Di era digital sekarang ini, keberadaan kaset pita seperti jadi cerita lama. Keberadaannya tergusur oleh flashdisk atau peranti universal serial bus (USB) yang lebih praktis, sekaligus bisa memuat banyak lagu. Tapi, tetap saja ada yang masih setia.
M. BASIR, Negara
TOKO yang menjual kaset ini tampak sepi, saat Jawa Pos Radar Bali hendak memotret suasana. Padahal, pada zamannya, kaset ini banyak dikoleksi.
Bahkan, hingga awal era 1990-an, video kaset pun masih banyak penikmatnya, sebelum gelombang era cakram tiba.
Nah, sekarang, di era digital ini, eksistensinya sudah mulai tergantikan compact disc (CD) video compact disc (VCD) digital video disc atau disebut juga digital versatile disc (DVD).
CD, VCD, DVD pun mulai ditinggalkan, setelah memasuki era tahun 2000-an sampai saat ini. Kecuali bagi mereka yang penghobi, kolektor, atau yang fanatik dengan koleksinya.
Di Jembrana, salah satunya yang masih bertahan adalah toko kaset di kawasan pertokoan Jalan Pahlawan, Kota Negara.
Kejayaan masa lalu sebagai toko kaset yang lengkap di ujung barat Pulau Bali ini hanya tinggal kenangan.
Menurut Wayan Ardiana, si pemilik toko kaset yang masih eksis menjual kaset pita, saat ini peminat kaset pita sudah jauh berkurang.
Selain karena sudah tergantikan dengan perangkat digital yang lebih canggih, tape yang khusus untuk pemutar kaset sudah jarang ada yang memiliki.
“Tape-nya saja sekarang sudah tidak ada,” keluhnya. Pria kelahiran 22 Februari 1964 ini mengaku bisnis jualan kaset pita untuk
meneruskan usaha mendiang orang tuanya, Wayan Astika, yang sudah merintis usaha sejak 1970-an silam, dengan nama toko Brahma.
Meski sebelumnya harus berpindah-pindah tempat, tapi akhirnya dengan menjual kaset pita ini sudah bisa membeli toko cukup luas.
Selain menjual kaset pita, bapak tiga ini juga menjual cakram padat di tokonya. Karena jika hanya menjual kaset pita, belum tentu laku.
Di antara ribuan kaset pita yang dijual, paling laris kaset-kaset berisi lagu lawas tahun 1970-an dan 1980-an. “Tapi, sekarang kasetnya sudah tidak ada produksi lagi,” ungkapnya.
Kaset pita yang ada di toko sebagian besar produksi lama. Hanya sisa stok lawas yang belum habis. Tapi, menurutnya, warga yang masih tetap setia dengan kaset pita masih banyak.
Juga ada saja kolektor yang datang mencari kaset pita di tokonya. Kaset pita yang ada di toko dipesan langsung ke tempat rekaman atau toko kaset pita yang masih ada di Denpasar dan di luar Bali.
“Saya baru dapat pesanan kaset berisi lagu lama,” tambah Agung Ayu Agustini, istri Wayan Ardiana. Menurut Agustini, kaset pita dari segi kualitas lebih baik dari cakram compact disc atau VCD.
Tapi, dengan catatan, kalau menyimpannya benar. Menurutnya, sejauh ini kaset pita lebih tahan lama kalau rajin merawatnya dengan baik dan benar. Tidak di tempat yang lembab, misalnya.
Memang masing-masing ada kekurangan dan kelebihannya. Kaset misalnya kalau lembab akan jamuran, rusak suaranya. “Masih ada yang mencari kaset pita ini, meski tidak seramai dulu,” tuturnya.
Toko kaset pita yang dikelola keluarganya, dipertahankan hingga saat ini meski sudah jarang yang datang karena untuk mempertahankan identitas sebagai penjual kaset terlengkap di Jembrana.
Toko tersebut menjadi rujukan orang di luar Jembrana yang mencari kaset pita. “Karena sudah identik sebagai toko kaset, sulit beralih ke usaha lain,” ujarnya.