29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:45 AM WIB

Manfaatkan Tanah Got, Sulap Halaman Banjar Jadi Tempat Pembibitan

Halaman Balai Banjar Tengah, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar disulap mejadi tempat pembibitan sayur mayur.

Itu merupakan inovasi warga banjar setempat sejak pandemi covid 19 mewabah. Hasil panen dibagi rata ke warga.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

DERETAN polybag menghiasi halaman Balai Banjar Tengah, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh. Polybag yang berisi tanah itu tumbuh aneka macam bibit sayuran.

Mulai dari tanaman terong, tomat, cabe, bunga mitir, dan mentimun semuanya tampak segar. Ratusan bibit tersebut menghias balai banjar sejak gencarnya pandemi Covid-19.

Perbekel Desa Bedulu, I Putu Ariawan, menyatakan proses pembibitan itu telah berlangsung sekitar 2,5 bulan yang lalu.

“Itu digarap sama ibu-ibu PKK di Banjar Tengah. Semenjak banyak yang dirumahkan di tempat kerjanya, mereka membuat pembibitan itu,” ujar Ariawan.

Untuk tanaman bibit diperoleh dengan cara membeli bibit. Untuk jenis bibit yang sulit dicari, pihaknya membeli bibit di pedagang tanaman.

Untuk tempatnya pun dipilih di balai banjar guna mempermudah titik kumpul dan lahan yang memungkinkan menanam bibit hingga panen.

“Kalau sekarang rencana akan dititip tanam di masing-masing rumah warga karena saat ini di balai banjar sudah penuh. Hasil panennya bagi hasil, itu murni dari kegiatan ibu PKK di Banjar Tengah,” jelasnya.

Meski sudah memasuki era new normal, namun belum semua normal. Masih ada sektor kerja yang masih dirumahkan.

Seperti perhotelan dan restoran belum sepenuhnya normal. Sehingga, perbekel berharap, pembibitan semacam ini bisa terus berlangsung.

“Semoga banjar yang lainnya mencontoh hal tersebut, agar Desa Bedulu semakin hijau,” pintanya.

Kata dia, sistem penanaman ini titip tanam di rumah warga. Diserahkan perawatannya kepada 250 kepala keluarga yang ada di banjar tersebut. Jadi di balai difokuskan hanya sebagai tempat pembibitan saja.

Sementara itu, Kelian Adat Banjar Tengah, I Ketut John, mengaku ide awal muncul ketika banyak yang dirumahkan dari tempat kerjanya.

Kemudian, saat hangat-hangatnya pandemi Covid-19, banyak masyarakat diminta tinggal di rumah. Sehingga para prajuru adat berinisiatif bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan terbatas.

Selama masa pembibitan, pihaknya bekerjasama dengan PKK banjar. Ibu-ibu PKK bergantian menyiram dan memberi pupuk pada bibit.

Pupuk yang digunakan organik dengan memanfaatkan limbah rumah tangga. Begitu juga dengan tanah yang dipakai untuk media di polybag memanfaatkan tanah di got atau selokan.

Tanah di selokan, dipandang cukup subur. “Sekaligus menjaga kebersihan selokan,” ujar I Ketut John.

Yang jelas, semua disediakan dengan biaya semurah mungkin mengandalkan lingkungan sekitar.

“Kami berupaya memanfaatkan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar dulu. Bagaimana lingkungan menjadi bersih dan memberikan manfaat bagi warga masyarakat kami,” jelas Ketut John.

Untuk tahap awal, Ketut John  mengaku dibuat sekitar 600 bibit dalam polybag untuk tanaman cabai, tomat, timun, selada dan bunga mitir.

Untuk tempat pembibitan pihaknya memanfaatkan balai banjar. Ketika mulai tumbuh, dititipkan di masing-masing rumah warga yang tersebar di 4 tempekan di Banjar Tengah.

Untuk sistem titip tanam, diserahkan tiga bibit tanaman per rumah. Jika suatu saat nanti ada hasil akan dibagi tiga. Hasil bibit pertama untuk pemilik rumah. Hasil bibit kedua dan ketiga untuk PKK.

Proses ini akan dipantau terus baik itu pertumbuhan maupun pupuknya. “Nanti PKK di masing-masing tempekan

inilah yang akan terus memantau. Kedepan kemungkinan ada seribu tanaman yang akan disebar,” pungkasnya. (*)

 

Halaman Balai Banjar Tengah, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar disulap mejadi tempat pembibitan sayur mayur.

Itu merupakan inovasi warga banjar setempat sejak pandemi covid 19 mewabah. Hasil panen dibagi rata ke warga.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

DERETAN polybag menghiasi halaman Balai Banjar Tengah, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh. Polybag yang berisi tanah itu tumbuh aneka macam bibit sayuran.

Mulai dari tanaman terong, tomat, cabe, bunga mitir, dan mentimun semuanya tampak segar. Ratusan bibit tersebut menghias balai banjar sejak gencarnya pandemi Covid-19.

Perbekel Desa Bedulu, I Putu Ariawan, menyatakan proses pembibitan itu telah berlangsung sekitar 2,5 bulan yang lalu.

“Itu digarap sama ibu-ibu PKK di Banjar Tengah. Semenjak banyak yang dirumahkan di tempat kerjanya, mereka membuat pembibitan itu,” ujar Ariawan.

Untuk tanaman bibit diperoleh dengan cara membeli bibit. Untuk jenis bibit yang sulit dicari, pihaknya membeli bibit di pedagang tanaman.

Untuk tempatnya pun dipilih di balai banjar guna mempermudah titik kumpul dan lahan yang memungkinkan menanam bibit hingga panen.

“Kalau sekarang rencana akan dititip tanam di masing-masing rumah warga karena saat ini di balai banjar sudah penuh. Hasil panennya bagi hasil, itu murni dari kegiatan ibu PKK di Banjar Tengah,” jelasnya.

Meski sudah memasuki era new normal, namun belum semua normal. Masih ada sektor kerja yang masih dirumahkan.

Seperti perhotelan dan restoran belum sepenuhnya normal. Sehingga, perbekel berharap, pembibitan semacam ini bisa terus berlangsung.

“Semoga banjar yang lainnya mencontoh hal tersebut, agar Desa Bedulu semakin hijau,” pintanya.

Kata dia, sistem penanaman ini titip tanam di rumah warga. Diserahkan perawatannya kepada 250 kepala keluarga yang ada di banjar tersebut. Jadi di balai difokuskan hanya sebagai tempat pembibitan saja.

Sementara itu, Kelian Adat Banjar Tengah, I Ketut John, mengaku ide awal muncul ketika banyak yang dirumahkan dari tempat kerjanya.

Kemudian, saat hangat-hangatnya pandemi Covid-19, banyak masyarakat diminta tinggal di rumah. Sehingga para prajuru adat berinisiatif bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan terbatas.

Selama masa pembibitan, pihaknya bekerjasama dengan PKK banjar. Ibu-ibu PKK bergantian menyiram dan memberi pupuk pada bibit.

Pupuk yang digunakan organik dengan memanfaatkan limbah rumah tangga. Begitu juga dengan tanah yang dipakai untuk media di polybag memanfaatkan tanah di got atau selokan.

Tanah di selokan, dipandang cukup subur. “Sekaligus menjaga kebersihan selokan,” ujar I Ketut John.

Yang jelas, semua disediakan dengan biaya semurah mungkin mengandalkan lingkungan sekitar.

“Kami berupaya memanfaatkan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar dulu. Bagaimana lingkungan menjadi bersih dan memberikan manfaat bagi warga masyarakat kami,” jelas Ketut John.

Untuk tahap awal, Ketut John  mengaku dibuat sekitar 600 bibit dalam polybag untuk tanaman cabai, tomat, timun, selada dan bunga mitir.

Untuk tempat pembibitan pihaknya memanfaatkan balai banjar. Ketika mulai tumbuh, dititipkan di masing-masing rumah warga yang tersebar di 4 tempekan di Banjar Tengah.

Untuk sistem titip tanam, diserahkan tiga bibit tanaman per rumah. Jika suatu saat nanti ada hasil akan dibagi tiga. Hasil bibit pertama untuk pemilik rumah. Hasil bibit kedua dan ketiga untuk PKK.

Proses ini akan dipantau terus baik itu pertumbuhan maupun pupuknya. “Nanti PKK di masing-masing tempekan

inilah yang akan terus memantau. Kedepan kemungkinan ada seribu tanaman yang akan disebar,” pungkasnya. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/