34.7 C
Jakarta
30 April 2024, 13:35 PM WIB

Rumah Nyaris Roboh, Minus Bantuan, Terpaksa Ngutang Sana-sini

Rumah milik Nyoman Suardana A, 50, memang sudah didaftarkan untuk mendapat bantuan bedah rumah oleh pihak desa.

Namun karena harus menunggu giliran, sementara rumah dibiarkan seperti adanya. Reyot dan nyaris roboh.

 

 

ANOM SUARDANA, Negara

REYOT dan nyaris roboh. Itulah kondisi rumah Nyoman Suardana, saat Jawa Pos Radar Bali bertandang ke rumahnya.

Belum ada bantuan apapun dari pemerintah. Ironisnya, hidupnya serba pas-pasan. Untuk sekadar makan, warga miskin yang tinggal di Desa Manggis Sari, Pekutatan, itu terpaksa meminjam uang.

Saat ini Suardana dan istrinya Ni Wayan Sukartini, 55, tinggal di rumah yang lebih tepat disebut gubuk berdinding gedek yang sudah lapuk dan beratap asbes yang sudah bocor dimana-mana.

Kayu-kayu kerangka gubuknya itu juga sudah banyak yang rapuh dan reyot. Sampai saat ini Suardana yang masuk KK Miskin buku merah itu tidak mampu memperbaiki.

Sehingga Suardana bersama istri dan anaknya terpaksa tidur di dalam gubuk reot yang hanya satu kamar tersebut.

“Rumah kami memang sudah didaftarkan untuk mendapat bantuan melalui bedah rumah. Namun sampai sekarang belum mendapat bantuan itu, kami memang masuk KK miskin buku merah dan mendapat raskin,” ujar Sukartini.

Jika hujan turun, mereka sering  mengungsi ke keluarga sebelah rumahnya yang sudah mendapat bedah rumah lantaran atapnya bocor dan khawatir rumahnya roboh.

”Kami takut saat hujan rumah itu roboh sehingga terpaksa mengungsi,” ucapnya.  Selain rumahnya yang sudah reyot dan tidak layak huni, dapur milik keluarga miskin itu juga seadanya.

Ukurannya sangat kecil dengan dinding bambu dan atap asbes seadanya. “Untuk memperbaiki rumah kami tidak mampu. Kami hanya buruh tani dan tidak punya lahan dengan penghasilan pas-pasan,” ungkapnya.

Meski tidak punya uang untuk memperbaiki rumah, namun karena khawatir rumahnya roboh Suardana nekat meminjam dana KUR untuk membangun rumah lebih layak.

Uang hasil ngutang sebesar Rp 20 juta itu akan digunakan untuk membeli bahan bangunan. Sementara pengerjaanya akan dilakukan dengan swadaya.

“Mudah-mudahan ada yang membantu tambahan bahan dan saat pengerjaanya sehingga rumah kami bisa selesai secepatnya dan bisa lebih nyaman untuk ditinggali,” ujarnya.

Untuk mengembalikan utang tersebut, mereka akan berusaha bekerja lebih giat lagi. “Entahlah nanti bisa bayar cicilan atau tidak. Yang penting kami tidak tertimpa jika rumah kami roboh. Apalagi sekarang musim hujan,” ungkapnya.

Sementara itu, Perbekel Manggis Sari Ketut Suarjana, mengatakan, warganya Nyoman Suardana  A memang masuk KK miskin buku merah bersama 10 KK lain.

Suardana sudah mengusulkan bedah rumah namun masih masuk antrean. “Untuk bedah rumah dari Kabupaten dan Provinsi tahun ini tidak ada. S

edangkan dari anggaran desa cuma setahun hanya ada jatah dua unit sehingga harus antre. Kami berharap

bantuan bedah rumah dari pemkab, provinsi, PHR Badung, CSR dan stimulan untuk warga kami yang masuk buku merah itu,” ujarnya.(*)

Rumah milik Nyoman Suardana A, 50, memang sudah didaftarkan untuk mendapat bantuan bedah rumah oleh pihak desa.

Namun karena harus menunggu giliran, sementara rumah dibiarkan seperti adanya. Reyot dan nyaris roboh.

 

 

ANOM SUARDANA, Negara

REYOT dan nyaris roboh. Itulah kondisi rumah Nyoman Suardana, saat Jawa Pos Radar Bali bertandang ke rumahnya.

Belum ada bantuan apapun dari pemerintah. Ironisnya, hidupnya serba pas-pasan. Untuk sekadar makan, warga miskin yang tinggal di Desa Manggis Sari, Pekutatan, itu terpaksa meminjam uang.

Saat ini Suardana dan istrinya Ni Wayan Sukartini, 55, tinggal di rumah yang lebih tepat disebut gubuk berdinding gedek yang sudah lapuk dan beratap asbes yang sudah bocor dimana-mana.

Kayu-kayu kerangka gubuknya itu juga sudah banyak yang rapuh dan reyot. Sampai saat ini Suardana yang masuk KK Miskin buku merah itu tidak mampu memperbaiki.

Sehingga Suardana bersama istri dan anaknya terpaksa tidur di dalam gubuk reot yang hanya satu kamar tersebut.

“Rumah kami memang sudah didaftarkan untuk mendapat bantuan melalui bedah rumah. Namun sampai sekarang belum mendapat bantuan itu, kami memang masuk KK miskin buku merah dan mendapat raskin,” ujar Sukartini.

Jika hujan turun, mereka sering  mengungsi ke keluarga sebelah rumahnya yang sudah mendapat bedah rumah lantaran atapnya bocor dan khawatir rumahnya roboh.

”Kami takut saat hujan rumah itu roboh sehingga terpaksa mengungsi,” ucapnya.  Selain rumahnya yang sudah reyot dan tidak layak huni, dapur milik keluarga miskin itu juga seadanya.

Ukurannya sangat kecil dengan dinding bambu dan atap asbes seadanya. “Untuk memperbaiki rumah kami tidak mampu. Kami hanya buruh tani dan tidak punya lahan dengan penghasilan pas-pasan,” ungkapnya.

Meski tidak punya uang untuk memperbaiki rumah, namun karena khawatir rumahnya roboh Suardana nekat meminjam dana KUR untuk membangun rumah lebih layak.

Uang hasil ngutang sebesar Rp 20 juta itu akan digunakan untuk membeli bahan bangunan. Sementara pengerjaanya akan dilakukan dengan swadaya.

“Mudah-mudahan ada yang membantu tambahan bahan dan saat pengerjaanya sehingga rumah kami bisa selesai secepatnya dan bisa lebih nyaman untuk ditinggali,” ujarnya.

Untuk mengembalikan utang tersebut, mereka akan berusaha bekerja lebih giat lagi. “Entahlah nanti bisa bayar cicilan atau tidak. Yang penting kami tidak tertimpa jika rumah kami roboh. Apalagi sekarang musim hujan,” ungkapnya.

Sementara itu, Perbekel Manggis Sari Ketut Suarjana, mengatakan, warganya Nyoman Suardana  A memang masuk KK miskin buku merah bersama 10 KK lain.

Suardana sudah mengusulkan bedah rumah namun masih masuk antrean. “Untuk bedah rumah dari Kabupaten dan Provinsi tahun ini tidak ada. S

edangkan dari anggaran desa cuma setahun hanya ada jatah dua unit sehingga harus antre. Kami berharap

bantuan bedah rumah dari pemkab, provinsi, PHR Badung, CSR dan stimulan untuk warga kami yang masuk buku merah itu,” ujarnya.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/