29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:45 AM WIB

Penggemar Jukut Undis dan Laklak, Idap Leukimia Sebelum Meninggal

SINGARAJA – Sejak pensiun dari jabatan sebagai menteri, intensitas Gede Ardika pulang ke tanah kelahirannya makin sering.

Saban tahun Ardika juga diketahui selalu menyempatkan diri menyaksikan salah satu pagelaran pada ajang Pesta Kesenian Bali (PKB).

Keponakannya, Gede Suharsana, 60, mengatakan, saat pulang kampung Ardika kerap membawa barang yang nantinya disumbangkan untuk kebutuhan adat.

Suharsana menyebut, pernah suatu ketika mendiang pulang kampung hanya untuk menyerahkan tikar untuk pura desa.

Menurut Suharsana, saat menjabat sebagai menteri, Gede Ardika memang tak pernah membawa program pemerintah ke desanya.

Sumbangan-sumbangan yang disampaikan pada desa, berasal dari kantong pribadinya. “Beliau itu tidak pernah mau memanfaatkan jabatan.

Tapi setelah menjabat, beliau membawa Yayasan Wisnu ke desa ini untuk memberikan pendampingan pengembangan desa wisata. Sehingga Desa Sudaji dikenal turis seperti sekarang ini,” ungkap Suharsana yang juga Ketua Desa Wisata Sudaji.

Lebih lanjut Suharsana bercerita, tiap kali pulang kampung, mendiang I Gede Ardika selalu memesan menu sudang lepet, jukut undis, serta jaje laklak.

Saat pamannya itu menelpon, maka Suharsana dengan sigap menyiapkan segala permintaan itu. Terkadang makanan itu dibawa ke rumah Ardika di Banjar Dinas Bantas, Desa Sudaji.

Lain waktu, Ardika minta dibawakan ke rumahnya di Kelurahan Kaliuntu. Terakhir kali, Ardika disebut pulang kampung pada bulan Maret 2020 lalu.

Suharsana mengaku sempat bertemu pamannya di Banjar Dinas Bantas. Saat itu kondisinya memang disebut kurang sehat.

“Tangan kirinya gemetar. Memang katanya kurang sehat. Saya kira hanya capek perjalanan, karena beliau sudah umur juga.

Tapi setelah balik ke Bandung, saya dengar beliau sakit leukimia. Setelah itu saya kurangi komunikasi, karena nggak enak sering-sering ganggu. Kalau sebelum itu, sering sekali saya komunikasi dengan beliau,” kenangnya.

Suharsana menyebut mendiang I Gede Ardika akan dikremasi di Krematorium Cilincing, Jakarta Utara.

Hal itu sesuai dengan pesan almarhum, yang meminta dikremasi pada tempat yang sama dengan lokasi kremasi mendiang istrinya, Indriati, 6 tahun silam.

“Upacaranya nanti hari Senin, tanggal 22 Februari. Istilahnya mekingsan ring geni saja. Untuk upacara ngaben itu kemungkinan belakangan.

Disesuaikan dengan adat di Desa Sudaji. Nanti akan dicarikan hari lain untuk ngaben. Kemungkinan setelah pandemi,” jelas Ardika.

Sekadar diketahui, mantan Menbudpar I Gede Ardika tutup usia pada pukul 07.46 WIB di Rumah Sakit Santo Borromeus, Bandung.

Mendiang disebut mengalami leukemia yang baru diketahui setahun terakhir. Ardika diketahui memiliki dua orang putri, yakni Luh Ariati dan Made Andriani.

Selama ini mendiang lebih banyak tinggal di Bandung, tepatnya di Hegarmanah, Kota Bandung. Selain dikenal sebagai mantan menteri, Ardika juga diketahui memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pendidikan pariwisata di Indonesia.

Mendiang juga disebut sebagai peletak dasar berdirinya Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua.

 

SINGARAJA – Sejak pensiun dari jabatan sebagai menteri, intensitas Gede Ardika pulang ke tanah kelahirannya makin sering.

Saban tahun Ardika juga diketahui selalu menyempatkan diri menyaksikan salah satu pagelaran pada ajang Pesta Kesenian Bali (PKB).

Keponakannya, Gede Suharsana, 60, mengatakan, saat pulang kampung Ardika kerap membawa barang yang nantinya disumbangkan untuk kebutuhan adat.

Suharsana menyebut, pernah suatu ketika mendiang pulang kampung hanya untuk menyerahkan tikar untuk pura desa.

Menurut Suharsana, saat menjabat sebagai menteri, Gede Ardika memang tak pernah membawa program pemerintah ke desanya.

Sumbangan-sumbangan yang disampaikan pada desa, berasal dari kantong pribadinya. “Beliau itu tidak pernah mau memanfaatkan jabatan.

Tapi setelah menjabat, beliau membawa Yayasan Wisnu ke desa ini untuk memberikan pendampingan pengembangan desa wisata. Sehingga Desa Sudaji dikenal turis seperti sekarang ini,” ungkap Suharsana yang juga Ketua Desa Wisata Sudaji.

Lebih lanjut Suharsana bercerita, tiap kali pulang kampung, mendiang I Gede Ardika selalu memesan menu sudang lepet, jukut undis, serta jaje laklak.

Saat pamannya itu menelpon, maka Suharsana dengan sigap menyiapkan segala permintaan itu. Terkadang makanan itu dibawa ke rumah Ardika di Banjar Dinas Bantas, Desa Sudaji.

Lain waktu, Ardika minta dibawakan ke rumahnya di Kelurahan Kaliuntu. Terakhir kali, Ardika disebut pulang kampung pada bulan Maret 2020 lalu.

Suharsana mengaku sempat bertemu pamannya di Banjar Dinas Bantas. Saat itu kondisinya memang disebut kurang sehat.

“Tangan kirinya gemetar. Memang katanya kurang sehat. Saya kira hanya capek perjalanan, karena beliau sudah umur juga.

Tapi setelah balik ke Bandung, saya dengar beliau sakit leukimia. Setelah itu saya kurangi komunikasi, karena nggak enak sering-sering ganggu. Kalau sebelum itu, sering sekali saya komunikasi dengan beliau,” kenangnya.

Suharsana menyebut mendiang I Gede Ardika akan dikremasi di Krematorium Cilincing, Jakarta Utara.

Hal itu sesuai dengan pesan almarhum, yang meminta dikremasi pada tempat yang sama dengan lokasi kremasi mendiang istrinya, Indriati, 6 tahun silam.

“Upacaranya nanti hari Senin, tanggal 22 Februari. Istilahnya mekingsan ring geni saja. Untuk upacara ngaben itu kemungkinan belakangan.

Disesuaikan dengan adat di Desa Sudaji. Nanti akan dicarikan hari lain untuk ngaben. Kemungkinan setelah pandemi,” jelas Ardika.

Sekadar diketahui, mantan Menbudpar I Gede Ardika tutup usia pada pukul 07.46 WIB di Rumah Sakit Santo Borromeus, Bandung.

Mendiang disebut mengalami leukemia yang baru diketahui setahun terakhir. Ardika diketahui memiliki dua orang putri, yakni Luh Ariati dan Made Andriani.

Selama ini mendiang lebih banyak tinggal di Bandung, tepatnya di Hegarmanah, Kota Bandung. Selain dikenal sebagai mantan menteri, Ardika juga diketahui memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pendidikan pariwisata di Indonesia.

Mendiang juga disebut sebagai peletak dasar berdirinya Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/