Salah seorang guru perempuan bahasa Bali di SMPN 2 Tabanan memiliki hobi yang berbeda dengan perempuan lainnya umumnya.
Putu Astrid memiliki hobby memelihara berbagai jenis ular berbisa. Bahkan saking suka dengan ular, perempuan berusia 32 tahun ini memiliki profesi sampingan sebagai pawang ular sekaligus penari ular.
JULIADI, Tabanan
TEPAT pukul 13.00 siang Jawa Pos Radar Bali bertemu dengan Putu Astrid, salah seorang guru Bahasa Bali yang memiliki profesi sampingan sebagai pawang uar dan penari ular.
Pertemuan dilakukan di SMPN 2 Tabanan usai Astrid mengajar di kelas. Setelah menunggu hampir 30 menit akhirnya perempuan yang tinggal di Banjar Kelaci, Marga, Tabanan menemui Jawa Pos Radar Bali di kantin sekolah.
Astrid mengatakan, karena hobi dengan ular dia kerap hingga dijuluki pawang ular dan penari ular. Awal ketertarikan dengan ular sejak tahun 2003 silam.
Sebenarnya hanya penasaran saja. Karena pada saat itu ayahnya yang sedang berada di kebun terkena gigitan ular hijau berbisa dengan ekornya yang berwarna merah.
Beruntung saat ayah terkena gigitan ular tersebut tidak mengalami apapun. Hanya bengkak dan lebam di bagian kaki.
Penasaran dengan ular hijau tersebut, muncul pertanyaan dari dalam diri seperti apa sih sifat ular, kok bisa seketika menggigit.
“Dari sana berniat untuk belajar menangkap ular dan menaklukkan ular,” ungkap perempuan bertubuh mungil ini sambil memesan segelas minuman di kantin sekolah.
Pertama kali bayi ular piton yang ditangkapnya berada di dekat rumah. Awalnya, dia masih ketakutan dan ragu untuk menangkap.
Akhirnya dia menangkap bayi ular piton bersama adiknya. Menangkap bayi ular piton tetap ada rasa takut, tetapi hilang karena rasa penasaran.
Bayi ular piton pun tertangkap. Sempat bayi ular piton mencoba menyerang. Namun dirinya berhasil menghindar. Ukuran bayi ular piton yang ditangkapnya sebesar jari telunjuk.
“Mulailah saya pelihara ular dan mulai belajar tentang karakter ular. Hingga dipertemukan dan belajar dari teman-teman komunitas pencinta ular yakni komunitas reptil Bali,” ujar perempuan tiga anak ini.
Dijelaskan perempuan lulusan IHDN Denpasar bertemu dengan komunitas reptil Bali waktu itu berada di Renon tahun 2004.
Bertukar pikiran bagaimana cara menaklukkan ular hingga menjinakkan ular. Pertemuan waktu itu hampir semua anggota komunitas membawa ular. Bahkan, dengan ukuran ular yang besar.
“Mungkin saat itu hanya saya yang tidak membawa ular. Karena malu ukuran ular saya sangat kecil. Akhirnya saya ditawar untuk membeli seekor ular.
Tetapi saya menolak. Karena juga harga mahal, sehingga salah satu anggota komunitas memberikan seekor ular piton albino berwarna putih untuk saya pelihara,” terang Astri.
Astrid menambahkan, ada trik untuk menjinakkan ular. Jika ular piton harus selalu dielus di bagian kepalanya, sering dipegang dan ular harus hafal dengan bau pemiliknya yakni bau keringat.
Kemudian diusahakan menghindari bau amis seperti bau ayam, ikan dan binatang lainnya. Pasalnya, bau amis bisa memicu ular bertindak agresif.
Untuk ular cobra juga harus mengetahui karakternya seperti kapan ular tersebut menyembur dan kapan akan menggigit.
Cobra biasa akan menyemburkan bisa dan menggigit dapat dilihat dari perubahan mata. Mata cobra yang biasanya biru akan berubah menjadi warna hitam.
Perubahan lainnya seperti ekor ular cobra berdiri dan mulai mengembang bagian badannya.
“Sebenarnya ular tidak ada maksud untuk menggigit. Tapi, ular mencoba untuk menjaga dirinya dengan cara menggigit. Sama halnya seperti binatang lainnya,” bebernya.
Selain itu prilaku kehidupan ular sehari-hari pun harus dapat dipahami. Mulai dari makan, minumnya hingga memandikan ular.
Ular piton makannya berupa ayam, tikus, burung dan binatang lainnya. Sedangkan ular cobra makannya ular.
Ular makannya bukan seperti binatang lainnya yang tiga kali dalam sehari. Ular akan makan usai buang air besar. Biasa makan satu bulan sekali.
Ular sangat paham dengan detak jantung manusia, semakin keras dan kencang detak jantung. Karena lidah ular seperti infra merah yang dapat merasakan detak jantung manusia.
Karena ular tidak begitu jelas penglihatannya dan tidak memiliki indra pendengarannya.
“Ada manfaat memang ketika dapat menaklukkan ular. Saya saat ini sering dipanggil warga Desa Dauh Puri, Marga untuk menangkap ular jika berada di rumah warga.
Bahkan, hingga menangkap ular di wilayah Tabanan. Dari sana saya sering disebut pawang ular,” paparnya.
Selain ular, Astrid memiliki hobi memelihara kalajengking, kucing, kura-kura, monyet, iguana dan anjing pitbul. Cukup banyak binatang yang dipelihara di rumahnya saat ini. (bersambung)