BANJAR – Seorang pemuda asal Desa Sidatapa, Kecamatan Banjar, Buleleng, berusia 20 tahun harus berbaring lemah selama 14 tahun lebih di kamar tidurnya.
Ketut Artawan, nama pemuda itu harus terbaring di kamar lantaran mengidap penyakit lumpuh sejak usianya menginjak 6 tahun.
Ketut Artawan tinggal bersama kedua orang tuanya Ni Putu Mas, 50 dan Kadek Gito, 52, di Banjar Dinas Lakah, Desa Sidatapa, Kecamatan Banjar Buleleng.
Ketika Jawa Pos Radar Bali bertandang ke rumahnya kemarin, tampak terlihat Ketut Artawan bersama ibu yang bekerja keseharian sebagai petani.
Ketut Artawan tak mampu duduk dengan normal, karena harus dipegang oleh ibunya. “Beginilah kondisi ketut Artawan setiap hari tak mampu
berjalan dan duduk,” kata ibu dari Ketut Artawan ketika mendapat bantuan sembako dari Komunitas English Corner Sidatapa (ESC) kemarin.
Menurut Ni Putu Mas, anaknya mengidap penyakit lumpuh bermula dari penyakit step atau kejang demam tinggi.
Perlahan sakit yang dialami anak bertambah parah. Malah anak yang saat itu berjalan normal, tak mampu berjalan seperti biasanya. Seperti jalannya anak pincang.
“Saat sakit saya tak punya biaya berobat ke medis, sehingga saya harus lakukan pengobatan secara tradisional,” ungkapnya.
Diceritakan Ni Putu Mas, anaknya Ketut Artawan lahir dengan kondisi normal. Kemudian tak mengalami gejala sakit apapun.
Namun, beranjak usia lima tahun mulai mengalami sakit hingga sekarang tak mampu berjalan (lumpuh) dan terbujur lemah di tempat tidur.
“Anak saya dengan kondisi seperti ini saya tak menyangka. Padahal, sebelum lahir Ketut Artawan saya tak pernah mimpi buruk ataupun merasakan hal-hal aneh. Ketut Artawan juga sejak kecil tak pernah jatuh atau alami kecelakaan,” tuturnya.
Meski Ketut Artawan tak mampu berjalan alias lumpuh, namun kedua orang tuanya tetap merawat dan melayani Ketut Artawan.
Sayangnya karena kondisinya seperti ini, Ketut Artawan tak bisa sekolah. Ni Putu Mas berharap ada bantuan kursi roda kepada anaknya agar anak tidak hanya berada di kamar dan terbaring ditempat tidur.
Tapi, bisa dibawa keliling di sekitar rumahnya. Ketua English Corner Sidatapa (ECS) Komang Rena mengatakan, kendati terhenti proses mengajarkan bahasa Inggris secara gratis
kepada anak-anak desa yang dilakukan Sidatapa English Corner karena wabah Covid-19, namun rasa kepedulian dan empati untuk membantu warga miskin dan penyandang disabilitas terus pihaknya lakukan.
Salah satu dengan membantu pemberian sembako kepada Ketut Artawan. “Kami di English Corner Sidatapa tidak hanya memfokuskan kegiatan dalam pembelajaran bahasa Inggris
kepada anak-anak di desa Bali Aga. Kami juga harus peduli dengan berikan bantuan kepada warga miskin di desa dan disabilitas. Karena mereka ikut terdampak Covid-19,” pungkasnya.