25.4 C
Jakarta
25 November 2024, 8:19 AM WIB

Hasil Cacahan Diekspor ke Tiongkok, Kelola Sampah Empat Kabupaten

Sampah plastik kerap menjadi masalah dalam pengelolaan maupun pengolahan sampah. Sebab limbah itu sulit diolah dan tak akan hancur dalam waktu puluhan tahun.

Solusinya, hanya melakukan daur ulang. Sayang tak banyak fasilitas daur ulang sampah plastik yang tersedia.

 

EKA PRASETYA, Singaraja 

PERMASALAHAN sampah menjadi momok di masyarakat. Terlebih sampah plastik. Tak sedikit sampah yang akhirnya terbuang ke laut dan mencemari satwa laut.

Paling mutakhir, pelestari penyu di Pantai Penimbangan sempat menyelamatkan seekor penyu hijau yang nyaris kehabisan oksigen.

Penyebabnya penyu itu terlebih jaring yang sengaja dibuang di laut. Jaring itu pun membelit di karang, menjebak satwa laut, hingga mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang.

Penanganan sampah plastik cukup pelik. Cara yang paling efektif, hanya dengan melakukan proses daur ulang. Sayang di Bali belum banyka penyedia fasilitas daur ulang sampah plastik.

Di Buleleng, salah satu penyedia fasilitas daur ulang sampah plastik adalah Rumah Plastik yang terletak di Desa Petandakan.

Fasilitas ini menyerap sampah-sampah yang ditabung oleh masyarakat, melalui bank sampah di sejumlah desa.

Sampah plastik yang terkumpul kemudian dikumpulkan berdasarkan jenisnya. Setelah terkumpul sampah dicacah hingga berbentuk potongan-potongan plastik.

Plastik yang telah tercacah dikumpulkan dan dikirim ke sejumlah lokasi. Biasanya cacahan sampah plastik itu akan dikirim ke pabrik di Surabaya untuk diolah kembali.

Ada pula yang dikirim ke Denpasar. Bahkan ada yang diekspor hingga ke Tiongkok. “Tergantung jenis plastiknya sih. Kalau yang sampai diekspor itu, memang mau diolah di Tiongkok.

Jadi mereka mengolah plastik jadi benang, lalu jadi kain, dan ujungnya ya jadi produk lagi,” kata Putu Eka Darmawan, pengelola Rumah Plastik.

Eka menjelaskan, sejak berdiri pada April 2016 lalu, kapasitas produksi di Rumah Plastik terus bertambah.

Pada tahun-tahun awal, cacahan sampah plastik yang diproduksi baru mencapai 200 ton. Sementara tahun lalu mencapai 500 tahun.

“Tahun ini sampai awal Oktober ini sudah 500 ton. Ini semakin besar karena kami juga menerima dari Denpasar, Klungkung, dan Bangli. Kalau sebelum-sebelumnya kan hanya dari teman-teman di Buleleng saja,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketut Budiasa, pengelola Bank Sampah Kaliber Desa Kalibukbuk, mengaku sangat terbantu dengan berdirinya Rumah Plastik.

Sebab makin memudahkan bank sampah dalam menyerahkan sampah-sampah plastik yang terkumpul dari masyarakat.

“Kalau ke Rumah Plastik itu sudah jadi uang. Kami nggak perlu lagi oper-operan. Nggak perlu bawa ke TPST apalagi sampai bawa ke Bengkala. Kalau begitu kan hanya memindahkan masalah saja,” kata Budiasa.

Menurutnya, harga yang ditawarkan juga cukup adil. Biasanya pengelola Rumah Plastik akan meng-update harga secara berkala lewat grup WhatsApp pengelola bank sampah se-Buleleng.

“Kalau harganya turun, ya kami tahan dulu. Tapi kalau sudah cocok, kami jual. Toh ini sampah plastik. Nggak akan hancur dalam waktu dekat,” tukas Budiasa. 

Sampah plastik kerap menjadi masalah dalam pengelolaan maupun pengolahan sampah. Sebab limbah itu sulit diolah dan tak akan hancur dalam waktu puluhan tahun.

Solusinya, hanya melakukan daur ulang. Sayang tak banyak fasilitas daur ulang sampah plastik yang tersedia.

 

EKA PRASETYA, Singaraja 

PERMASALAHAN sampah menjadi momok di masyarakat. Terlebih sampah plastik. Tak sedikit sampah yang akhirnya terbuang ke laut dan mencemari satwa laut.

Paling mutakhir, pelestari penyu di Pantai Penimbangan sempat menyelamatkan seekor penyu hijau yang nyaris kehabisan oksigen.

Penyebabnya penyu itu terlebih jaring yang sengaja dibuang di laut. Jaring itu pun membelit di karang, menjebak satwa laut, hingga mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang.

Penanganan sampah plastik cukup pelik. Cara yang paling efektif, hanya dengan melakukan proses daur ulang. Sayang di Bali belum banyka penyedia fasilitas daur ulang sampah plastik.

Di Buleleng, salah satu penyedia fasilitas daur ulang sampah plastik adalah Rumah Plastik yang terletak di Desa Petandakan.

Fasilitas ini menyerap sampah-sampah yang ditabung oleh masyarakat, melalui bank sampah di sejumlah desa.

Sampah plastik yang terkumpul kemudian dikumpulkan berdasarkan jenisnya. Setelah terkumpul sampah dicacah hingga berbentuk potongan-potongan plastik.

Plastik yang telah tercacah dikumpulkan dan dikirim ke sejumlah lokasi. Biasanya cacahan sampah plastik itu akan dikirim ke pabrik di Surabaya untuk diolah kembali.

Ada pula yang dikirim ke Denpasar. Bahkan ada yang diekspor hingga ke Tiongkok. “Tergantung jenis plastiknya sih. Kalau yang sampai diekspor itu, memang mau diolah di Tiongkok.

Jadi mereka mengolah plastik jadi benang, lalu jadi kain, dan ujungnya ya jadi produk lagi,” kata Putu Eka Darmawan, pengelola Rumah Plastik.

Eka menjelaskan, sejak berdiri pada April 2016 lalu, kapasitas produksi di Rumah Plastik terus bertambah.

Pada tahun-tahun awal, cacahan sampah plastik yang diproduksi baru mencapai 200 ton. Sementara tahun lalu mencapai 500 tahun.

“Tahun ini sampai awal Oktober ini sudah 500 ton. Ini semakin besar karena kami juga menerima dari Denpasar, Klungkung, dan Bangli. Kalau sebelum-sebelumnya kan hanya dari teman-teman di Buleleng saja,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketut Budiasa, pengelola Bank Sampah Kaliber Desa Kalibukbuk, mengaku sangat terbantu dengan berdirinya Rumah Plastik.

Sebab makin memudahkan bank sampah dalam menyerahkan sampah-sampah plastik yang terkumpul dari masyarakat.

“Kalau ke Rumah Plastik itu sudah jadi uang. Kami nggak perlu lagi oper-operan. Nggak perlu bawa ke TPST apalagi sampai bawa ke Bengkala. Kalau begitu kan hanya memindahkan masalah saja,” kata Budiasa.

Menurutnya, harga yang ditawarkan juga cukup adil. Biasanya pengelola Rumah Plastik akan meng-update harga secara berkala lewat grup WhatsApp pengelola bank sampah se-Buleleng.

“Kalau harganya turun, ya kami tahan dulu. Tapi kalau sudah cocok, kami jual. Toh ini sampah plastik. Nggak akan hancur dalam waktu dekat,” tukas Budiasa. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/