26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 4:21 AM WIB

Sama-sama Melatih Mebasa Bali, Prihatin Minim SSB di Karangasem

Mitra Devata Legend adalah sebuah komunitas sepakbola yang terdiri dari para legenda hidup sepakbola Bali.

Pemrakarsanya justru seorang insinyur bernama Purwanto Iman Santoso dan mantan pemain Perkesa 78 Surabaya, almarhum I Made Sony Kawiarda, empat tahun yang lalu.

 

 

ALIT BINAWAN, Rendang

COACHING clinic menjadi salah satu kegiatan wajib yang dimiliki Mitra Devata selain melakoni laga-laga uji coba, tentunya.

Sudah tidak bisa dihitung berapa kali Mitra Devata beruji coba entah itu di Bali ataupun saat melakukan tur ke Pulau Jawa.

Pinggirkan sejenak mengenai profil Mitra Devata yang mungkin sebagian atau bahkan banyak orang yang sudah tahu tentang salah atau

komunitas legenda sepakbola terbesar di Indonesia yang didalamnya diisi oleh beberapa mantan pemain bintang dimasanya.

Seperti Komang Mariawan (Persikota Tangerang dan Arema Malang), IGN Bayu Sutha (Persib Bandung), hingga I Wayan Sukadana (Gelora Dewata dan Bali Devata).

Setelah vakum cukup lama untuk menggelar coaching clinic, Minggu siang kemarin (14/7), Mitra Devata kembali turun memberikan ilmunya untuk SSB Tunas Remaja Rendang (TRR) di Lapangan Werdi Yowana, Rendang.

Coaching clinic bisa dikatakan cukup spesial karena Karangasem menjadi tujuan pertama mereka dari rangkaian coaching clining keliling Bali.

Ada sekitar 50 anak yang ikut dalam coaching clinic kali ini yang terbagi menjadi tiga kelomppk, U-10, U-12, dan U-13.

Dari pantauan, anak-anak cukup antusias. Sebelum ikut dalam coaching clinic, anak-anak SSB TRR membersihkan sampah-sampah yang berserakan dipinggir lapangan.

Mereka juga mendapatkan tugas mengatur cone. “Selamat siang semuanya,” ucap Wayan Sukadana saat memulai memberikan instruksi.

Dimasanya, semua mantan pemain tersebut sangat terkenal. Tapi, zaman sudah berbeda. Anak-anak banyak yang tidak tahu rekam jejak hampir semua pemain.

Mungkin yang diketahui adalah mantan pemain Bali Devata, Perseden Denpasar, dan Bali United I Nengah Sulendra yang kebetulan asli dari Rendang, hehehe.

“Ada yang tahu? Ini adalah Komang Mariawan. Julukannya adalah Si Kijang dari Bali,” ucap Sukadana. Setelah sesi perkenalan, Sukadana langsung membagi anak-anak menjadi beberapa tim.

 U-10 bersama dengan Pasek Alit dan Edi Supriyono, sisanya dipimpin oleh Komang Mariawan, Asep Triwahono.

Empat penjaga gawang langsung ditangani penjaga gawang Timnas Sepakbola Pantai Indonesia, Agus Salim. Lucunya, banyak anak-anak yang tidak bisa berbahasa Indonesia.

“Anggo basa Bali apa Indonesia?” ucap Pasek Alit. Sontak tim U-10 yang dipimpin Pasek Alit menjawab dengan menggunakan Bahasa Bali. “Belajar pakai Bahasa Indonesia,” tambah I Nengah Sulendra.

“Nah. Jani negak mekejang. De mepet-mepet negak,” ucap Pasek memberikan instruksi. Dari pantauan selama kurang lebih satu jam, anak-anak cukup bersemangat.

Mungkin ini karena baru pertama kalinya mereka mendapatkan pelatihan dari seorang mantan pesepakbola professional.

Apalagi ada fakta yang cukup mencengangkan. Di Gumi Lahar – julukan Kabupaten Karangasem, sangat minim SSB.

Meskipun belum ada data yang benar-benar valid mengenai jumlah SSB disana, tetapi dari pengakuan Pelatih SSB Tunas Remaja Rendang I Ketut Sugiantara, baru Rendang saja yang memiliki SSB di Karangasem.

“Jarak antar kecamatan ke Amlapura cukup jauh. Berbeda dari Bangli atau Klungkung. Mungkin itu yang menjadi salah satu penyebabnya,” terang pria yang akrab disapa Sugi tersebut.

Jika ditelisik lebih jauh, ternyata SSB di Karangasem sudah lama mati suri. Bali United di era kepemimpinan Indra Sjfari sempat melakukan coaching clinic, tetapi banyak SSB yang vakum.

Indra Sjafri saat itu sempat meminta kepada Bupati Karangasem saat itu, I Wayan Geredeg untuk membangkitkan lagi SSB.

Tapi, sampai saat ini hasilnya nihil. Animo anak-anak juga semakin berkurang. Dengan adanya coaching clinic dari Mitra Devata ini, kegembiraan terpancar jelas dari anak-anak dan juga pelatih.

“Kami jelas senang Mitra Devata bisa melakukan coaching clinic. Ini adalah suatu kehormatan bagi kami dan menjadi bentuk motivasi juga kepada anak-anak untuk terus giat berlatih.

Bagi kami sebagai pelatih, kami juga ingin terus berjuang untuk memajukan sepakbola Karangasem,” terangnya.

Disisi lain, Founder Mitra Devata Legend Purwanto Iman Santoso yang diwawancarai terpisah kemarin sangat berharap jika CC kali ini bisa menjadi titik balik kebangkitan pembinaan usia dini di Karangasem.

Mendengar jika pembinaan sepakbola di Karangasem mati suri hingga saat ini, tentu cukup disayangkan.

Purwanto mengatakan, banyak pesepakbola profesional berasal dari Karangasem.

Misalnya saja I Made Pasek Wijaya, I Made Andhika Wijaya, dan almarhum I Made Sony Kawiarda. Kebetulan ketiga nama tersebut masih satu keluarga.

“Saya berharap dengan diadakannya coaching clinic kali ini bisa mengeluarkan potensi pesepakbola di Karangasem yang terpendam.

Pesepakbola Karangasem yang bermain di level nasional kebanyakan berdomisili di Denpasar. Bibit pesepakbola disini banyak tapi tidak tersentuh

oleh Askab PSSI Karangasem. Saya harap juga Pemkab bisa peduli dan menjadi awal kebangkitan sepakbola Karangasem,” tutupnya. (*)

 

 

Mitra Devata Legend adalah sebuah komunitas sepakbola yang terdiri dari para legenda hidup sepakbola Bali.

Pemrakarsanya justru seorang insinyur bernama Purwanto Iman Santoso dan mantan pemain Perkesa 78 Surabaya, almarhum I Made Sony Kawiarda, empat tahun yang lalu.

 

 

ALIT BINAWAN, Rendang

COACHING clinic menjadi salah satu kegiatan wajib yang dimiliki Mitra Devata selain melakoni laga-laga uji coba, tentunya.

Sudah tidak bisa dihitung berapa kali Mitra Devata beruji coba entah itu di Bali ataupun saat melakukan tur ke Pulau Jawa.

Pinggirkan sejenak mengenai profil Mitra Devata yang mungkin sebagian atau bahkan banyak orang yang sudah tahu tentang salah atau

komunitas legenda sepakbola terbesar di Indonesia yang didalamnya diisi oleh beberapa mantan pemain bintang dimasanya.

Seperti Komang Mariawan (Persikota Tangerang dan Arema Malang), IGN Bayu Sutha (Persib Bandung), hingga I Wayan Sukadana (Gelora Dewata dan Bali Devata).

Setelah vakum cukup lama untuk menggelar coaching clinic, Minggu siang kemarin (14/7), Mitra Devata kembali turun memberikan ilmunya untuk SSB Tunas Remaja Rendang (TRR) di Lapangan Werdi Yowana, Rendang.

Coaching clinic bisa dikatakan cukup spesial karena Karangasem menjadi tujuan pertama mereka dari rangkaian coaching clining keliling Bali.

Ada sekitar 50 anak yang ikut dalam coaching clinic kali ini yang terbagi menjadi tiga kelomppk, U-10, U-12, dan U-13.

Dari pantauan, anak-anak cukup antusias. Sebelum ikut dalam coaching clinic, anak-anak SSB TRR membersihkan sampah-sampah yang berserakan dipinggir lapangan.

Mereka juga mendapatkan tugas mengatur cone. “Selamat siang semuanya,” ucap Wayan Sukadana saat memulai memberikan instruksi.

Dimasanya, semua mantan pemain tersebut sangat terkenal. Tapi, zaman sudah berbeda. Anak-anak banyak yang tidak tahu rekam jejak hampir semua pemain.

Mungkin yang diketahui adalah mantan pemain Bali Devata, Perseden Denpasar, dan Bali United I Nengah Sulendra yang kebetulan asli dari Rendang, hehehe.

“Ada yang tahu? Ini adalah Komang Mariawan. Julukannya adalah Si Kijang dari Bali,” ucap Sukadana. Setelah sesi perkenalan, Sukadana langsung membagi anak-anak menjadi beberapa tim.

 U-10 bersama dengan Pasek Alit dan Edi Supriyono, sisanya dipimpin oleh Komang Mariawan, Asep Triwahono.

Empat penjaga gawang langsung ditangani penjaga gawang Timnas Sepakbola Pantai Indonesia, Agus Salim. Lucunya, banyak anak-anak yang tidak bisa berbahasa Indonesia.

“Anggo basa Bali apa Indonesia?” ucap Pasek Alit. Sontak tim U-10 yang dipimpin Pasek Alit menjawab dengan menggunakan Bahasa Bali. “Belajar pakai Bahasa Indonesia,” tambah I Nengah Sulendra.

“Nah. Jani negak mekejang. De mepet-mepet negak,” ucap Pasek memberikan instruksi. Dari pantauan selama kurang lebih satu jam, anak-anak cukup bersemangat.

Mungkin ini karena baru pertama kalinya mereka mendapatkan pelatihan dari seorang mantan pesepakbola professional.

Apalagi ada fakta yang cukup mencengangkan. Di Gumi Lahar – julukan Kabupaten Karangasem, sangat minim SSB.

Meskipun belum ada data yang benar-benar valid mengenai jumlah SSB disana, tetapi dari pengakuan Pelatih SSB Tunas Remaja Rendang I Ketut Sugiantara, baru Rendang saja yang memiliki SSB di Karangasem.

“Jarak antar kecamatan ke Amlapura cukup jauh. Berbeda dari Bangli atau Klungkung. Mungkin itu yang menjadi salah satu penyebabnya,” terang pria yang akrab disapa Sugi tersebut.

Jika ditelisik lebih jauh, ternyata SSB di Karangasem sudah lama mati suri. Bali United di era kepemimpinan Indra Sjfari sempat melakukan coaching clinic, tetapi banyak SSB yang vakum.

Indra Sjafri saat itu sempat meminta kepada Bupati Karangasem saat itu, I Wayan Geredeg untuk membangkitkan lagi SSB.

Tapi, sampai saat ini hasilnya nihil. Animo anak-anak juga semakin berkurang. Dengan adanya coaching clinic dari Mitra Devata ini, kegembiraan terpancar jelas dari anak-anak dan juga pelatih.

“Kami jelas senang Mitra Devata bisa melakukan coaching clinic. Ini adalah suatu kehormatan bagi kami dan menjadi bentuk motivasi juga kepada anak-anak untuk terus giat berlatih.

Bagi kami sebagai pelatih, kami juga ingin terus berjuang untuk memajukan sepakbola Karangasem,” terangnya.

Disisi lain, Founder Mitra Devata Legend Purwanto Iman Santoso yang diwawancarai terpisah kemarin sangat berharap jika CC kali ini bisa menjadi titik balik kebangkitan pembinaan usia dini di Karangasem.

Mendengar jika pembinaan sepakbola di Karangasem mati suri hingga saat ini, tentu cukup disayangkan.

Purwanto mengatakan, banyak pesepakbola profesional berasal dari Karangasem.

Misalnya saja I Made Pasek Wijaya, I Made Andhika Wijaya, dan almarhum I Made Sony Kawiarda. Kebetulan ketiga nama tersebut masih satu keluarga.

“Saya berharap dengan diadakannya coaching clinic kali ini bisa mengeluarkan potensi pesepakbola di Karangasem yang terpendam.

Pesepakbola Karangasem yang bermain di level nasional kebanyakan berdomisili di Denpasar. Bibit pesepakbola disini banyak tapi tidak tersentuh

oleh Askab PSSI Karangasem. Saya harap juga Pemkab bisa peduli dan menjadi awal kebangkitan sepakbola Karangasem,” tutupnya. (*)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/