34.7 C
Jakarta
30 April 2024, 12:45 PM WIB

Mendadak Buta, Didiagnosa Lupus, Ayahnya Meninggal saat Menunggu di RS

Ni Komang Pira Cahyani Dewi, 11, kini hanya menghabiskan waktunya dengan bermaian di halaman rumahnya.

Siswa Sekolah Dasar (SD) itu terpaksa berhenti sekolah karena menderita buta tiba-tiba yang menurut medis dikenal dengan penyakit lupus

 

WAYAN PUTRA, Amlapura

NASIB manusia tak bisa ditebak. Begitu pula dengan Ni Komang Pira Cahyani. Bocah asal Selat, Karangasem saat masih sekolah di SD 4 Duda Utara, Selat, dikenal sebagai anak periang dan pintar.

Sejak kelas satu anak tersebut selalu mendapatkan juara pertama. Namun sekarang dia terpaksa berhenti sekolah karena mengalami kebutaan.

Awalnya dia hanya mengalami demam pada November 2017 lalu. Menurut sang ibu, Kadek Pica Arini, putrinya ini awalnya panas dan mengalami bintik-bintik merah pada tangannya.

Sempat dibawa ke dokter namun panasnya tidak juga turun. Kemudian dibawa ke Puskesmas Selat, tapi karena sakitnya cukup parah, dia langsung dirujuk ke RS Amlapura.

Kemudian anak tersebut dideteksi mengidap lupus, yakni jenis penyakit langka yang menyerang bagian paru-paru.

Untuk mendapatkan penanganan lebih baik, anak tersebut kemudian dirujuk ke RS Sanglah. Selama di Sanglah ini ayahnya, Ketut Rambit (sekarang sudah almarhum, red) terus menjaga sang anak.

Bahkan ayahnya Ketut Rambit sampai kecapean karena menunggui sang anak yang akhirnya meninggal dunia.

Saat ini sang anak malah mengidap kebutaan sehingga terpaksa harus berhenti sekolah. Hingga kini bocah tersebut masih melakukan kontrol untuk menyembuhkan penyakitnya.

Pira sendiri keseharianya lebih sering bermain di halaman rumahnya. Sekalipun buta, dia masih bisa bermain sepeda walau harus pelan-pelan dan kadang dipegang ibunya.

Sementara untuk menulis masih bisa hanya saja tulisanya tidak jelas. Dengan kondisi seperti ini keluarga tersebut mulai kelimpungan.

Terlebih lagi selama ini hanya mengandalkan sang ayah sebagai tulang punggung keluarga.

Sejak ditinggal ayahnya, sekarang ini keluarga tersebut menggantungkan hidupnya dari anak tertua mereka yang bekerja di Denpasar.

Selain itu keluarga ini juga masih punya satu tanggungan, yakni anak keduanya I Kadek Ariesta Dwi Cahyadi yang sekarang ini duduk di kelas II SMAN 1 Selat.

Sementara itu ibunya juga terpaksa jualan krupuk untuk menambah pengasilan. Krupuk ini dia titip di warung-warung di desanya dan juga di sekolah-sekolah.

Guru-guru SD 4 Duda Utara juga sempat datang ke rumah untuk mengajak Pira kembali ke sekolah. Namun karena kondisinya seperti itu Pira sepertinya belum siap untuk kembali ke sekolah.

Sepintas  anak ini memang terlihat sehat-sehat saja. Badannya juga nampak normal seperti anak pada umumnya. Namun tiba-tiba saja dia tak bisa melihat.

Ni Komang Pira Cahyani Dewi, 11, kini hanya menghabiskan waktunya dengan bermaian di halaman rumahnya.

Siswa Sekolah Dasar (SD) itu terpaksa berhenti sekolah karena menderita buta tiba-tiba yang menurut medis dikenal dengan penyakit lupus

 

WAYAN PUTRA, Amlapura

NASIB manusia tak bisa ditebak. Begitu pula dengan Ni Komang Pira Cahyani. Bocah asal Selat, Karangasem saat masih sekolah di SD 4 Duda Utara, Selat, dikenal sebagai anak periang dan pintar.

Sejak kelas satu anak tersebut selalu mendapatkan juara pertama. Namun sekarang dia terpaksa berhenti sekolah karena mengalami kebutaan.

Awalnya dia hanya mengalami demam pada November 2017 lalu. Menurut sang ibu, Kadek Pica Arini, putrinya ini awalnya panas dan mengalami bintik-bintik merah pada tangannya.

Sempat dibawa ke dokter namun panasnya tidak juga turun. Kemudian dibawa ke Puskesmas Selat, tapi karena sakitnya cukup parah, dia langsung dirujuk ke RS Amlapura.

Kemudian anak tersebut dideteksi mengidap lupus, yakni jenis penyakit langka yang menyerang bagian paru-paru.

Untuk mendapatkan penanganan lebih baik, anak tersebut kemudian dirujuk ke RS Sanglah. Selama di Sanglah ini ayahnya, Ketut Rambit (sekarang sudah almarhum, red) terus menjaga sang anak.

Bahkan ayahnya Ketut Rambit sampai kecapean karena menunggui sang anak yang akhirnya meninggal dunia.

Saat ini sang anak malah mengidap kebutaan sehingga terpaksa harus berhenti sekolah. Hingga kini bocah tersebut masih melakukan kontrol untuk menyembuhkan penyakitnya.

Pira sendiri keseharianya lebih sering bermain di halaman rumahnya. Sekalipun buta, dia masih bisa bermain sepeda walau harus pelan-pelan dan kadang dipegang ibunya.

Sementara untuk menulis masih bisa hanya saja tulisanya tidak jelas. Dengan kondisi seperti ini keluarga tersebut mulai kelimpungan.

Terlebih lagi selama ini hanya mengandalkan sang ayah sebagai tulang punggung keluarga.

Sejak ditinggal ayahnya, sekarang ini keluarga tersebut menggantungkan hidupnya dari anak tertua mereka yang bekerja di Denpasar.

Selain itu keluarga ini juga masih punya satu tanggungan, yakni anak keduanya I Kadek Ariesta Dwi Cahyadi yang sekarang ini duduk di kelas II SMAN 1 Selat.

Sementara itu ibunya juga terpaksa jualan krupuk untuk menambah pengasilan. Krupuk ini dia titip di warung-warung di desanya dan juga di sekolah-sekolah.

Guru-guru SD 4 Duda Utara juga sempat datang ke rumah untuk mengajak Pira kembali ke sekolah. Namun karena kondisinya seperti itu Pira sepertinya belum siap untuk kembali ke sekolah.

Sepintas  anak ini memang terlihat sehat-sehat saja. Badannya juga nampak normal seperti anak pada umumnya. Namun tiba-tiba saja dia tak bisa melihat.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/