27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 7:54 AM WIB

Caleg Muda Anti-Politik Uang, Gaet Pemilih Bermodal Program

TABANAN – Pemilihan anggota legislatif 2019 mendatang menjadi peluang bagi anak-anak muda untuk mencoba peruntungan sebagai wakil rakyat.

Salah satu I Gede Wega Prastama yang maju dari PSI sebagai calon anggota DPRD Tabanan dapil Kediri-Marga. 

Ditemui beberapa waktu lalu, Wega mengaku tertarik berkecimpung dalam dunia politik lantaran rasa keprihatinan terhadap perpolitikan Indonesia saat ini.

Yaitu masih minim pendidikan politik dan masih banyak money politic. “Niat tulus maju caleg, juga dibarengi keilmuan politik yang saya miliki. Karena saya mengambil jurusan ilmu politik di Universitas Udayana,” ujar pemuda 24 tahun ini. 

Dia mengaku, maju berpolitik juga bukan hanya meramaikan atau mencukupi kuota caleg di PSI. Sejatinya ingin mengubah wajah perpolitikan saat ini. Agar masyarakat lebih melek dengan politik.

Ia mengakui, pertarungan akan sengit, apalagi masih banyak caleg petahana yang kembali maju dan banyaknya politisi senior yang ikut pileg kembali. 

Modal petahana, kata dia, cukup jelas yaitu bansos dan bantuan lainnya dan sudah lama dikenal. Kalau politisi senior mungkin karena ketokohannya dan punya massa tersendiri. 

“Kalau saya modal kartu nama, visi misi dan program,” kata Ketua DPC PSI Kediri. Dirinya berkampanye lebih banyak memanfaatkan media sosial dan dominan menyasar kaum millennial dan anak muda.

Sesekali waktu juga berkampanye di daerah pemilihan. Sayangnya di lapangan masih ada sejumlah masyarakat yang bertanya.

“Ada yang bertanya, ‘berapa modal uang yang dibawa, berapa biaya sudah disiapkan’. Masyarakat bukan bertanya apa program dan visi-misi. 

Ya, saya jawab saat itu, mohon maaf, Bli dan Bapak. Saya anti dengan money politic. Mohon saya tidak bisa terima kalau ajakan politik seperti itu,” ucap Weda. 

Dia menambahkan, visi misi maju pileg yakni memberikan pendidikan politik. Karena semakin pendidikan politik baik, maka semakin masyarakat itu kritis dan dapat diberdayakan dan tahu politik praktis.

Selain itu lebih memberdayakan kalangan anak muda, mampu berwirausaha, bahkan kalau terpilih nanti memberikan pendidikan teknologi dengan pengadaan wifi gratis di setiap banjar.

Sehingga apa usaha yang ada di desa dapat dijual melalui media online. “Kalau soal target suara saya untuk dapil Kediri-Marga saya target 3.000 suara.

Sebagian besar suara dari kalangan anak muda. Dengan kantong suara terbesar berada di Pandak Gede, daerah asal saya,” pungkasnya.

Hal yang sama juga diungkapkan Luh Gede Ervina Asri Yudiari, 24 mahasiswa jurusan hubungan internasional Universitas Udayana. 

Menurut Ervina, maju dirinya sebagai caleg meski tidak dari keluarga trah politik. Sejatinya untuk mewakili generasi muda khusus keterwakilan perempuan sebagai anggota dewan. 

“Kita sadari keterwakilan perempuan sebagai dewan dan ikut berpolitik itu masih kecil. Dan juga harus disadari  keputusan dan kebijikan politik

bisa mengayomi dan memberikan dampak yang lebih besar untuk kesejahteraan masyarakat,” ujar caleg perempuan dapil Tabanan-Kerambitan.

Diakuinya suara yang akan diraih lebih banyak dari kalangan anak muda dan pemilih pemula. Memang itu basis massa PSI dan dominan PSI berkampanye ke anak muda.

Dia mengaku memberanikan diri nyaleg sebagai modal investasi awal untuk keberlanjutan karier politik dan kaderisasi partai. Mengasah dan menguji mental sehingga lebih paham dan tahu politik. 

“Mengenai jumlah suara sejauh ini saya belum berani berkomentar. Saya sudah beberapa kali turun ke lapangan. Namun saya lebih banyak berkampanye di media sosial,” tandas perempuan asal desa Delod Peken, Tabanan. 

TABANAN – Pemilihan anggota legislatif 2019 mendatang menjadi peluang bagi anak-anak muda untuk mencoba peruntungan sebagai wakil rakyat.

Salah satu I Gede Wega Prastama yang maju dari PSI sebagai calon anggota DPRD Tabanan dapil Kediri-Marga. 

Ditemui beberapa waktu lalu, Wega mengaku tertarik berkecimpung dalam dunia politik lantaran rasa keprihatinan terhadap perpolitikan Indonesia saat ini.

Yaitu masih minim pendidikan politik dan masih banyak money politic. “Niat tulus maju caleg, juga dibarengi keilmuan politik yang saya miliki. Karena saya mengambil jurusan ilmu politik di Universitas Udayana,” ujar pemuda 24 tahun ini. 

Dia mengaku, maju berpolitik juga bukan hanya meramaikan atau mencukupi kuota caleg di PSI. Sejatinya ingin mengubah wajah perpolitikan saat ini. Agar masyarakat lebih melek dengan politik.

Ia mengakui, pertarungan akan sengit, apalagi masih banyak caleg petahana yang kembali maju dan banyaknya politisi senior yang ikut pileg kembali. 

Modal petahana, kata dia, cukup jelas yaitu bansos dan bantuan lainnya dan sudah lama dikenal. Kalau politisi senior mungkin karena ketokohannya dan punya massa tersendiri. 

“Kalau saya modal kartu nama, visi misi dan program,” kata Ketua DPC PSI Kediri. Dirinya berkampanye lebih banyak memanfaatkan media sosial dan dominan menyasar kaum millennial dan anak muda.

Sesekali waktu juga berkampanye di daerah pemilihan. Sayangnya di lapangan masih ada sejumlah masyarakat yang bertanya.

“Ada yang bertanya, ‘berapa modal uang yang dibawa, berapa biaya sudah disiapkan’. Masyarakat bukan bertanya apa program dan visi-misi. 

Ya, saya jawab saat itu, mohon maaf, Bli dan Bapak. Saya anti dengan money politic. Mohon saya tidak bisa terima kalau ajakan politik seperti itu,” ucap Weda. 

Dia menambahkan, visi misi maju pileg yakni memberikan pendidikan politik. Karena semakin pendidikan politik baik, maka semakin masyarakat itu kritis dan dapat diberdayakan dan tahu politik praktis.

Selain itu lebih memberdayakan kalangan anak muda, mampu berwirausaha, bahkan kalau terpilih nanti memberikan pendidikan teknologi dengan pengadaan wifi gratis di setiap banjar.

Sehingga apa usaha yang ada di desa dapat dijual melalui media online. “Kalau soal target suara saya untuk dapil Kediri-Marga saya target 3.000 suara.

Sebagian besar suara dari kalangan anak muda. Dengan kantong suara terbesar berada di Pandak Gede, daerah asal saya,” pungkasnya.

Hal yang sama juga diungkapkan Luh Gede Ervina Asri Yudiari, 24 mahasiswa jurusan hubungan internasional Universitas Udayana. 

Menurut Ervina, maju dirinya sebagai caleg meski tidak dari keluarga trah politik. Sejatinya untuk mewakili generasi muda khusus keterwakilan perempuan sebagai anggota dewan. 

“Kita sadari keterwakilan perempuan sebagai dewan dan ikut berpolitik itu masih kecil. Dan juga harus disadari  keputusan dan kebijikan politik

bisa mengayomi dan memberikan dampak yang lebih besar untuk kesejahteraan masyarakat,” ujar caleg perempuan dapil Tabanan-Kerambitan.

Diakuinya suara yang akan diraih lebih banyak dari kalangan anak muda dan pemilih pemula. Memang itu basis massa PSI dan dominan PSI berkampanye ke anak muda.

Dia mengaku memberanikan diri nyaleg sebagai modal investasi awal untuk keberlanjutan karier politik dan kaderisasi partai. Mengasah dan menguji mental sehingga lebih paham dan tahu politik. 

“Mengenai jumlah suara sejauh ini saya belum berani berkomentar. Saya sudah beberapa kali turun ke lapangan. Namun saya lebih banyak berkampanye di media sosial,” tandas perempuan asal desa Delod Peken, Tabanan. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/