Delegasi 189 negara kini tumpah ruah di Bali untuk menghadiri pertemuan tahunan IMF – World Bank meeting.
Keberadaan Liaison officer (LO) untuk membantu para delegasi selama mengikuti kegiatan di Bali menjadi sangat penting.
ZULFIKA RAHMAN, Nusa Dua
RIKA Afrian Savitri, tampak, sibuk menemani empat delegasi IMF-World Bank asal negara Benin. Saat ditemui, dia mengajak para delegasi tersebut untuk menikmati kopi arabika Nusantara yang disediakan panitia.
Stand kopi yang berlokasi di Loby Uluwatu Bali Nusa Dua Convetion Center (BNDCC) itu menyajikan kopi yang dibuat para barista.
“Saya ajak minum kopi biar mereka (para delegasi) bisa merasakan kopi Indonesia. Dan, mungkin bisa membedakan rasa dengan kopi dari negara mereka,” tutur Rika.
Benin sendiri merupakan negara yang terletak di Kawasan Afrika Barat. Untuk bahasa nasional Benin sendiri menggunakan bahasa Perancis.
Ini mengingat Benin dulunya merupakan negara jajahan Perancis. Rika sendiri terpilih sebagai LO lantaran ditunjuk dari Bank Indonesia (BI) Kediri, Jawa Timur, tempat dia bekerja.
Ini karena Rila dianggap mampu mendampingi para delegasi yang datang mengingat dari kecakapan bahasa Inggris yang cukup bagus.
Untuk rekrutmen LO sendiri tidak hanya berasal dari BI, namun ada juga dari Kementerian Keuangan, Kementerian Luar Negeri dan open rekrutmen untuk masyarakat umum.
“Aku excited banget bisa menjadi salah satu bagian even ini. Ingin memberikan yang terbaik lah,” kata Rika Afrian Savitri.
Untuk menjadi LO, ia dan beberapa orang lainnya harus menjalani pelatihan yang dilakukan oleh Badan Intelijen Strategis (Bais) selama lima hari.
Dalam pembekalan yang dipusatkan di Depok dan Bali itu, ia mendapat pembekalan tentang protokoler, perilaku, dan sopan santun untuk melayani para delegasi selama mengikuti even IMF-World Bank ini.
Mengingat para tamu yang datang merupakan orang penting di Negara tersebut seperti Kepala Negara dan juga Menteri Keuangan.
“Misalnya ketika delegasi dari Jepang itu bagaimana budaya bertutur, makan dan lainnya seperti apa. Negara lain juga begitu. Biar tidak mengecewakan para delegasi. Karena masing-masing budayanya berbeda,” kata perempuan 27 tahun ini.
Selama dua hari menjadi LO dari negara Benin, ia mengaku belum ada hambatan. Para delegasi menunjukkan sikap ramah dan menunjukkan keakraban.
Karena dari segi bahasa yang digunakan merupakan bahasa Inggris. Namun, ada hal tertentu yang membuat Rika kesulitan.
Misalnya untuk memahami dokumen, jadwal dan lainnya yang tulisannya menggunakan bahasa Perancis.
“Itu saya harus berusaha menerjemahkan. Mencari di Google atau tanya. Sejauh ini itu saja kendalanya,” terangnya.
Sementara untuk menu makanan sendiri, dia lebih menyarankan untuk mencoba masakan nusantara. Seperti rendang, nasi kuning dan beberapa kuliner lainnya.
“Mereka suka. Karena makanan tradisional food itu yang memang dicari. Jadi, mereka tidak hanya tahu dari media atau internet tapi bisa langsung merasakan. Dan mereka suka,” paparnya.
Disinggung mengenai aktivitas di luar even IMF-World Bank, dia mengungkapkan akan melakukan aktivitas wisata selama berada di Bali.
“Mereka ingin berwisata pantai,” ucapnya. Selain aktivitas wisata, ternyata para delegasi asal Benin merencanakan membeli pakaian batik untuk oleh-oleh sebelum bertolak tanggal 15 Oktober mendatang.
“Untuk kuliner, wisata dan oleh-oleh kami udah memiliki list. Ini juga bisa menjadi ajang promosi produk dan kekayaan Indonesia,” tandasnya.(*)