28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:05 AM WIB

Akui Sempat Lalai Protokol, Sembuh Karena Rutin Konsumsi Herbal

DPRD Buleleng sempat menjadi klaster baru penyebaran covid-19 di Kabupaten Buleleng. Dari 45 orang anggota dewan,

sebanyak 9 orang diantaranya disebut sempat terkonfirmasi covid-19. Salah satunya adalah Ketua Komisi II DPRD Buleleng Putu Mangku Budiasa.

 

EKA PRASETYA, Singaraja 

PENYAKIT covid-19 telah menjadi momok di masyarakat. Bukan hanya memicu penyakit yang berujung pada kematian, penyebaran penyakit ini juga membuat pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan.

Beberapa penyintas atau mantan pasien covid-19 bahkan harus merasakan stigma negatif di masyarakat. Sehingga tak banyak yang bersedia membuka cerita mereka pada publik.

Salah satu yang bersedia menceritakan kisah terpapar covid-19 adalah Putu Mangku Budiasa.

Pria yang kini memangku jabatan Ketua Komisi II DPRD Buleleng itu, merupakan salah satu dari sembilan orang anggota DPRD Buleleng yang terpapar covid-19.

Mangku secara terbuka mengumumkan bahwa dirinya adalah salah seorang penyintas covid-19. Hal itu ia umumkan pada Sabtu (9/10) lalu, lewat unggahannya di media sosial.

Ia juga mengunggah dua hasil pemeriksaan laboratorium atas spesimen swab yang diambil petugas medis.

Saat dihubungi wartawan, Mangku pun bersedia membagi kisahnya. Awalnya ia sama sekali tak menduga dirinya akan terpapar covid-19.

Sebab ia tak merasakan gejala apapun. Namanya muncul setelah tim surveillance melakukan penelusuran kontak erat. Mengingat sudah ada anggota dewan yang lebih dulu terkonfirmasi positif covid.

Pria yang juga politisi PDI Perjuangan itu mengaku pertama kali menjalani pengambilan sampel swab pada Jumat (2/10) lalu.

Keesokan harinya, ia mendapat informasi bahwa hasil swabnya positif. Saat awal mendapat informasi hasil swabnya positif, ia sempat merasa syok.

Sebab di keluarganya ada beberapa orang yang memiliki penyakit bawaan dan berusia lanjut. Ada pula cucunya yang masih anak-anak.

“Kebetulan kan ada rekan yang duluan positif. Saat itu juga agenda di dewan agak padat. Kalau dibilang teledor,

mungkin seperti itu. Karena kami lalai menjaga jarak. Akhirnya dari sana awalnya, sehingga DPRD jadi klaster baru,” ungkapnya.

Begitu mendapat hasil lab, ia langsung memilih melakukan karantina mandiri. Karena ada banyak orang yang beresiko terpapar.

Baru dua hari berjalan, ia dijemput untuk menjalani karantina pada fasilitas yang disiapkan Pemprov Bali. Ia pun merasa lebih lega dan nyaman.

Karena keluarganya berada di lokasi yang terpisah. Ditambah lagi tenaga medis selalu melakukan pemeriksaan kesehatan sewaktu-waktu.

Hingga pada Rabu (7/10) ia kembali menjalani pengambilan sampel swab. Kali ini hasilnya dinyatakan negatif.

Ia pun bisa bernafas lega karena telah diizinkan pulang dan berkumpul kembali dengan keluarga.

Pria yang sudah tiga periode menjadi anggota dewan Buleleng itu mengaku tidak melakukan terapi khusus selama masa karantina mandiri.

Ia hanya mengonsumsi sejumlah herbal. Seperti jahe, kunyit, jeruk nipis, dan madu. Herbal itu sudah biasa ia konsumsi tiap hari.

“Itu saja saya minum tiap pagi dan malam. Dari tim medis juga memberikan makanan yang baik, ditambah suplemen vitamin.

Sangat nyaman di fasilitas pemerintah itu. Tim medisnya juga terus proaktif memantau kesehatan kami,” jelasnya.

Selain mengonsumsi herbal, ia juga menyarankan agar pasien yang telah terkonfirmasi positif, menjaga kondisi psikis mereka.

Sehingga tidak stress. Apabila kondisi psikis itu terganggu, maka masa pemulihan juga akan berlangsung lebih lama.

Mangku Budiasa yang juga mantan Perbekel Selat itu mengaku menjadi pasien terkonfirmasi positif merupakan sebuah pengalaman berharga dalam penerapan protokol kesehatan.

Ia pun mengajak agar masyarakat lebih disiplin dalam penerapan protokol kesehatan. Baik itu menggunakan masker,

menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta sebisa mungkin menghindari kerumunan.

“Kalau orang Buleleng bila de bes meboya, de bes serem. Virus itu ada. Saya buktinya. Tidak merasakan gejala apapun, tahu-tahu terkonfirmasi positif.

Saya termasuk lalai menerapkan protokol kesehatan. Sebisa mungkin ikuti himbauan yang disampaikan,” tegasnya.

Di sisi lain, Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Buleleng terus mencatat peningkatan kesembuhan pasien covid-19.

Juru Bicara GTPP Covid-19 Buleleng I Ketut Suweca mengungkapkan, pada Minggu tercatat ada 10 orang pasien yang sembuh dan hanya 3 orang pasien terkonfirmasi positif baru.

Secara kumulatif, pasien terkonfirmasi positif di Buleleng mencapai 916 kasus dan 832 orang lainnya telah dinyatakan sembuh.

“Sekarang masih ada 40 orang yang menjalani perawatan. Baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri.

Kalau lihat persentase tingkat kesembuhan, kita hari ini sudah ada di angka 90,8 persen. Ini menunjukkan tren yang terus membaik,” kata Suweca. (*)

DPRD Buleleng sempat menjadi klaster baru penyebaran covid-19 di Kabupaten Buleleng. Dari 45 orang anggota dewan,

sebanyak 9 orang diantaranya disebut sempat terkonfirmasi covid-19. Salah satunya adalah Ketua Komisi II DPRD Buleleng Putu Mangku Budiasa.

 

EKA PRASETYA, Singaraja 

PENYAKIT covid-19 telah menjadi momok di masyarakat. Bukan hanya memicu penyakit yang berujung pada kematian, penyebaran penyakit ini juga membuat pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan.

Beberapa penyintas atau mantan pasien covid-19 bahkan harus merasakan stigma negatif di masyarakat. Sehingga tak banyak yang bersedia membuka cerita mereka pada publik.

Salah satu yang bersedia menceritakan kisah terpapar covid-19 adalah Putu Mangku Budiasa.

Pria yang kini memangku jabatan Ketua Komisi II DPRD Buleleng itu, merupakan salah satu dari sembilan orang anggota DPRD Buleleng yang terpapar covid-19.

Mangku secara terbuka mengumumkan bahwa dirinya adalah salah seorang penyintas covid-19. Hal itu ia umumkan pada Sabtu (9/10) lalu, lewat unggahannya di media sosial.

Ia juga mengunggah dua hasil pemeriksaan laboratorium atas spesimen swab yang diambil petugas medis.

Saat dihubungi wartawan, Mangku pun bersedia membagi kisahnya. Awalnya ia sama sekali tak menduga dirinya akan terpapar covid-19.

Sebab ia tak merasakan gejala apapun. Namanya muncul setelah tim surveillance melakukan penelusuran kontak erat. Mengingat sudah ada anggota dewan yang lebih dulu terkonfirmasi positif covid.

Pria yang juga politisi PDI Perjuangan itu mengaku pertama kali menjalani pengambilan sampel swab pada Jumat (2/10) lalu.

Keesokan harinya, ia mendapat informasi bahwa hasil swabnya positif. Saat awal mendapat informasi hasil swabnya positif, ia sempat merasa syok.

Sebab di keluarganya ada beberapa orang yang memiliki penyakit bawaan dan berusia lanjut. Ada pula cucunya yang masih anak-anak.

“Kebetulan kan ada rekan yang duluan positif. Saat itu juga agenda di dewan agak padat. Kalau dibilang teledor,

mungkin seperti itu. Karena kami lalai menjaga jarak. Akhirnya dari sana awalnya, sehingga DPRD jadi klaster baru,” ungkapnya.

Begitu mendapat hasil lab, ia langsung memilih melakukan karantina mandiri. Karena ada banyak orang yang beresiko terpapar.

Baru dua hari berjalan, ia dijemput untuk menjalani karantina pada fasilitas yang disiapkan Pemprov Bali. Ia pun merasa lebih lega dan nyaman.

Karena keluarganya berada di lokasi yang terpisah. Ditambah lagi tenaga medis selalu melakukan pemeriksaan kesehatan sewaktu-waktu.

Hingga pada Rabu (7/10) ia kembali menjalani pengambilan sampel swab. Kali ini hasilnya dinyatakan negatif.

Ia pun bisa bernafas lega karena telah diizinkan pulang dan berkumpul kembali dengan keluarga.

Pria yang sudah tiga periode menjadi anggota dewan Buleleng itu mengaku tidak melakukan terapi khusus selama masa karantina mandiri.

Ia hanya mengonsumsi sejumlah herbal. Seperti jahe, kunyit, jeruk nipis, dan madu. Herbal itu sudah biasa ia konsumsi tiap hari.

“Itu saja saya minum tiap pagi dan malam. Dari tim medis juga memberikan makanan yang baik, ditambah suplemen vitamin.

Sangat nyaman di fasilitas pemerintah itu. Tim medisnya juga terus proaktif memantau kesehatan kami,” jelasnya.

Selain mengonsumsi herbal, ia juga menyarankan agar pasien yang telah terkonfirmasi positif, menjaga kondisi psikis mereka.

Sehingga tidak stress. Apabila kondisi psikis itu terganggu, maka masa pemulihan juga akan berlangsung lebih lama.

Mangku Budiasa yang juga mantan Perbekel Selat itu mengaku menjadi pasien terkonfirmasi positif merupakan sebuah pengalaman berharga dalam penerapan protokol kesehatan.

Ia pun mengajak agar masyarakat lebih disiplin dalam penerapan protokol kesehatan. Baik itu menggunakan masker,

menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta sebisa mungkin menghindari kerumunan.

“Kalau orang Buleleng bila de bes meboya, de bes serem. Virus itu ada. Saya buktinya. Tidak merasakan gejala apapun, tahu-tahu terkonfirmasi positif.

Saya termasuk lalai menerapkan protokol kesehatan. Sebisa mungkin ikuti himbauan yang disampaikan,” tegasnya.

Di sisi lain, Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Buleleng terus mencatat peningkatan kesembuhan pasien covid-19.

Juru Bicara GTPP Covid-19 Buleleng I Ketut Suweca mengungkapkan, pada Minggu tercatat ada 10 orang pasien yang sembuh dan hanya 3 orang pasien terkonfirmasi positif baru.

Secara kumulatif, pasien terkonfirmasi positif di Buleleng mencapai 916 kasus dan 832 orang lainnya telah dinyatakan sembuh.

“Sekarang masih ada 40 orang yang menjalani perawatan. Baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri.

Kalau lihat persentase tingkat kesembuhan, kita hari ini sudah ada di angka 90,8 persen. Ini menunjukkan tren yang terus membaik,” kata Suweca. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/