SEJAK pagi Monumen Bom Bali di legian Kuta lebih sedikit ramai dibanding hari-hari biasanya.
Lebih ramai, karena Jumat (12/10) hari ini menjadi hari bersejarah bagi para korban dan keluarga korban bom Bali I 2002.
Bertepatan peristiwa yang telah berlalu selama 16 tahun, Jumat pagi, korban, keluarga korban dan masyarakat berkumpul di Monumen bersejarah. Seperti Apa?
MARCELLO PAMPURS, Kuta
Deretan karangan bunga, lilin dan beberapa carik surat ditaruh diantara nama-nama korban yang terpampang di monumen.
Doa pun tak henti dipanjatkan bagi para korban meninggal. Ada dari mereka mengusap beberapa tulisan. Ada tetes air mata, ada juga yang hanya tampak bergumam.
Diantara kerumunan, itu hadir Tiolina Marpaung yang menjadi korban selamat meski harus mengalami cacat seumur hidup.
Wanita asal Medan ini datang bersama kawannya, yang juga menjadi korban bernama Ngesti Puji Rahayu, asal Jember, Jawa Timur.
Tiolina Marpaung menjadi salah satu korban saat kejadian bom Bali 16 tahun silam. Akibat kejadian itu, kedua matanya rusak.
Mata kanannya pecah akibat dentuman keras ledakan, sedangkan mata kirinya kemasukan beling.
Saat kejadian ledakan, dia berada di dalam mobil, melintas di lokasi ledakan.
“Saya sdh bisa melihat tapi selama 16 tahun saya harus cek terus. Karena ada silikon di mata saya,” kata Tiolina di Monumen Bom Bali, Jumat (12/10).
Lanjut dia, meski peristiwa bom itu telah membuatnya cacat seumur hidup, dia sudah memaafkan para teroris yang telah melakukan aksi bom itu.
Maka dari itu, menurutnya moment peringatan 16 tahun bom Bali bukan sekadar peringatan semata.
Hal ini sepatutnya dijadikan momentum bagi pemerintah dan masyarakat untuk selalu waspada.
“Setiap tahun kita berada di sini bukan bersedih hati tetapi, untuk mengingatkan kepada pemerintah dan masyarakat untuk waspada agar tidak terjadi lagi kejadian seperti ini di kemudian hari,” terangnya.
Senada dengan apa yang disampaikan oleh Tiolina Marpaung, Puji Rahayu yang juga menjadi salah satu korban selamat meski kini mengalami cacat, juga mengaku bahwa moment peringatan 16 tahun bom Bali ini sejatinya sebagai alarm kepada masyarakat.
Bahwa di luar sana, kemungkinan itu akan selalu ada.
“Saya pernah dipertemukan dengan para teroris bom Bali di Jakarta.
Mereka meminta maaf, dan saya maafkan. Tetapi kita tetap harus waspada agar ini tidak terulang lagi,” tandasnya.
Wanita asal Jember ini sendiri menjadi korban ledakan bom saat dirinya sedang berada di Paddys Pub ketika itu.