28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:27 AM WIB

Suasana Ambil Rapor Bak Reunian, Jadi Ajang Saling Bercerita

SMAN 1 Selat kemarin  siang membagikan buku rapor atau rapotan.  Acara ini ternyata sekaligus jadi pertemuan terlengkap antara siswa dan para guru setelah mereka sempat mengungsi.

 

WAYAN PUTRA, Selat

MENURUT Kepala Sekolah SMAN 1 Selat, Wayan Cenik,  kemarin, di  SMAN 1 Selat ada 629 orang siswa.

Dari jumlah itu, 13 siswa di antaranya sekolah di sekolah lain karena mengungsi.

Ini terjadi sejak 22 September lalu,  saat Gunung Agung dinyatakan awas pertama kali. Dikatakan Cenik, SMAN 1 Selat sempat pinjam ruangan di SMAN 1 Sidemen sejak 22 Septermber.

Saat kondisi Siaga sekolah sempat melakukan belajar mengajar di gedung SMAN 1 Selat di Banjar Bambang Biaung, Duda.

Waktu  itu sempat terjadi banjir lahar hujan dari arah utara sekolah. saat itu para siswa sudah keluar. “Untung saja saat kejadian anak- anak sudah keluar. Panik, soalnya,”  ujarnya.  

“Hari ini anak- anak rapotan,” ujarnya. Ini juga sekaligus jadi ajang temu kangen dengan sesama siswa yang selama melanjutkan sekolah di pengungsian, sehingga jarang ketemu.

“Ini jadi ajang reuni buat anak- anak juga guru guru. Banyak pengalaman baru di pengungsian, jadi ramai,” ujarnya.

Maklum, guru- guru sebagian juga mengungsi. Keputusan menggelar rapotan di sekolah juga terbilang berani.

Ini karena  berada radius Kawasan Rawan Bencana (KRB),  lantaran berada 11 kilometer,  yang juga masih di alur sungai. Meski dari pantauan memang relatif  tidak terlalu berbahaya.

Pihak sekolah juga telah mengikuti perkembangan Gunung Agung lewat media. Penerbangan drone kemarin juga menjadi acuan.

Sehingga diputuskan rapotan dilakukan di sekolah. Meski awalnya akan dilakukan di sekolah pengungsian di SMAN 1 Sidemen.

Selain itu,  selama ini siswa juga telah diberi pemahaman tentang erupsi. Bahkan, yang terbaru sempat mendapat pendidikan dari BNPB yang datang memberi pemahaman terkait erupsi Gunung Agung dan apa yang harus dilakukan.

Sempat dilakukan simulasi. Di sekolah sendiri setiap hari anak- anak diingatan dengan kondisi Gunung Agung.

Usai rapotan siswa akan diliburkan selama dua minggu. Namun setiap hari ada anak- anak yang wajib ke sekolah dalam untuk piket.

Sejauh ini anak-anak kelas III sudah didaftarkan untuk ikut ujian negara sebagai siswa SMAN 1 Selat.

Sekolah juga akan memberi pemantapan  untuk mengikuti ujian dengan menggunakan sistem UNBKP (Ujian Negara Berbasis Kertas dan Pensil atau bukan komputer).

Dalam kondisi yang serba dalam keterbatasan malah ada dua orang siswa yang berhasil menorehkan prestasi sebagai juara medsos positif gerakan revolusi mental.

Mereka adalah I Wayan Putu Artha Weda kelas II atai 11 IPA 4 dan Nengah Arya Tri Putrawan.  Menurut Artha,  awalnya dia ikut diklat pendidikan kepemimpinan.

Ada lomba lomba media sosial (medsos) positif  dan ambil bagian dengan mengunggah beberapa foto kegiatan sekolah.

Para siswa juga tampak semringah bisa menerima rapor kemarin. Dikatakan  Kadek Riskayanti dari Dusun Perangsari, yang mengungsi di lapangan Mamed penerimaan rapor kali ini rasanya lain dari yang lain.

Karena juga jadi ajang temu kangen dengan teman- temannya.  Selain itu juga kangen dengan guru guru dan juga staf sekolah yang juga terpencar karena mengungsi.

Siswa kelas II ini mengaku kalau dia aktif sekolah di SMAN 1 Sidemen dan masuk sore hari.  Hal yang sama juga dikemukakan Santi Dewi dari Muncan yang mengaku mengungsi di Dusun Ipah, Sidemen.

Sementara itu kedatangan  ke sekolah kali ini juga dirasakan sebagai sesuatu yang spesial oleh IA Intan  Ramati kelas I.

Ini karena siswa asal Muncan ini sekolah di pengungsian di SMAN 7 Denpasar. Dia ikut orang tuanya mengungsi ke Denpasar.

Kemarin Intan dijemput orang tuanya di sekolah. Intan sendiri mengaku kangen dengan teman temanya yang lama tidak ketemu.

Sementara itu menurut orang tuanya,  IB Arika,  dia terpaksa menyekolahkan sang anak di Kota Denpasar, karena sekolah ke Sidemen dari Muncan cukup jauh.

Terlebih lagi jalan yang dilewati juga jalur rawan karena masuk zona KRB. “Saya waswas juga sehingga saya ajak mengungsi ke Denpasar,” ujarnya.

Susana serupa juga terjadi saat pembagian buku rapor siswa SMPN 2 Selat yang dilakukan di SMPN 1 Sidemen.

Juga penerimaan rapor  SDN 1 Duda Utara,  yang dilakukan di SDN 1 Sinduwati.  Kesempatan ini  juga dijadikan reuni para orang tua anak- anak SD tersebut.

SMAN 1 Selat kemarin  siang membagikan buku rapor atau rapotan.  Acara ini ternyata sekaligus jadi pertemuan terlengkap antara siswa dan para guru setelah mereka sempat mengungsi.

 

WAYAN PUTRA, Selat

MENURUT Kepala Sekolah SMAN 1 Selat, Wayan Cenik,  kemarin, di  SMAN 1 Selat ada 629 orang siswa.

Dari jumlah itu, 13 siswa di antaranya sekolah di sekolah lain karena mengungsi.

Ini terjadi sejak 22 September lalu,  saat Gunung Agung dinyatakan awas pertama kali. Dikatakan Cenik, SMAN 1 Selat sempat pinjam ruangan di SMAN 1 Sidemen sejak 22 Septermber.

Saat kondisi Siaga sekolah sempat melakukan belajar mengajar di gedung SMAN 1 Selat di Banjar Bambang Biaung, Duda.

Waktu  itu sempat terjadi banjir lahar hujan dari arah utara sekolah. saat itu para siswa sudah keluar. “Untung saja saat kejadian anak- anak sudah keluar. Panik, soalnya,”  ujarnya.  

“Hari ini anak- anak rapotan,” ujarnya. Ini juga sekaligus jadi ajang temu kangen dengan sesama siswa yang selama melanjutkan sekolah di pengungsian, sehingga jarang ketemu.

“Ini jadi ajang reuni buat anak- anak juga guru guru. Banyak pengalaman baru di pengungsian, jadi ramai,” ujarnya.

Maklum, guru- guru sebagian juga mengungsi. Keputusan menggelar rapotan di sekolah juga terbilang berani.

Ini karena  berada radius Kawasan Rawan Bencana (KRB),  lantaran berada 11 kilometer,  yang juga masih di alur sungai. Meski dari pantauan memang relatif  tidak terlalu berbahaya.

Pihak sekolah juga telah mengikuti perkembangan Gunung Agung lewat media. Penerbangan drone kemarin juga menjadi acuan.

Sehingga diputuskan rapotan dilakukan di sekolah. Meski awalnya akan dilakukan di sekolah pengungsian di SMAN 1 Sidemen.

Selain itu,  selama ini siswa juga telah diberi pemahaman tentang erupsi. Bahkan, yang terbaru sempat mendapat pendidikan dari BNPB yang datang memberi pemahaman terkait erupsi Gunung Agung dan apa yang harus dilakukan.

Sempat dilakukan simulasi. Di sekolah sendiri setiap hari anak- anak diingatan dengan kondisi Gunung Agung.

Usai rapotan siswa akan diliburkan selama dua minggu. Namun setiap hari ada anak- anak yang wajib ke sekolah dalam untuk piket.

Sejauh ini anak-anak kelas III sudah didaftarkan untuk ikut ujian negara sebagai siswa SMAN 1 Selat.

Sekolah juga akan memberi pemantapan  untuk mengikuti ujian dengan menggunakan sistem UNBKP (Ujian Negara Berbasis Kertas dan Pensil atau bukan komputer).

Dalam kondisi yang serba dalam keterbatasan malah ada dua orang siswa yang berhasil menorehkan prestasi sebagai juara medsos positif gerakan revolusi mental.

Mereka adalah I Wayan Putu Artha Weda kelas II atai 11 IPA 4 dan Nengah Arya Tri Putrawan.  Menurut Artha,  awalnya dia ikut diklat pendidikan kepemimpinan.

Ada lomba lomba media sosial (medsos) positif  dan ambil bagian dengan mengunggah beberapa foto kegiatan sekolah.

Para siswa juga tampak semringah bisa menerima rapor kemarin. Dikatakan  Kadek Riskayanti dari Dusun Perangsari, yang mengungsi di lapangan Mamed penerimaan rapor kali ini rasanya lain dari yang lain.

Karena juga jadi ajang temu kangen dengan teman- temannya.  Selain itu juga kangen dengan guru guru dan juga staf sekolah yang juga terpencar karena mengungsi.

Siswa kelas II ini mengaku kalau dia aktif sekolah di SMAN 1 Sidemen dan masuk sore hari.  Hal yang sama juga dikemukakan Santi Dewi dari Muncan yang mengaku mengungsi di Dusun Ipah, Sidemen.

Sementara itu kedatangan  ke sekolah kali ini juga dirasakan sebagai sesuatu yang spesial oleh IA Intan  Ramati kelas I.

Ini karena siswa asal Muncan ini sekolah di pengungsian di SMAN 7 Denpasar. Dia ikut orang tuanya mengungsi ke Denpasar.

Kemarin Intan dijemput orang tuanya di sekolah. Intan sendiri mengaku kangen dengan teman temanya yang lama tidak ketemu.

Sementara itu menurut orang tuanya,  IB Arika,  dia terpaksa menyekolahkan sang anak di Kota Denpasar, karena sekolah ke Sidemen dari Muncan cukup jauh.

Terlebih lagi jalan yang dilewati juga jalur rawan karena masuk zona KRB. “Saya waswas juga sehingga saya ajak mengungsi ke Denpasar,” ujarnya.

Susana serupa juga terjadi saat pembagian buku rapor siswa SMPN 2 Selat yang dilakukan di SMPN 1 Sidemen.

Juga penerimaan rapor  SDN 1 Duda Utara,  yang dilakukan di SDN 1 Sinduwati.  Kesempatan ini  juga dijadikan reuni para orang tua anak- anak SD tersebut.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/