28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:46 AM WIB

Pandemi Covid-19 dari Perspektif Linguistik

PANDEMI Covid-19 dikenal dengan virus yang sangat ganas. Bahkan, bisa sampai berakhir kematian bagi yang berstatus ODP, PDP dan positif terjangkit Covid-19.

Covid-19 saat ini banyak mengundang persepsi yang berbeda-beda tergantung dari aspek tertentu.

Misalnya aspek kesehatan secara natural terjadinya pengurangan polusi dan masyarakat sadar akan pentingnya menjaga kesehatan dengan selalu menjaga pola makan dan kebersihan diri dan lingkungan.

Aspek ekonomi menyebabkan perekonomina nasional atau global menjadi lumpuh total. Aspek agama sebagai muhasabah kepada sang pencipta.

Aspek sosial sebagai azas pemanfaatan alat teknologi dalam berinteraksi karena pembatasan social. Dan, aspek politik sebagai tameng untuk mengevaluasi suatu kebijakan pemerintah.

Pada konteks ini, penulis ingin mencoba untuk mengkaji pandemi Covid-19 dari perpsektif linguistik sebagai input bahasa bagi masyarakat luas.

Minimal bisa menjadi kontribusi dari aspek bahasa berupa diksi atau kata baru bagi masyarakat dalam berkomunikasi baik dalam berintraksi di dunia nyata ataupun di dunia maya (media sosial).

Pandemi Covid-19 dari persepktif lingusitik memiliki sifat yang variatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdul Chaer (1994:33) yang berbendapat bahwa bahasa bersifat 1) arbitrer 2) konvensional 3) bermakna 4) produktif 5) unik 6) alat komunikasi 7) dinamis, dan 8) identitas penutur.

Merujuk pada sifat dan hakikat bahasa yang dkemukakan oleh ahli di atas, maka coba perhatikan pemakaian bahasa yang digunakan oleh masyarakat pada konteks pandemi Covid-19 saat ini.

Bahasa berupa diksi atau kata yang baru viral secara masif dipahami oleh masyarakat baik bahasa nasional ataupun bahasa internasional hal ini merupakan sifat bahasa yang produktif sesuai dengan konteks pandemi Covid-19.

Bentuk diksi yang baru di antaranya akronim dan istilah baik bahasa nasional ataupu internasional.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI, 1994;18) Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata.

Akronim bahasa Indonesia dalam konteks pandemi Covid-19 mulai dari pemberian nama status orang yang terjangkit, tindakan penanganan dan alat yang digunakan dalam penanganan.

 

Domain nama status orang terjangkit

PDP: Pasien dalam pengawasan

ODP: Orang dalam pengawasan

OTG: Orang tanpa gejala

 

Domain Tindakan

PSBB      : Pembatasan sosial berskala besar

KLB         : Kejadian luar biasa

 

Domain alat digunakan

APD       : Alat pelindung diri

 

Domain istilah konteks Covid-19

PASIEN POSITIF :  Pasien yeng terbukti secara medis sudah terinfeksi Covid-19

PASIEN NEGATIF: Pasien yeng terbukti secara medis tidak terinfeksi Covid-19

KARANTINA       : Membatasi pergerakan orang yang tidak memiliki gejala, namun diduga terinfeksi, di tempat khusus selama 14 hari

ISOLASI                 :  Upaya untuk memisahkan orang yang diyakini terpapar penyakit dari orang sehat

 

Pemakaian bahasa dalam bentuk akronim tersebut digunakan oleh semua kalangan masyarakat dalam berkomunikasi di dunia nyata ataupun di dunia maya.

Akronim dalam konteks pandemi Covid-19 ini dapat dipahami dan digunakan oleh masyarakat awam ataupun masyarakat intlektual secara masif dalam berkomunikasi sehari-hari saat ini.

Hal ini membuktikan bahwa pemakaian diksi atau kata baru dilatarbelakangi oleh konteks pandemi Covid-19 yang menjadi

kesepakatan (konvensional) bersama dan memberikan makna dalam berkomunikasi dengan berbagai media yang digunakan saat ini.

Akronim bahasa asing dalam konteks pandemi Covid-19 yang viral di media masa saat ini, mulai dari pemberian nama virus, organisasi, hingga tindakan penanganan.

Semua akronim bahasa asing ini pada waktu sebelumnya hanya diketahui oleh kalangan tertentu saja yang bisa memahami sesuai bidang keahlian dalam konteks kesehatan.

Akan tetapi semua hal ini tidak menjadi hal yang asing bagi semua kalangan masyarakat saat ini dikalangan masyarakat awan yang ada di pedesaan.

 

Domain nama virus

COVID-19 : Corona virus disease 2019. Penyakit yang berawal dari virus corona atau SARS-Cov-2

SARS-COV-2 : Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2. Virus corona baru yang melahirkan penyakit Covid-19

MERS COV: Middle east respiratory syndrome coronavirus. Kelompok virus yang menyebabkan batuk pilek dan infeksi saluran pernapasan akut

 

Domain Nama Organisasi

WHO     : World Health Organization (Organisasi kesehatan dunia)

WFH      : Work From Home (Kebijakan perusahan yang meminta untuk bekerja di rumah)

 

Domain Istilah Konteks Covid-19

PANDEMI            : Penyakit telah tersebar ke berbagai negara dan benua dalam waktu bersamaan

EPIDEMI               : Wabah besar, penyakit menular mulai merambat ke wilayah tertentu dengan cepat

PHYSICAL DISTANCING : Jaga jarak fisik dari orang lain, minimal sejauh 1-2 meter

SOSIAL DISTANCING       : Pembatasan sosial

LOCKDOWN       : Upaya untuk memisahkan orang yang diyakini terpapar penyakit dari orang sehat

SUSPECT              : Seseorang yang diduga kuat telah melakukan interaksi dengan pasien positif Covid-19

IMPORTED CASE : Seseorang yang terinfeksi Covid-19 saat berada di luar negeri

LOCAL TRANSMISSION  : Seseorang yang tertular virus di lokasi tempat pasein positif Covid-19 tinggal saat ini

 

Berdasar fenomena penggunaan bahasa berupa diksi atau kata yang viral dalam konteks Covid-19, saat ini menunjukkan suatu proses pemahaman dalam berkomunikasi pada penguasaan 

konteks kesehatan  atau domain kesehatan jika diperhatikan hanya orang-orang yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan saja yang bisa memahami sebelumnya.

Akan tetapi sebagai bukti semua orang bisa memahami dan mengetahui hal itu sebagai bukti yang nyata semua diksi atau kata konteks covid-19 digunakan dalam intraksi sehari-hari oleh masyarakat pedesaan ataupun perkotaan.

Hal ini menunjukkan suatu proses perubahan dalam pelabelan sosial atau status sosial secara sosiolinguitik mengalami pergeseran

secara tidak langsung karena dalam kajian sosiolinguistik untuk mengetahui status sosial seseorang atau profesi seseorang dilihat dari domain pembicaraan atau masalah yang dibicarakan.

Hal yang berbeda pada konteks ini tidak bisa membedakan status sosial atau profesi seseorang yang sebenarnya karena khalayak orang banyak sangat

memahami dan menguasai konteks Covid-19 dalam berkomunikasi di dunia nyata atau pun di dunia maya (media sosial) saat ini. (meslab sanap)

PANDEMI Covid-19 dikenal dengan virus yang sangat ganas. Bahkan, bisa sampai berakhir kematian bagi yang berstatus ODP, PDP dan positif terjangkit Covid-19.

Covid-19 saat ini banyak mengundang persepsi yang berbeda-beda tergantung dari aspek tertentu.

Misalnya aspek kesehatan secara natural terjadinya pengurangan polusi dan masyarakat sadar akan pentingnya menjaga kesehatan dengan selalu menjaga pola makan dan kebersihan diri dan lingkungan.

Aspek ekonomi menyebabkan perekonomina nasional atau global menjadi lumpuh total. Aspek agama sebagai muhasabah kepada sang pencipta.

Aspek sosial sebagai azas pemanfaatan alat teknologi dalam berinteraksi karena pembatasan social. Dan, aspek politik sebagai tameng untuk mengevaluasi suatu kebijakan pemerintah.

Pada konteks ini, penulis ingin mencoba untuk mengkaji pandemi Covid-19 dari perpsektif linguistik sebagai input bahasa bagi masyarakat luas.

Minimal bisa menjadi kontribusi dari aspek bahasa berupa diksi atau kata baru bagi masyarakat dalam berkomunikasi baik dalam berintraksi di dunia nyata ataupun di dunia maya (media sosial).

Pandemi Covid-19 dari persepktif lingusitik memiliki sifat yang variatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdul Chaer (1994:33) yang berbendapat bahwa bahasa bersifat 1) arbitrer 2) konvensional 3) bermakna 4) produktif 5) unik 6) alat komunikasi 7) dinamis, dan 8) identitas penutur.

Merujuk pada sifat dan hakikat bahasa yang dkemukakan oleh ahli di atas, maka coba perhatikan pemakaian bahasa yang digunakan oleh masyarakat pada konteks pandemi Covid-19 saat ini.

Bahasa berupa diksi atau kata yang baru viral secara masif dipahami oleh masyarakat baik bahasa nasional ataupun bahasa internasional hal ini merupakan sifat bahasa yang produktif sesuai dengan konteks pandemi Covid-19.

Bentuk diksi yang baru di antaranya akronim dan istilah baik bahasa nasional ataupu internasional.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI, 1994;18) Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata.

Akronim bahasa Indonesia dalam konteks pandemi Covid-19 mulai dari pemberian nama status orang yang terjangkit, tindakan penanganan dan alat yang digunakan dalam penanganan.

 

Domain nama status orang terjangkit

PDP: Pasien dalam pengawasan

ODP: Orang dalam pengawasan

OTG: Orang tanpa gejala

 

Domain Tindakan

PSBB      : Pembatasan sosial berskala besar

KLB         : Kejadian luar biasa

 

Domain alat digunakan

APD       : Alat pelindung diri

 

Domain istilah konteks Covid-19

PASIEN POSITIF :  Pasien yeng terbukti secara medis sudah terinfeksi Covid-19

PASIEN NEGATIF: Pasien yeng terbukti secara medis tidak terinfeksi Covid-19

KARANTINA       : Membatasi pergerakan orang yang tidak memiliki gejala, namun diduga terinfeksi, di tempat khusus selama 14 hari

ISOLASI                 :  Upaya untuk memisahkan orang yang diyakini terpapar penyakit dari orang sehat

 

Pemakaian bahasa dalam bentuk akronim tersebut digunakan oleh semua kalangan masyarakat dalam berkomunikasi di dunia nyata ataupun di dunia maya.

Akronim dalam konteks pandemi Covid-19 ini dapat dipahami dan digunakan oleh masyarakat awam ataupun masyarakat intlektual secara masif dalam berkomunikasi sehari-hari saat ini.

Hal ini membuktikan bahwa pemakaian diksi atau kata baru dilatarbelakangi oleh konteks pandemi Covid-19 yang menjadi

kesepakatan (konvensional) bersama dan memberikan makna dalam berkomunikasi dengan berbagai media yang digunakan saat ini.

Akronim bahasa asing dalam konteks pandemi Covid-19 yang viral di media masa saat ini, mulai dari pemberian nama virus, organisasi, hingga tindakan penanganan.

Semua akronim bahasa asing ini pada waktu sebelumnya hanya diketahui oleh kalangan tertentu saja yang bisa memahami sesuai bidang keahlian dalam konteks kesehatan.

Akan tetapi semua hal ini tidak menjadi hal yang asing bagi semua kalangan masyarakat saat ini dikalangan masyarakat awan yang ada di pedesaan.

 

Domain nama virus

COVID-19 : Corona virus disease 2019. Penyakit yang berawal dari virus corona atau SARS-Cov-2

SARS-COV-2 : Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2. Virus corona baru yang melahirkan penyakit Covid-19

MERS COV: Middle east respiratory syndrome coronavirus. Kelompok virus yang menyebabkan batuk pilek dan infeksi saluran pernapasan akut

 

Domain Nama Organisasi

WHO     : World Health Organization (Organisasi kesehatan dunia)

WFH      : Work From Home (Kebijakan perusahan yang meminta untuk bekerja di rumah)

 

Domain Istilah Konteks Covid-19

PANDEMI            : Penyakit telah tersebar ke berbagai negara dan benua dalam waktu bersamaan

EPIDEMI               : Wabah besar, penyakit menular mulai merambat ke wilayah tertentu dengan cepat

PHYSICAL DISTANCING : Jaga jarak fisik dari orang lain, minimal sejauh 1-2 meter

SOSIAL DISTANCING       : Pembatasan sosial

LOCKDOWN       : Upaya untuk memisahkan orang yang diyakini terpapar penyakit dari orang sehat

SUSPECT              : Seseorang yang diduga kuat telah melakukan interaksi dengan pasien positif Covid-19

IMPORTED CASE : Seseorang yang terinfeksi Covid-19 saat berada di luar negeri

LOCAL TRANSMISSION  : Seseorang yang tertular virus di lokasi tempat pasein positif Covid-19 tinggal saat ini

 

Berdasar fenomena penggunaan bahasa berupa diksi atau kata yang viral dalam konteks Covid-19, saat ini menunjukkan suatu proses pemahaman dalam berkomunikasi pada penguasaan 

konteks kesehatan  atau domain kesehatan jika diperhatikan hanya orang-orang yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan saja yang bisa memahami sebelumnya.

Akan tetapi sebagai bukti semua orang bisa memahami dan mengetahui hal itu sebagai bukti yang nyata semua diksi atau kata konteks covid-19 digunakan dalam intraksi sehari-hari oleh masyarakat pedesaan ataupun perkotaan.

Hal ini menunjukkan suatu proses perubahan dalam pelabelan sosial atau status sosial secara sosiolinguitik mengalami pergeseran

secara tidak langsung karena dalam kajian sosiolinguistik untuk mengetahui status sosial seseorang atau profesi seseorang dilihat dari domain pembicaraan atau masalah yang dibicarakan.

Hal yang berbeda pada konteks ini tidak bisa membedakan status sosial atau profesi seseorang yang sebenarnya karena khalayak orang banyak sangat

memahami dan menguasai konteks Covid-19 dalam berkomunikasi di dunia nyata atau pun di dunia maya (media sosial) saat ini. (meslab sanap)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/