekomendasi itu diserahkan langsung Setnov melalui sebuah acara besar-besaran di depan monumen Bajra Sandhi, Renon, Denpasar.

Saat menerima rekomendasi, senyum Sudikerta mengembang. Tomi Kecil tersenyum bahagia.

“Terima kasih atas mandat dan amanat partai yang telah diberikan pada saya,” ujar Sudikerta sesaat setelah menerima rekomendasi.

Saat menyerahkan rekomendasi Setnov didampingi Sekjen Partai Golkar, kala itu Idrus Marham. Ada kejadian menarik terekam kamera Jawa Pos Radar Bali.

Sebelum menyerahkan rekomendasi, mata Setnov terpejam cukup lama seperti orang tidur ketika mendengarkan sambutan.

Kini, baik Setnov maupun Idrus sama-sama dijebloskan ke penjara oleh KPK. Namun, Sudikerta tampaknya tidak ditakdirkan menjadi “sopir”.

Pada 1 Januari 2018, rekomendasi yang sudah digenggam dicabut DPP Golkar. Sudikerta gagal naik kelas.

Ia ditugaskan menjadi cawagub Bali mendampingi Rai Mantra. Surat penugasan menjadi cawagub itu dibacakan langsung Idrus Marham.

Lagi-lagi, Tomi kecil harus legawa menerima takdir menjadi “kernet”. Dua kali menjadi wakil di Pemkab Badung, dan satu kali menjadi wakil di Pemprov Bali.

Apesnya lagi, gagal menjadi “kernet” kini Tomi Kecil harus menjadi pesakitan karena terlilit kasus penipuan.  (*)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/