32 C
Jakarta
2 Mei 2024, 10:34 AM WIB

Belajar Beternak Kodok Otodidak, Pahami Pakan Harus Pakai Eksperimen

Sejatinya, kodok adalah salah satu spesies hewan menjijikkan. Namun, hewan ini justru diternak oleh I Wayan Nuastra. Itu sebabnya ia disapa Pak Kodok.

 

JULIADI, Tabanan

DIBAWAH gerimis siang kemarin (11/12) Jawa Pos Radar Bali menuju kediaman peternak Kodok Lembu, I Wayan Nuastra di Banjar Dinas Pande, Desa Jegu, Penebel, Tabanan.

Setelah menyusuri jalan, tepat di rumah Nomor 24, terpampang papan nama rumah bertuliskan, Pak Kodok Budidaya Kodok Lembu.

I Wayan Nuastra saat itu sedang bersantai duduk di balai bengong bersama salah seorang rekannya. Begitu berkenalan, Nuastra langsung menceritakan awal menggeluti sebagai peternak kodok. 

“Sebentar kita ke kandang kodok lembu. Agar lebih paham cerita kodok lembu,” ajak pria yang kini akrab disapa Pak Kodok.

Uniknya, jika mencari nama aslinya justru banyak tidak kenal warga setempat. Petugas di Dinas Perikanan Provinsi atau Dinas Perikanan Kabupaten Tabanan juga tak kenal dengan I Wayan Nuastra. 

“Tapi, kalau panggil saya dengan nama Pak Kodok pasti banyak yang tahu, karena itu pekerjaan saya sebagai peternak kodok, satu-satunya yang masih aktif di Bali,” ungkap, ayah dua anak ini.

Dituturkan Pak Kodok, ide awal beternak hewan dengan bahasa latin rana catesbeiana shaw, sejatinya karena hobi dengan hewan jenis amfibi.

Dorongan tambah kuat setelah membaca brosur kodok lembu yang memiliki nilai ekspor.  “Saat itulah saya mulai beternak kodok di tahun 1980 silam hingga sekarang.

Itu pun baru mengenal Kodok, belum dapat mengembangbiakkan dan memelihara dalam jumlah besar,” ungkapnya.

Dia mengisahkan, sejak tahun 1983 baru mulai Kodok Lembu diternak dalam jumlah besar. Kemudian dapat dijadikan induk dan bertelur.

Satu betina kodok lembu dapat menetaskan telur sebanyak 200 butir telur. Dari 200 butir telur paling mampu menjadi kecebong 150 butir atau menjadi kodok.

Hanya itu yang mampu bertahan. “Beternak kodok tanpa guru, belajar sendiri. Pahit manis sebagai peternak kodok sudah saya ketahui rasanya,” tuturnya.

Mulai dari desain pembuatan kolam kodok, mengenal mana kodok jantan dan betina hingga kesulitan mencari pakan.

Bahkan, harus melakukan eksperimen soal makanan kodok. Baru menggeluti sebagai peternak kodok lembu berbagai makanan diujicobakan.

 Mulai hewan bekicot sebagai makanan kodok. Tetapi karena susah dan sulit mencari hewan bekicot, karena lebih banyak dijual untuk dibuat makanan manusia.

Harus berpindah ke makanan ikan yakni palet. Namun karena, perkembangbiakan kodok lambat kembali mencoba ke makanan lain.

Eksperimen sendiri membuat makanan dari daging ikan dicampur tepung. Juga tak mampu bertahan lama. Malah kodok di kolam banyak yang mati. 

Sampai salah satu mahasiswa dari jurusan perikanan memberikan saran untuk memberikan makan kodok lembu dengan roti. 

“Saya coba, malah kodok lembu tak mau makanan. Singkatnya saya temukan makanan kodok sama dengan makanan ikan lele yakni konsentrat,” terangnya.

Dia bilang, Kodok Lembu bukan kodok asli Indonesia. Tetapi kodok hasil persilangan antara kodok Amerika dengan kodok Taiwan.

Sehingga cukup sulit untuk mengenal mana jantan dan betina saat mulai memeliharanya. Seiring perkembangan waktu, mengetahui ciri dari kodok jantan 

 terlihat pada pada kuping yang lebih mentul atau kembung, pada bagian leher berwarna hijau dan terdengar suara lebih keras dibanding suara kodok betina.

Sedangkan kodok betina kebalikan ciri dari kodok jantan. “Menariknya dalam memelihara kodok, kolam kodok tidak sama dengan kolam ikan.

Ukuran lebih kecil 1×1 meter. Kemudian ukuran ketinggian air kolam harus sama dengan tinggi tubuh dari kodok itu sendiri,” ungkapnya. 

Dikatakan Pak Kodok, dulu hampir setiap kabupaten dan kecamatan ada peternak kodok lembu.

Bahkan, beberapa kali dirinya melakukan pembinaan dan pelatihan kepada kelompok peternak kodok lembu di setiap kabupaten.

Tetapi perkembangan waktu, justru peternak kodok hampir punah di Bali. “Saat ini hanya saya sendiri peternak kodok lembu di Bali,” tegasnya. 

Usia Kodok Lembu rata-rata mampu bertahan hidup hingga 4 tahun. Usia produktif mampu bertelur dengan usia 2 tahun. Sedangkan yang layak dikonsumsi berusia 8 bulan. 

Kini jumlah kodok lembu mulai awal beternak jumlahnya puluhan ribu ekor. Saat ini ditaksir sebanyak 8 ribu ekor lebih.

Sebagian kodok ada indukkan dan juga sebagian siap untuk dijual ke seluruh hotel dan restoran makanan di Bali.

“Setiap kali panen rata-rata 50 kilogram per hari, itu sama dengan 200 ekor Kodok Lembu,” sebutnya. (*) 

Sejatinya, kodok adalah salah satu spesies hewan menjijikkan. Namun, hewan ini justru diternak oleh I Wayan Nuastra. Itu sebabnya ia disapa Pak Kodok.

 

JULIADI, Tabanan

DIBAWAH gerimis siang kemarin (11/12) Jawa Pos Radar Bali menuju kediaman peternak Kodok Lembu, I Wayan Nuastra di Banjar Dinas Pande, Desa Jegu, Penebel, Tabanan.

Setelah menyusuri jalan, tepat di rumah Nomor 24, terpampang papan nama rumah bertuliskan, Pak Kodok Budidaya Kodok Lembu.

I Wayan Nuastra saat itu sedang bersantai duduk di balai bengong bersama salah seorang rekannya. Begitu berkenalan, Nuastra langsung menceritakan awal menggeluti sebagai peternak kodok. 

“Sebentar kita ke kandang kodok lembu. Agar lebih paham cerita kodok lembu,” ajak pria yang kini akrab disapa Pak Kodok.

Uniknya, jika mencari nama aslinya justru banyak tidak kenal warga setempat. Petugas di Dinas Perikanan Provinsi atau Dinas Perikanan Kabupaten Tabanan juga tak kenal dengan I Wayan Nuastra. 

“Tapi, kalau panggil saya dengan nama Pak Kodok pasti banyak yang tahu, karena itu pekerjaan saya sebagai peternak kodok, satu-satunya yang masih aktif di Bali,” ungkap, ayah dua anak ini.

Dituturkan Pak Kodok, ide awal beternak hewan dengan bahasa latin rana catesbeiana shaw, sejatinya karena hobi dengan hewan jenis amfibi.

Dorongan tambah kuat setelah membaca brosur kodok lembu yang memiliki nilai ekspor.  “Saat itulah saya mulai beternak kodok di tahun 1980 silam hingga sekarang.

Itu pun baru mengenal Kodok, belum dapat mengembangbiakkan dan memelihara dalam jumlah besar,” ungkapnya.

Dia mengisahkan, sejak tahun 1983 baru mulai Kodok Lembu diternak dalam jumlah besar. Kemudian dapat dijadikan induk dan bertelur.

Satu betina kodok lembu dapat menetaskan telur sebanyak 200 butir telur. Dari 200 butir telur paling mampu menjadi kecebong 150 butir atau menjadi kodok.

Hanya itu yang mampu bertahan. “Beternak kodok tanpa guru, belajar sendiri. Pahit manis sebagai peternak kodok sudah saya ketahui rasanya,” tuturnya.

Mulai dari desain pembuatan kolam kodok, mengenal mana kodok jantan dan betina hingga kesulitan mencari pakan.

Bahkan, harus melakukan eksperimen soal makanan kodok. Baru menggeluti sebagai peternak kodok lembu berbagai makanan diujicobakan.

 Mulai hewan bekicot sebagai makanan kodok. Tetapi karena susah dan sulit mencari hewan bekicot, karena lebih banyak dijual untuk dibuat makanan manusia.

Harus berpindah ke makanan ikan yakni palet. Namun karena, perkembangbiakan kodok lambat kembali mencoba ke makanan lain.

Eksperimen sendiri membuat makanan dari daging ikan dicampur tepung. Juga tak mampu bertahan lama. Malah kodok di kolam banyak yang mati. 

Sampai salah satu mahasiswa dari jurusan perikanan memberikan saran untuk memberikan makan kodok lembu dengan roti. 

“Saya coba, malah kodok lembu tak mau makanan. Singkatnya saya temukan makanan kodok sama dengan makanan ikan lele yakni konsentrat,” terangnya.

Dia bilang, Kodok Lembu bukan kodok asli Indonesia. Tetapi kodok hasil persilangan antara kodok Amerika dengan kodok Taiwan.

Sehingga cukup sulit untuk mengenal mana jantan dan betina saat mulai memeliharanya. Seiring perkembangan waktu, mengetahui ciri dari kodok jantan 

 terlihat pada pada kuping yang lebih mentul atau kembung, pada bagian leher berwarna hijau dan terdengar suara lebih keras dibanding suara kodok betina.

Sedangkan kodok betina kebalikan ciri dari kodok jantan. “Menariknya dalam memelihara kodok, kolam kodok tidak sama dengan kolam ikan.

Ukuran lebih kecil 1×1 meter. Kemudian ukuran ketinggian air kolam harus sama dengan tinggi tubuh dari kodok itu sendiri,” ungkapnya. 

Dikatakan Pak Kodok, dulu hampir setiap kabupaten dan kecamatan ada peternak kodok lembu.

Bahkan, beberapa kali dirinya melakukan pembinaan dan pelatihan kepada kelompok peternak kodok lembu di setiap kabupaten.

Tetapi perkembangan waktu, justru peternak kodok hampir punah di Bali. “Saat ini hanya saya sendiri peternak kodok lembu di Bali,” tegasnya. 

Usia Kodok Lembu rata-rata mampu bertahan hidup hingga 4 tahun. Usia produktif mampu bertelur dengan usia 2 tahun. Sedangkan yang layak dikonsumsi berusia 8 bulan. 

Kini jumlah kodok lembu mulai awal beternak jumlahnya puluhan ribu ekor. Saat ini ditaksir sebanyak 8 ribu ekor lebih.

Sebagian kodok ada indukkan dan juga sebagian siap untuk dijual ke seluruh hotel dan restoran makanan di Bali.

“Setiap kali panen rata-rata 50 kilogram per hari, itu sama dengan 200 ekor Kodok Lembu,” sebutnya. (*) 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/