26.5 C
Jakarta
23 November 2024, 20:34 PM WIB

Agus Minta Herbal Tradisional Dikembangkan

SINGARAJA– Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana meminta agar herbal tradisional terus dikembangkan. Herbal tradisional dapat digunakan sebagai upaya pencegahan, termasuk upaya pengobatan. Namun ia meminta agar hal itu didukung hasil riset, bukan semata-mata testimoni.

 

Hal itu diungkapkan Agus saat menghadiri Rapat Koordinasi Daerah (Rakerda) II Staf Ahli Kepala Daerah di Gedung Kesenian Gde Manik, kemarin (19/5).

 

Agus mengungkapkan, masyarakat secara turun temurun sebenarnya sangat akrab dengan herbal tradisional. Hal itu dibuktikan dengan adanya manuskrip kuno. Seperti lontar usada dan taru pramana. Kedua lontar itu banyak mengulas tentang herbal sebagai sarana pengobatan. Hanya saja pemanfaatan herbal digeser obat kimia. “Herbal tradisional kalah cepat dibanding kimia,” katanya.

 

Untuk itu, ia menganjurkan agar herbal tradisional dijadikan untuk hal-hal yang sifatnya pencegahan. “Usada Bali baik untuk preventif. Loloh misalnya. Tenggorokan terasa kurang bagus, minum paya gamongan, sambiroto, kayu manis, segera hilang,” ujar Agus.

 

Selain herbal, ia juga mendorong agar produsen minyak oles bisa melakukan kolaborasi tanaman usada di Bali dengan tanaman dari luar Bali. Menurutnya beberapa pengusaha berhasil menjadi miliarder, setelah berhasil melakukan kolaborasi tanaman herbal.

 

Selain itu ia meminta agar pengembangan herbal juga dilakukan berbasis riset. “Kami harap ada risetnya. Sebagai pendukung. Kadang kan kita tidak sabar. Minum yang tradisional hanya satu atau dua kali, dibilang tidak efektif. Itu karena kita tidak sabar. Karena konsumsi herbal memang butuh waktu dan dilakukan kontinu,” demikian Agus. (eps)

SINGARAJA– Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana meminta agar herbal tradisional terus dikembangkan. Herbal tradisional dapat digunakan sebagai upaya pencegahan, termasuk upaya pengobatan. Namun ia meminta agar hal itu didukung hasil riset, bukan semata-mata testimoni.

 

Hal itu diungkapkan Agus saat menghadiri Rapat Koordinasi Daerah (Rakerda) II Staf Ahli Kepala Daerah di Gedung Kesenian Gde Manik, kemarin (19/5).

 

Agus mengungkapkan, masyarakat secara turun temurun sebenarnya sangat akrab dengan herbal tradisional. Hal itu dibuktikan dengan adanya manuskrip kuno. Seperti lontar usada dan taru pramana. Kedua lontar itu banyak mengulas tentang herbal sebagai sarana pengobatan. Hanya saja pemanfaatan herbal digeser obat kimia. “Herbal tradisional kalah cepat dibanding kimia,” katanya.

 

Untuk itu, ia menganjurkan agar herbal tradisional dijadikan untuk hal-hal yang sifatnya pencegahan. “Usada Bali baik untuk preventif. Loloh misalnya. Tenggorokan terasa kurang bagus, minum paya gamongan, sambiroto, kayu manis, segera hilang,” ujar Agus.

 

Selain herbal, ia juga mendorong agar produsen minyak oles bisa melakukan kolaborasi tanaman usada di Bali dengan tanaman dari luar Bali. Menurutnya beberapa pengusaha berhasil menjadi miliarder, setelah berhasil melakukan kolaborasi tanaman herbal.

 

Selain itu ia meminta agar pengembangan herbal juga dilakukan berbasis riset. “Kami harap ada risetnya. Sebagai pendukung. Kadang kan kita tidak sabar. Minum yang tradisional hanya satu atau dua kali, dibilang tidak efektif. Itu karena kita tidak sabar. Karena konsumsi herbal memang butuh waktu dan dilakukan kontinu,” demikian Agus. (eps)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/