35 C
Jakarta
4 September 2024, 16:09 PM WIB

Gokil, Naik GoKL, Gadis Tionghoa Tebelin Lipstik

Selama di Kuala Lumpur, selain liputan MATTA Fair Kuala Lumpur 2018, Jawa Pos Radar Bali menyempatkan bersua orang Indonesia yang sukses di Malaysia.

Bersama TKI dan TKW, kunjungi objek wisata, juga seharian jajal moda transportasi keliling Kuala Lumpur, gratis; naik GoKL.

 

 

SENIN pagi (19/3), kami menyusuri Kuala Lumpur menumpang GoKL dari halte di seberang Kasturi Walk. Waktu seharian itu, kami lewatkan dari atas tiga GoKL; merah, biru, dan ungu.

GoKL Merah (Red Line, Go Relax) melayani rute KL Sentral, melintasi KL Sentral, 1 Sentral, Musium Negara, Masjid Negara, Menara DBKL, Medan Mara,

Wisma Sime Darby, Puteri Park Hotel, Monorail Chow Kit, Chow Kit, Tune Hotel, Maju Junction, Pertama Kompleks, Globe Silk Store, Coliseum, Dataran Merdeka, Dayabumi, dan KTM Kuala Lumpur.

GoKL Biru (Blue Line, Go Work), melewati perkantoran. Berangkat dari Halte Medan Mara. Labtas melintasi Starhill Gallery, Bukit Bintang, Menara ING, Wisma MPL, The Weld, Menara Hap Seng,

Maju Junction, Campbell Complex, AIA, Maytower Hotel, KL Sogo, Medan Mara, Uni Asia, Monorail Medan Tuanku, Concorde Hotel, Life Centre, Pavilion.

GoKL Ungu (Purple Line, Go Sightsee), moda ini disiapkan untuk turis. Karena rutenya menyuguhkan keunikan Kota Kuala Lumpur.

Seperti melewati Starhill Gallery, Bukit Bintang, Menara ING, Wisma MPL, Bukit Ceylon, Kotaraya, Pasar Seni, Bangkok Bank, Muzium Telekom,  Menara Olympia, KL Tower, The Weld, Wisma Foo Yong, hingga  Pavilion.

Untuk ukuran bus kota gratis, GoKL melebihi bus eksekutif di negeri Kita. Jangan bandingkan dengan Trans Sarbagita, yang kini terancam dikandangkan.

Seiring Komisi III DPRD Bali mendesak subsidi belasan miliar rupiah untuk Trans Sarbagita pada 2019 nanti, dialihkan ke cool storage yang diklaim Renon, mampu menampung 60 persen buah petani Bali.

Seperti apa GoKL itu? Dengan GoKL yang punya tagline A Smarter Way to Travel, jelas hebat biaya. Mau seharian keliling Kuala Lumpur, gratis, bisa.

Pada jam normal, tiap 10 menit sekali, GoKL melintas. Di jam sibuk, tiap 5 menit sekali. Melayani warga lokal, turis, hingga pebisnis di Central Business District (CBD).

Terintegrasi dengan Monorail, LRT, dan KTM. Dilengkapi Wi-fi gratis, ramah penyandang disabilitas. Ramah lingkungan pula, karena pakai compressed natural gas (CNG), sehingga minim zat berunsur karbon.

GoKL di-launcing hampir sama dengan Trans Sarbagita. Trans Sarbagita diluncurkan Gubernur Made Mangku Pastika persis saat peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-66. Yakni, pada 17 Agustus 2011, dan beroperasi sehari kemudian.    

Sedangkan, GoKL yang merupakan Program Transportasi Pemerintah Malaysia ini, launching setahun kemudian.

Menariknya, juga pas peringatan kemerdekaan Malaysia ke-55. Yakni, pada 31 Agustus 2012. Salah satu tujuan dirilisnya GoKL, untuk mengurangi kemacetan arus lalu lintas di ibukota Malaysia ini.

Pantauan penulis, meski lalu lintasnya tak serapi di Singapura atau Hongkong (yang bahkan memiliki areal kendaraan besar menepi

sebentar untuk memberi kendaraan kecil menyalip), namun secara umum tak sampai ada kemacetan di Kuala Lumpur.

Bahkan, motor pun jarang melintas. Sebab, moda transportasi umum baik yang berbayar (LRT, monorail, dan lainnya) maupun gratis, sudah mengalahkan kendaraan pribadi.

Sayangnya, masih penulis temui satu dua pengendara motor ngebut ngawur. Begitu juga penunggang motor gede (moge) yang nekat ngebut zig zag di sela-sela mobil.  

Hebatnya lagi, GoKL juga benar-benar menjaga keamanan barang-barang penumpangnya. Sebab, di interior bus selain ada nomor telepon pengaduan ke kantor GoKL, juga tertempel foto dan nama para pengemudinya.

’’Penumpang yang barangnya ketinggalan, bisa menelepon kantor kami. Makanya, silakan dicatat nomor telepon kantor dan nama kami,’’ kata Raja Mohd. Khairul Hisyam B. Raja Mahmod,

salah seorang pengemudi GoKL dengan nomor identitas 10014118, kepada Jawa Pos Radar Bali, sambil menunjukkan namanya yang ditempel di atas ruang kemudi.

Saking ramahnya sang sopir ini, dia juga santai saja saat diajak foto bersama penulis di salah satu halte. Selain sopir ramah, penumpang pun ramah-ramah.

Sebelum turun di halte, mereka balas budi. ’’Terima kasih!,’’ kata beberapa penumpang kepada sopir sebelum turun.

Keramah-tamahan juga penulis alami saat hendak membeli tiket LRT dari Stasiun Masjid Jamek ke PWTC untuk liputan MATTA Fair Kuala Lumpur 2018.

Saat itu, kami hendak membeli tiket, tiba-tiba ada warga Malaysia menyapa. ’’Hendak ke mana, Pak Cik?’’ sapanya.

Gokil abis, memang, naik GoKL. Saking nyamannya, sampai-sampai ada penumpang, gadis berwajah  oriental bersama perempuan yang bersamanya, masih sempat-sempatnya menebali lipstik si gadis yang duduk persis di depan penulis.   

Meski sudah rapi, terkait angkutan umum di Malaysia, sebenarnya juga ada masalah antara sopir taksi konvensional dengan taksi online; Grab, contohnya.

Seorang sopir Grab di kawasan Pudu mengaku, baru saja ada insiden sopir taksi konvensional melempari armada Grab.

Dan, pada saat hampir bersamaan, hal serupa kabarnya juga terjadi di Bandara I Gusti Ngurah Rai. Karena kabarnya juga terjadi perang mulut antara sopir taksi konvensional dengan pengemudi Grab.

Sebelum pulang ke Denpasar, dua malam terakhir penulis lewatkan di dua hotel di kawasan Pudu. Citin Searcare Hotel dan Hotel 99.

Dari kedua hotel ini, penulis menyempatkan jalan-jalan ke Selangor, sekitar 13 kilometer dari Kuala Lumpur. Setelah naik Komuter Link dari KL Sentral, kami sampai Batu Caves di Selangor.

Di bukit kapur itu berdiri patung Dewa Murugan setinggi 43 meter. Di belakangnya, ada goa-goa. Untuk sampai ke goa penulis butuh 5 menit menyusuri 272 anak tangga untuk sampai di lantai goa.

Anak tangga itu terbagi dalam 16 bagian, yang tiap bagiannya sebanyak 17 anak tangga. Sampai di lantai pertama, menuruni 17 anak tangga, jalan datar, lantas turun lagi 6 anak tangga.

Kemudian naik lagi 58 anak tangga lagi. Sampailah areal Kuil Sri Valli Deivanai Murugan. Persis di depan kuil, sangat menongak, dalam jarak puluhan meter, tampak lubang goa.

Wisatawan naik ke goa, selain menikmati keindahan goa, juga bersembahyang di kuil. Saat turun di halaman Batu Caves, di depan patung Dewa Murugan, ada areal jadi spot foto.

Tampak pula puluhan ekor monyet menyapa pengunjung. Beberapa wisatawan juga asyik memberi makan ratusan merpati di sela berfotoria. Saat menuju pintu keluar, terhampar aneka jajanan untuk oleh-oleh.

Kami juga sempat ke Kuala Lumpur City Centre (KLCC), malamnya harinya. Bersuara pengamen berkostum super hero, berfoto di bawah instalasi dua unit mobil F1 Mercedes Benz dengan logo Petronas yang besar.

Saat ke taman KLCC, menyaksikan petugas penjaga taman di Petronas Twin Towers (Menara Kembar Petronas),

harus bolak-balik menghalau pengunjung yang naik pagar taman untuk berfoto dengan background menara kembar itu.

Seorang petugas ini kewalahan. Begitu dia bergeser sedikit saja dari pagar untuk mengecek sudut lain, sudah naik dua bule berfoto ria.

Wisata belanja yang sempat kami kunjungi adalah kawasan Pecinan di Petaling. Di situ selain kuliner, elektronik, juga aneka kebutuhan bisa ditemukan.

Bahkan, boleh menawar barang yang sudah diberi label harga. Spot foto khas Pecinan di Petaling juga menggoda untuk selfie.

Hal serupa juga saat di Kasturi Walk di Jalan Hang Kasturi, dan saat masuk ke Central Market. Selain bisa tawar menawar aneka merchandise, juga aneka pernak khas Jogjakarta.

Banyak juga pedagang asal Indonesia di Kasturi Walk maupun di dalam Central Market.  Sementara, peserta dari Indonesia dalam MATTA Fair Kuala Lumpur 2018 selain Pemkab Samosir dan Holiday Resort Lombok, juga berbagai daerah.

Seperti dari Badung; Hotel Vio Westhoff, V Hotel Residence, The Jayakarta Suites, Mason Pine Hotel. 
Dari Jakarta ada; V Hotel Tebet.

Kemudian Jatim; Jawa Timur Park (JTP) Group, Elveka Tour Surabaya (Melati Tanjung), El Hotel International-Banyuwangi.
Jogjakarta; The 101 Yogyakarta Tugu, Jambuluwuk Malioboro Hotel Yogyakarta, Lisa Tour & Travel (PT Linggar Perkasa), STAT Indonesia Travel Solution, Jayakarta Hotel & Resorts, Tama Tour, Ibis Styles Hotels.

Provinsi Banten terdata The Royale Krakatau Hotel. Dari Pulau Dewata, Bali, di antaranya: Bali Rani Hotel, The Sandi Phala Beach Resort Kuta.

Hadir pula Sedunia Travel yang punya kantor Kuala Lumpur dan Indonesia. Menawarkan paket ke Candi Borobudur, Plaosan Temple, Chicken Church, hingga Pengger Pine Forest.

Sedangkan Jatim Park promo Wisata Edukasi Keluarga Masa Kini  alias Education and Fun Family Tour. Peserta asingnya, Mulai Selandia Baru, Australia, Jepang, Thailand, dan lainnya.

Yang menarik, selain promo objek wisata alam, Thailand juga jualan kuliner halal. Sampai-sampai menerbitkan buku menu halal khas Thailand. (djoko heru setiyawan)

Selama di Kuala Lumpur, selain liputan MATTA Fair Kuala Lumpur 2018, Jawa Pos Radar Bali menyempatkan bersua orang Indonesia yang sukses di Malaysia.

Bersama TKI dan TKW, kunjungi objek wisata, juga seharian jajal moda transportasi keliling Kuala Lumpur, gratis; naik GoKL.

 

 

SENIN pagi (19/3), kami menyusuri Kuala Lumpur menumpang GoKL dari halte di seberang Kasturi Walk. Waktu seharian itu, kami lewatkan dari atas tiga GoKL; merah, biru, dan ungu.

GoKL Merah (Red Line, Go Relax) melayani rute KL Sentral, melintasi KL Sentral, 1 Sentral, Musium Negara, Masjid Negara, Menara DBKL, Medan Mara,

Wisma Sime Darby, Puteri Park Hotel, Monorail Chow Kit, Chow Kit, Tune Hotel, Maju Junction, Pertama Kompleks, Globe Silk Store, Coliseum, Dataran Merdeka, Dayabumi, dan KTM Kuala Lumpur.

GoKL Biru (Blue Line, Go Work), melewati perkantoran. Berangkat dari Halte Medan Mara. Labtas melintasi Starhill Gallery, Bukit Bintang, Menara ING, Wisma MPL, The Weld, Menara Hap Seng,

Maju Junction, Campbell Complex, AIA, Maytower Hotel, KL Sogo, Medan Mara, Uni Asia, Monorail Medan Tuanku, Concorde Hotel, Life Centre, Pavilion.

GoKL Ungu (Purple Line, Go Sightsee), moda ini disiapkan untuk turis. Karena rutenya menyuguhkan keunikan Kota Kuala Lumpur.

Seperti melewati Starhill Gallery, Bukit Bintang, Menara ING, Wisma MPL, Bukit Ceylon, Kotaraya, Pasar Seni, Bangkok Bank, Muzium Telekom,  Menara Olympia, KL Tower, The Weld, Wisma Foo Yong, hingga  Pavilion.

Untuk ukuran bus kota gratis, GoKL melebihi bus eksekutif di negeri Kita. Jangan bandingkan dengan Trans Sarbagita, yang kini terancam dikandangkan.

Seiring Komisi III DPRD Bali mendesak subsidi belasan miliar rupiah untuk Trans Sarbagita pada 2019 nanti, dialihkan ke cool storage yang diklaim Renon, mampu menampung 60 persen buah petani Bali.

Seperti apa GoKL itu? Dengan GoKL yang punya tagline A Smarter Way to Travel, jelas hebat biaya. Mau seharian keliling Kuala Lumpur, gratis, bisa.

Pada jam normal, tiap 10 menit sekali, GoKL melintas. Di jam sibuk, tiap 5 menit sekali. Melayani warga lokal, turis, hingga pebisnis di Central Business District (CBD).

Terintegrasi dengan Monorail, LRT, dan KTM. Dilengkapi Wi-fi gratis, ramah penyandang disabilitas. Ramah lingkungan pula, karena pakai compressed natural gas (CNG), sehingga minim zat berunsur karbon.

GoKL di-launcing hampir sama dengan Trans Sarbagita. Trans Sarbagita diluncurkan Gubernur Made Mangku Pastika persis saat peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-66. Yakni, pada 17 Agustus 2011, dan beroperasi sehari kemudian.    

Sedangkan, GoKL yang merupakan Program Transportasi Pemerintah Malaysia ini, launching setahun kemudian.

Menariknya, juga pas peringatan kemerdekaan Malaysia ke-55. Yakni, pada 31 Agustus 2012. Salah satu tujuan dirilisnya GoKL, untuk mengurangi kemacetan arus lalu lintas di ibukota Malaysia ini.

Pantauan penulis, meski lalu lintasnya tak serapi di Singapura atau Hongkong (yang bahkan memiliki areal kendaraan besar menepi

sebentar untuk memberi kendaraan kecil menyalip), namun secara umum tak sampai ada kemacetan di Kuala Lumpur.

Bahkan, motor pun jarang melintas. Sebab, moda transportasi umum baik yang berbayar (LRT, monorail, dan lainnya) maupun gratis, sudah mengalahkan kendaraan pribadi.

Sayangnya, masih penulis temui satu dua pengendara motor ngebut ngawur. Begitu juga penunggang motor gede (moge) yang nekat ngebut zig zag di sela-sela mobil.  

Hebatnya lagi, GoKL juga benar-benar menjaga keamanan barang-barang penumpangnya. Sebab, di interior bus selain ada nomor telepon pengaduan ke kantor GoKL, juga tertempel foto dan nama para pengemudinya.

’’Penumpang yang barangnya ketinggalan, bisa menelepon kantor kami. Makanya, silakan dicatat nomor telepon kantor dan nama kami,’’ kata Raja Mohd. Khairul Hisyam B. Raja Mahmod,

salah seorang pengemudi GoKL dengan nomor identitas 10014118, kepada Jawa Pos Radar Bali, sambil menunjukkan namanya yang ditempel di atas ruang kemudi.

Saking ramahnya sang sopir ini, dia juga santai saja saat diajak foto bersama penulis di salah satu halte. Selain sopir ramah, penumpang pun ramah-ramah.

Sebelum turun di halte, mereka balas budi. ’’Terima kasih!,’’ kata beberapa penumpang kepada sopir sebelum turun.

Keramah-tamahan juga penulis alami saat hendak membeli tiket LRT dari Stasiun Masjid Jamek ke PWTC untuk liputan MATTA Fair Kuala Lumpur 2018.

Saat itu, kami hendak membeli tiket, tiba-tiba ada warga Malaysia menyapa. ’’Hendak ke mana, Pak Cik?’’ sapanya.

Gokil abis, memang, naik GoKL. Saking nyamannya, sampai-sampai ada penumpang, gadis berwajah  oriental bersama perempuan yang bersamanya, masih sempat-sempatnya menebali lipstik si gadis yang duduk persis di depan penulis.   

Meski sudah rapi, terkait angkutan umum di Malaysia, sebenarnya juga ada masalah antara sopir taksi konvensional dengan taksi online; Grab, contohnya.

Seorang sopir Grab di kawasan Pudu mengaku, baru saja ada insiden sopir taksi konvensional melempari armada Grab.

Dan, pada saat hampir bersamaan, hal serupa kabarnya juga terjadi di Bandara I Gusti Ngurah Rai. Karena kabarnya juga terjadi perang mulut antara sopir taksi konvensional dengan pengemudi Grab.

Sebelum pulang ke Denpasar, dua malam terakhir penulis lewatkan di dua hotel di kawasan Pudu. Citin Searcare Hotel dan Hotel 99.

Dari kedua hotel ini, penulis menyempatkan jalan-jalan ke Selangor, sekitar 13 kilometer dari Kuala Lumpur. Setelah naik Komuter Link dari KL Sentral, kami sampai Batu Caves di Selangor.

Di bukit kapur itu berdiri patung Dewa Murugan setinggi 43 meter. Di belakangnya, ada goa-goa. Untuk sampai ke goa penulis butuh 5 menit menyusuri 272 anak tangga untuk sampai di lantai goa.

Anak tangga itu terbagi dalam 16 bagian, yang tiap bagiannya sebanyak 17 anak tangga. Sampai di lantai pertama, menuruni 17 anak tangga, jalan datar, lantas turun lagi 6 anak tangga.

Kemudian naik lagi 58 anak tangga lagi. Sampailah areal Kuil Sri Valli Deivanai Murugan. Persis di depan kuil, sangat menongak, dalam jarak puluhan meter, tampak lubang goa.

Wisatawan naik ke goa, selain menikmati keindahan goa, juga bersembahyang di kuil. Saat turun di halaman Batu Caves, di depan patung Dewa Murugan, ada areal jadi spot foto.

Tampak pula puluhan ekor monyet menyapa pengunjung. Beberapa wisatawan juga asyik memberi makan ratusan merpati di sela berfotoria. Saat menuju pintu keluar, terhampar aneka jajanan untuk oleh-oleh.

Kami juga sempat ke Kuala Lumpur City Centre (KLCC), malamnya harinya. Bersuara pengamen berkostum super hero, berfoto di bawah instalasi dua unit mobil F1 Mercedes Benz dengan logo Petronas yang besar.

Saat ke taman KLCC, menyaksikan petugas penjaga taman di Petronas Twin Towers (Menara Kembar Petronas),

harus bolak-balik menghalau pengunjung yang naik pagar taman untuk berfoto dengan background menara kembar itu.

Seorang petugas ini kewalahan. Begitu dia bergeser sedikit saja dari pagar untuk mengecek sudut lain, sudah naik dua bule berfoto ria.

Wisata belanja yang sempat kami kunjungi adalah kawasan Pecinan di Petaling. Di situ selain kuliner, elektronik, juga aneka kebutuhan bisa ditemukan.

Bahkan, boleh menawar barang yang sudah diberi label harga. Spot foto khas Pecinan di Petaling juga menggoda untuk selfie.

Hal serupa juga saat di Kasturi Walk di Jalan Hang Kasturi, dan saat masuk ke Central Market. Selain bisa tawar menawar aneka merchandise, juga aneka pernak khas Jogjakarta.

Banyak juga pedagang asal Indonesia di Kasturi Walk maupun di dalam Central Market.  Sementara, peserta dari Indonesia dalam MATTA Fair Kuala Lumpur 2018 selain Pemkab Samosir dan Holiday Resort Lombok, juga berbagai daerah.

Seperti dari Badung; Hotel Vio Westhoff, V Hotel Residence, The Jayakarta Suites, Mason Pine Hotel. 
Dari Jakarta ada; V Hotel Tebet.

Kemudian Jatim; Jawa Timur Park (JTP) Group, Elveka Tour Surabaya (Melati Tanjung), El Hotel International-Banyuwangi.
Jogjakarta; The 101 Yogyakarta Tugu, Jambuluwuk Malioboro Hotel Yogyakarta, Lisa Tour & Travel (PT Linggar Perkasa), STAT Indonesia Travel Solution, Jayakarta Hotel & Resorts, Tama Tour, Ibis Styles Hotels.

Provinsi Banten terdata The Royale Krakatau Hotel. Dari Pulau Dewata, Bali, di antaranya: Bali Rani Hotel, The Sandi Phala Beach Resort Kuta.

Hadir pula Sedunia Travel yang punya kantor Kuala Lumpur dan Indonesia. Menawarkan paket ke Candi Borobudur, Plaosan Temple, Chicken Church, hingga Pengger Pine Forest.

Sedangkan Jatim Park promo Wisata Edukasi Keluarga Masa Kini  alias Education and Fun Family Tour. Peserta asingnya, Mulai Selandia Baru, Australia, Jepang, Thailand, dan lainnya.

Yang menarik, selain promo objek wisata alam, Thailand juga jualan kuliner halal. Sampai-sampai menerbitkan buku menu halal khas Thailand. (djoko heru setiyawan)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/