25 C
Jakarta
18 September 2024, 4:50 AM WIB

Pemahat Kerap Alami Hal-hal Mistis, Pahat Relief Kisah Maya Denawa

Warga Banjar Manukaya Anyar, Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, berupaya mendongkrak pariwisata dengan cara mempercantik tebing Tukad Pakerisan.

Pemahat andal mengukir tebing berbahan paras. Relief yang dipahat menceritakan kisah Raja Maya Denawa. Dari rencana 500 meter, baru tergarap 150 meter.

 

 

INDRA PRASETIA, Gianyar

SUASANA asri ditambah bunyi gemericik air sungai kian cantik dengan kehadiran ukiran tebing sepanjang ratusan meter di tebing Tukad Pakerisan.

Para pekerja tampak sibuk mengukir tebing di bawah terik mentari yang terhalang dedaunan. Penggagas ukiran, I Wayan “Lole” Wigunata, 35, mengaku berencana memahat tebing sepanjang 500 meter.

Namun, baru rampung sekitar 150 meter. “Saya buat ini di lingkungan Manukaya Anyar. Supaya sektor pariwisata di desa kami bangkit,” ujar Wigunata.

Dia melihat, desanya punya potensi alam yang baik. Namun, belum dimanfaatkan dengan baik. “Saya lihat potensi itu ada di sini. Ini perlu dipercantik,” terangnya.

Lole Wigunata menambahkan, ide untuk membangkitkan sektor wisata sebetulnya sudah ada sejak enam tahun lalu.

Namun, baru bisa terealisasi dengan melakukan pembuatan ukiran tebing sejak delapan bulan lalu.

Dalam pembuatan ukiran tebing, dia melibatkan sekitar enam tukang ukir lokal di desanya.

“Ini sejenis relief. Yang baru selesai sepanjang 150 meter dan renca 500 meter, setinggi 10 meter. Ini lokasinya tepat di sepanjang hulu dari aliran Tukad Pakerisan,” bebernya.

Dia pun menceritakan awal pengerjaan. Dimulai dengan pengerukan tebing menggunakan alat berat. Pengerukan dilakukan untuk menyisihkan tanah dari batu padas.

Setelah memperoleh batu memanjang, kemudian dipetakan. Dari mana kemana dan dari mana mulai bekerja.

Untuk bentuk ukiran, diambil kehidupan binatang di alam. Juga ada cerita Maya Denawa yang sempat menjadi penguasa di Bali.

Selain ukiran, pihaknya juga membuat goa sepanjang 150 meter. Diakui, dalam proses pembuatan sempat menemui kendala.

Bahkan, dirinya mengaku kendala tersebut berupa sekala (terlihat) dan niskala (tidak terlihat).

“Kendala sekala, ada beberapa lahan warga yang tidak mau dikontrak. Saya cari lagi lahan yang lain. Yang penting lahannya masih ada di kawasan Manukaya Anyar supaya tidak menimbulkan masalah nanti kalau sampai ke luar desa,” terangnya.

Sedangkan untuk gangguan niskala, sempat alat berat nyala sendiri. “Pas mau dipakai rusak, pokoknya suasana di aliran sungai ini sempat tidak nyaman pengukir bekerja,” ungkapnya.

Mengantisipasinya, Lole pun sempat menghaturkan beberapa pejati agar penunggu yang ada di sana tidak mengganggu dalam proses pembuatan ukiran tersebut.

“Nanti bulan Februari ditargetkan akan selesai ukirannya. Dan nama wahananya Gosek Adventures,” jelasnya.

Lanjut Wigunata, ukiran tebing yang dipadukan dengan wisata ATV berpengaruh terhadap perekonomian warga sekitar.

“Mulai dari tenaga kerja hingga warung-warung yang ada lebih laku jadinya,” pungkasnya. (*)

 

Warga Banjar Manukaya Anyar, Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, berupaya mendongkrak pariwisata dengan cara mempercantik tebing Tukad Pakerisan.

Pemahat andal mengukir tebing berbahan paras. Relief yang dipahat menceritakan kisah Raja Maya Denawa. Dari rencana 500 meter, baru tergarap 150 meter.

 

 

INDRA PRASETIA, Gianyar

SUASANA asri ditambah bunyi gemericik air sungai kian cantik dengan kehadiran ukiran tebing sepanjang ratusan meter di tebing Tukad Pakerisan.

Para pekerja tampak sibuk mengukir tebing di bawah terik mentari yang terhalang dedaunan. Penggagas ukiran, I Wayan “Lole” Wigunata, 35, mengaku berencana memahat tebing sepanjang 500 meter.

Namun, baru rampung sekitar 150 meter. “Saya buat ini di lingkungan Manukaya Anyar. Supaya sektor pariwisata di desa kami bangkit,” ujar Wigunata.

Dia melihat, desanya punya potensi alam yang baik. Namun, belum dimanfaatkan dengan baik. “Saya lihat potensi itu ada di sini. Ini perlu dipercantik,” terangnya.

Lole Wigunata menambahkan, ide untuk membangkitkan sektor wisata sebetulnya sudah ada sejak enam tahun lalu.

Namun, baru bisa terealisasi dengan melakukan pembuatan ukiran tebing sejak delapan bulan lalu.

Dalam pembuatan ukiran tebing, dia melibatkan sekitar enam tukang ukir lokal di desanya.

“Ini sejenis relief. Yang baru selesai sepanjang 150 meter dan renca 500 meter, setinggi 10 meter. Ini lokasinya tepat di sepanjang hulu dari aliran Tukad Pakerisan,” bebernya.

Dia pun menceritakan awal pengerjaan. Dimulai dengan pengerukan tebing menggunakan alat berat. Pengerukan dilakukan untuk menyisihkan tanah dari batu padas.

Setelah memperoleh batu memanjang, kemudian dipetakan. Dari mana kemana dan dari mana mulai bekerja.

Untuk bentuk ukiran, diambil kehidupan binatang di alam. Juga ada cerita Maya Denawa yang sempat menjadi penguasa di Bali.

Selain ukiran, pihaknya juga membuat goa sepanjang 150 meter. Diakui, dalam proses pembuatan sempat menemui kendala.

Bahkan, dirinya mengaku kendala tersebut berupa sekala (terlihat) dan niskala (tidak terlihat).

“Kendala sekala, ada beberapa lahan warga yang tidak mau dikontrak. Saya cari lagi lahan yang lain. Yang penting lahannya masih ada di kawasan Manukaya Anyar supaya tidak menimbulkan masalah nanti kalau sampai ke luar desa,” terangnya.

Sedangkan untuk gangguan niskala, sempat alat berat nyala sendiri. “Pas mau dipakai rusak, pokoknya suasana di aliran sungai ini sempat tidak nyaman pengukir bekerja,” ungkapnya.

Mengantisipasinya, Lole pun sempat menghaturkan beberapa pejati agar penunggu yang ada di sana tidak mengganggu dalam proses pembuatan ukiran tersebut.

“Nanti bulan Februari ditargetkan akan selesai ukirannya. Dan nama wahananya Gosek Adventures,” jelasnya.

Lanjut Wigunata, ukiran tebing yang dipadukan dengan wisata ATV berpengaruh terhadap perekonomian warga sekitar.

“Mulai dari tenaga kerja hingga warung-warung yang ada lebih laku jadinya,” pungkasnya. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/